Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Philosopis Imlek dan Gong Xi Fa Cai

22 Januari 2023   00:36 Diperbarui: 22 Januari 2023   00:39 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com 

Dewa Dapur diyakini berangkat ke langit untuk melaporkan kelakuan penghuni rumah kepada Sang Pencifta. Dan dipercayai bahwa setelah Dewa Dapur pergi ke langit maka patung yang ada di kelenteng tidak lagi berpenghuni sehingga merupakan saat yang tepat untuk membersihkannya. 

Dalam proses mengantarkan Dewa Dapur pergi ke langit dilakukan ritual menyiapkan berbagai sajian yang serba manis, seperti buah yang manis, kue keranjang dan Dodol China sebagai bekal yang dibawa Dewa Langit pergi ke langit, dengan harapan ketika Dewa dapur melaporkan kepada penguasa jagat raya menyampaikan hal-hal yang positif dan yang baik.

Sap Sim Am Pu adalah ritual melakukan sembahyang kepada Dewa tau Dewi penjaga rumah,  pelindung rumah dan leleuhur dilakukan sehari sebelum tiba Imlek,  dengan cara menjamu mereka dan memohon berkah dengan mempergunakan dupa atau hio, lilin merah, kertas tuakim, buah-buahan, ayam rebus, kue, arah, teh, serta tulisan nama leluhur di kertas merah. Setiap anggota keluarga akan mengambil hio dan menyalakan sumbunya, kemudian hio ditancapkan ke vas pasir dengan tulisan nama leluhur dan menunggu sampai hio tersebut habis terbakar, dengan mempercayai bahwa  asap dari hasil pembakaran tersebut akan mengantarkan semua persembahan kepada leluhur atau dewa dan dewi yang di sembah.

Selain tradisi membakar hio, ada juga dilakukan tradisi menjelang hari Imlek dengan membersihkan rumah, tidak boleh keramas, tidak boleh mengenakan baju hitam, tidak boleh berteriak atau berkata kasar, dan tidak boleh berbicara tentang kematian. Kemudian tepat pada puncak hari raya Imlek dilakukan pembagian angpao, mengunjungi rumah kerabat, dan berkumpul dengan keluarga besar. Perayaan Imlek dilakukan selama 15 hari, dan tepat di hari ke 25 dirayakan  atau ditutup dengan perayaan Cap Go Meh yang identik dengan pertunjukan Barongsai dan hidangan kue keranjang.

Angpao merupakan amplop merah berisi sejumlah uang yang akan diberikan kepada anak-anak atau orang yang belum menikah, dan orang yang tidak memiliki pekerjaan dengan harapan dapat melindungi mereka dari gangguan iblis bernama "Sui" yang kerap datang di malam Imlek. Dan yang memberi Angpao diharapkan akan memperoleh keberuntungan di hari mendatang, oleh karena itu pemberian nilai isi angpao harus berdasarkan lambang nilai keberuntungan, yaitu dengan angka 8, misalnya memberi isi angpao sebesar 80 Ribu, 800 Ribu atau 8 Juta, dan menghindari angka sial yang mengandung angka 4, misalnya 4 Ribu maupun 40 Ribu.

Pertunjukan Barongsai juga dianggap sangat penting karena Baronsai yang identik dengan Singa merupakan simbol keberuntungan dan kebahagiaan, sedangkan Naga sebagai simbol keberanian dan kekuatan. Tarian Barongsai diyakini sebagai simbol keberuntungan dan mengusir roh jahat.

Dari ritual atau tradisi yang lajim dilakukan menjelang dan saat perayaan Imlek secara philosopis mengandung makna bahwa perayaan Imlek bukan hanya sekedar merayakan hadirnya tahun yang baru, dan bukan hanya sekedar merayakan musim semi sebagai pertanda datangnya hari yang tepat untuk turun ke ladang untuk bercocok tanam (mencari penghasilan), tetapi Imlek merupakan salah satu sarana penyucian diri bagi warga Tionghoa lewat ritual pertobatan atau perubahan cara beripikir dan bertindak, mengubahnya dengan cara yang lebih terbarukan. Dilakukan dengan simbol mengusir roh jahat atau hal-hal yang dianggap sebagai penghambat selama ini dalam mencapai kebahagian maupun kesejahteraan.

Dan yang terpenting lewat perayaan Imlek ditunjukkan bahwa Masyarakat Tionghoa memiliki keyakinan bahwa ada suatu kekuatan besar di luar dirinya sendiri yang mempengaruhi kehidupan dan nasib, oleh karena itu diperlukan sikap menghormati dan memohon kepada kekuatan itu yang dipercayai sebagai Dewa dan Dewi maupun para leluhur.

Selain berbentuk penghormatan dan permohonan kepada para Dewa dan leluhur, lewat peraan Imlek juga masyarakat Tionghoa menunjukkan sikap kekeluargaan yang kental, menghormati leluhur, orang tua dan saudara yang ditunjukkan dengan melakukan pertemuan dan saling mengunjungi di hari raya Imlek.

Artinya perayaan Imlek bagi warga Tionghoa bukan sekedar merayakan datangnya tahun baru tetapi secara essensial memuat nilai-nilai luhur yang mulia menghormati para dewa memohon berkat dan rejeki melimpah, serta menunjukkan nilai-nilai kemanusian dan kekeluargaan yang kental bagi sesama umat manusia terutama yang termarginalkan, dan menunjukkan kebersamaan yang erat dengan keluarga besar.

ARTI GONG XI FA CAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun