Kegalauan PKB dan Muhaimin Iskandar ini sungguh beralasan, karena dengan sikap Gerindra demikian tak ubahnya bagaikan sandera bagi Muhaimin.
Pressure yang sudah dilakukan lewat rekomendasi hasil Ijtima Ulama ala PKB ternyata tidak ampuh mendesak agar Prabowo Subianto menentukan sikap memilih Muhaimin. Â
Lebih kacau lagi, acara peringatan Harlah Se-Abad NU tanpa kehadiran Muhaimin Iskandar di Arena seakan menafikan klaim Ijtima Ulama sebagai rekomendasi representasi ulama dan kiai-kiai NU. Bahkan dengan tidak adanya Muhaimin Iskandar di acara penting NU itu justru mempertontonkan kebenaran ada ketidak harmonisan antara PKB dengan NU yang nota bene sebagai basis massanya.
Pertemuan PKB dengan Golkar di Istora Bung Karno selain sarat makna membawa nama Bung Karno secara inplisit, hal itu dilakukan PKB tak ubahnya bagaikan berpacu dengan waktu mengejar kepastian, jika memang tidak jelas dengan Gerindra maka tidak menutup kemungkinan untuk balik badan berkoalisi dengan barisan Partai Golkar.
Dipilihnya tempat di Istora Bung Karno juga tidak ubahnya bagaikan sinyal bahwa Partai Golkar dan PKB boleh jadi akan membentuk format koalisi baru bersama PDI Perjuangan yang identik dengan partai yang mewarisi idiologi Bung Karno.
Istora Bung Karno merupakan tempat yang selama ini langka dijadikan sebagai tempat pertemuan dan negosiasi oleh para elit parpol, sebagaimana kita lihat sebelumnya pertemuan lajim di lakukan di kantor partai, sekretariat bersama atau di sebuah tower yang tak ubahnya bagaikan lambang ketinggian strata sosial diatas kerendahan masyarakat sebagai calon konstituen.
Siapapun itu yang memprakarsai pemilihan tempat ini patut diberikan usapan jempol, karena merupakan sebuah pilihan kreatif serta mengandung makna penting mengundang permenungan untuk dijadikan bahan pertimbangan ataupun sebagai alternatif pertimbangan terhadap para elit partai di luar Golkar dan PKB.
Muhaimin Iskandar memang selalu melakukan manuver-manuver cantik dan kadang bentuknya di luar kelaziman (out of box) di tengah posisinya dirundung ketidakpastian serta sedang di timpa kondisi penggembosan dukungan dari basis massanya, terutama penolakan dari petinggi NU, institusi berupa Ibu kandung yang dari rahimnya sendiri lahir PKB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H