Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Philosopis Imlek dan Gong Xi Fa Cai

22 Januari 2023   00:36 Diperbarui: 22 Januari 2023   00:39 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com 

Imlek adalah perayaan tahun baru berdasarkan kalender lunar Tionghoa yang dilambangkan dengan binatang atau sering disebut dengan shio. Ada 12 jenis hewan dalam perhitungan kalender lunar, yaitu Anjing, Babi, Tikus, Harimau, Lembu, Naga, Kelinci, Ular, Kuda, Domba, Monyet dan Ayam Jago.

Kalender Imlek sering juga disebut dengan kalender lunisolar, perhitungan dilakukan berdasarkan pergerakan bulan dan matahari, sehingga penetapan Imlek bervariasi setiap tahun karena perhitungannya berdasarkan penggabungan siklus pergerakan bulan dan matahari. 

Pada intinya tahun baru imlek merupakan pertanda dimulainya tahun baru serta berakhirnya tahun yang lama,  dan dimaknai sebagai pertanda hadirnya musim semi, dan berakhirnya musim dingin. 

Pertanda siklus sudah tiba musim tanam di daerah-daerah China yang merupakan wilayah agraris. Karena itu Imlek juga sering disebut sebagai Hari Festival Musim Semi (Sin Cia) yang dirayakan selama 15 hari dengan puncaknya dengan perayaan Cap Go Meh.

Imlek sendiri berasal dari dua suku kata dialek Hokkian, Im berarti  bulan, Lek berarti penanggalan, jadi Imlek berarti kalender bulan, tetapi sering juga disebut dengan "Chunjie" yang berarti musim semi. Dalam perayaan tahun baru Imlek melekat cerita atau mitos tentang mitos binatang Nian.

Mitos Binatang Nian diceritakan akan muncul di hari pertama bulan pertama kalender lunar, kehadiran binatang Nian kerap memakan tanaman, ternak dan anak-anak. Sejak dahulu sudah berlangsung tradisi penduduk desa akan meletakkan persembahan berupa makanan di depan rumah sebagai upaya menghindari serangan binatang buas, dan tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang.  Berdasarkan keyakinan yang berkembang di masyarakat pedesaan, Binatang Nian juga takut terhadap suara keras atau petasan serta benda berwarna merah. Oleh karena itu masyarakat pada perayaan Imlek kemudian meletakkan lentera merah dan gulungan merah di jendela rumah.

Berdasarkan tradisi itu maka sampai sekarang perayaan Imlek di dominasi oleh warna merah sebagai simbol untuk mengusir roh jahat, nasib buruk dan untuk terhindar dari serangan binatang jahat Nian. 

Perayaan Hari Raya Imlek bukan sekedar merayakan tahun baru maupun perayaan musim semi, tetapi secara philosopis merupakan perayaan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga, dewa dan leluhur.  Essensinya perayaan Imlek bukan hanyas sekedar tradisi merayakan pergantian tahun tetapi secara inplisit memuat nilai-nilai luhur untuk beribah membersihkan diri dari dosa maupun kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan kemungkinan munculnya hambatan dalam mencapai kesejahteraan hidup di masa kehidupan selanjutnya.

Dengan demikian perayaan Imlek merupakan sebuah ekspresi ungkapan rasa syukur atas apa yang telah dicapai, bersyukur atas rezeki yag telah dicapai, dan melalui datangnya hari Imlek kemudian memohon agar memperoleh rejeki  dan berkah lebih baik lagi di tahun selanjutnya.

Hal itu dilakukan lewat ritual Cap Ji Gwe, Sap Sim Am Pu, dan ditutup dengan perayaan Cap Go Meh.  Ritual Cap Ji Gwe adalah tradisi membersihkan Klenteng yang dipercayai sebagai ungkapan mengantar Dewa Zhiao Zun, atau Cio Kun atau Dewa Dapur menuju langit.

Dewa Dapur diyakini berangkat ke langit untuk melaporkan kelakuan penghuni rumah kepada Sang Pencifta. Dan dipercayai bahwa setelah Dewa Dapur pergi ke langit maka patung yang ada di kelenteng tidak lagi berpenghuni sehingga merupakan saat yang tepat untuk membersihkannya. 

Dalam proses mengantarkan Dewa Dapur pergi ke langit dilakukan ritual menyiapkan berbagai sajian yang serba manis, seperti buah yang manis, kue keranjang dan Dodol China sebagai bekal yang dibawa Dewa Langit pergi ke langit, dengan harapan ketika Dewa dapur melaporkan kepada penguasa jagat raya menyampaikan hal-hal yang positif dan yang baik.

Sap Sim Am Pu adalah ritual melakukan sembahyang kepada Dewa tau Dewi penjaga rumah,  pelindung rumah dan leleuhur dilakukan sehari sebelum tiba Imlek,  dengan cara menjamu mereka dan memohon berkah dengan mempergunakan dupa atau hio, lilin merah, kertas tuakim, buah-buahan, ayam rebus, kue, arah, teh, serta tulisan nama leluhur di kertas merah. Setiap anggota keluarga akan mengambil hio dan menyalakan sumbunya, kemudian hio ditancapkan ke vas pasir dengan tulisan nama leluhur dan menunggu sampai hio tersebut habis terbakar, dengan mempercayai bahwa  asap dari hasil pembakaran tersebut akan mengantarkan semua persembahan kepada leluhur atau dewa dan dewi yang di sembah.

Selain tradisi membakar hio, ada juga dilakukan tradisi menjelang hari Imlek dengan membersihkan rumah, tidak boleh keramas, tidak boleh mengenakan baju hitam, tidak boleh berteriak atau berkata kasar, dan tidak boleh berbicara tentang kematian. Kemudian tepat pada puncak hari raya Imlek dilakukan pembagian angpao, mengunjungi rumah kerabat, dan berkumpul dengan keluarga besar. Perayaan Imlek dilakukan selama 15 hari, dan tepat di hari ke 25 dirayakan  atau ditutup dengan perayaan Cap Go Meh yang identik dengan pertunjukan Barongsai dan hidangan kue keranjang.

Angpao merupakan amplop merah berisi sejumlah uang yang akan diberikan kepada anak-anak atau orang yang belum menikah, dan orang yang tidak memiliki pekerjaan dengan harapan dapat melindungi mereka dari gangguan iblis bernama "Sui" yang kerap datang di malam Imlek. Dan yang memberi Angpao diharapkan akan memperoleh keberuntungan di hari mendatang, oleh karena itu pemberian nilai isi angpao harus berdasarkan lambang nilai keberuntungan, yaitu dengan angka 8, misalnya memberi isi angpao sebesar 80 Ribu, 800 Ribu atau 8 Juta, dan menghindari angka sial yang mengandung angka 4, misalnya 4 Ribu maupun 40 Ribu.

Pertunjukan Barongsai juga dianggap sangat penting karena Baronsai yang identik dengan Singa merupakan simbol keberuntungan dan kebahagiaan, sedangkan Naga sebagai simbol keberanian dan kekuatan. Tarian Barongsai diyakini sebagai simbol keberuntungan dan mengusir roh jahat.

Dari ritual atau tradisi yang lajim dilakukan menjelang dan saat perayaan Imlek secara philosopis mengandung makna bahwa perayaan Imlek bukan hanya sekedar merayakan hadirnya tahun yang baru, dan bukan hanya sekedar merayakan musim semi sebagai pertanda datangnya hari yang tepat untuk turun ke ladang untuk bercocok tanam (mencari penghasilan), tetapi Imlek merupakan salah satu sarana penyucian diri bagi warga Tionghoa lewat ritual pertobatan atau perubahan cara beripikir dan bertindak, mengubahnya dengan cara yang lebih terbarukan. Dilakukan dengan simbol mengusir roh jahat atau hal-hal yang dianggap sebagai penghambat selama ini dalam mencapai kebahagian maupun kesejahteraan.

Dan yang terpenting lewat perayaan Imlek ditunjukkan bahwa Masyarakat Tionghoa memiliki keyakinan bahwa ada suatu kekuatan besar di luar dirinya sendiri yang mempengaruhi kehidupan dan nasib, oleh karena itu diperlukan sikap menghormati dan memohon kepada kekuatan itu yang dipercayai sebagai Dewa dan Dewi maupun para leluhur.

Selain berbentuk penghormatan dan permohonan kepada para Dewa dan leluhur, lewat peraan Imlek juga masyarakat Tionghoa menunjukkan sikap kekeluargaan yang kental, menghormati leluhur, orang tua dan saudara yang ditunjukkan dengan melakukan pertemuan dan saling mengunjungi di hari raya Imlek.

Artinya perayaan Imlek bagi warga Tionghoa bukan sekedar merayakan datangnya tahun baru tetapi secara essensial memuat nilai-nilai luhur yang mulia menghormati para dewa memohon berkat dan rejeki melimpah, serta menunjukkan nilai-nilai kemanusian dan kekeluargaan yang kental bagi sesama umat manusia terutama yang termarginalkan, dan menunjukkan kebersamaan yang erat dengan keluarga besar.

ARTI GONG XI FA CAI

Salah satu ekspresi bahwa perayaan Imlek bukan sekedar perayaan menyambut tahun baru sesuai kalender lunisolar, di setiap menyambut hari raya Imlek lajim disampaikan dengan ucapan Gong Xi Pa Cai. yang artinya " Semoga Anda Sejahtera Di Tahun Akan Datang", atau dalam bahasa Kanton berarti " Semoga Anda Bahagia dan sejahtera".

Artinya hal itu diucapkan sebagai ungkapan bahwa perayaan Imlek sebagai tradisi dan ritual untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau hambatan kehidupan ke depan, dan berharap agar memperoleh kehidupan lebih baik dan sejahtera kedepannya dengan memperoleh rejeki lebih melimpah. Bukan sekedar mengucapkan selamat tahun baru sebagai lajimnya dilakukan dengan mengucapkan "Xinnian Ho" atau "Xin Nian Kuai Le" yang artinya Selamat Tahun Baru.

Sedangkan Gong Xi Fa Cai secara harfiah berarti selamat mendapatkan lebih banyak kekayaan dan kemakmuran. Secara inplisit mengucapkan Gong Xi Fa Cai pada intinya fokus kepada harapan memperoleh materi yang lebih melimpah, rejeki dan kesejahteraan.

Gong Xi Fa cai sendiri berasal dari kata  Gong Xi berarti Selamat, Fa artinya berkembang, dan Cai berarti berkembang jadi kaya. Jadi ucapan Gong Xi Fa Cai merupakan sebuah pengharapan atau doa agar memperoleh kekayaan yang lebih melimpah. atau sebuah doa kepada saudara atau kerabat agar semakin makmur dan sejahtera.

HAPPY LUNAR NEW YEAR.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun