Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jejak Anwar Ibrahim sebagai Pemimpin Inklusif dan Moderat

26 November 2022   02:31 Diperbarui: 26 November 2022   09:05 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemelut berkepanjangan politik dalam negeri Malaysia ini akan salah satu faktor yang diprediksi jadi pekerjaan rumah berat Anwar Ibrahim disamping terjadinya polarisasi poltik berdasarkan sentimen identitas. 

Pemilu Malaysia 2020 diwarnai dengan munculnya istilah "Tsunami Hijau" karena sepak terjang Partai Islam Se-Malaysia (PAS) memperoleh suara meningkat tajam, merupakan sejarah baru kebangkitan partai islam konservatif yang identik dengan warna hijau. PAS melipatgandakan kursi dari 18 menjadi 44 kursi di pemilu kali ini, menyapu bersih 22 kursi di negara bagian pantai timur Kelantan dan Terengganu,menyapu 13 dari 14 kursi di negara bagian utara Kedah.

Pemilu Malaysia mencatatkan sejarah dimana daerah pemilihan Alor Setar yang memiliki 32 persen populasi warga Tionghoa Malaysia tidak diwakili oleh anggota aparlemen Tionghoa Malaysia. Hal ini pertama kali  terjadi sejak Malaysia merdeka. Afnan Hamimi Taib Azammudin calon dari PAS berhasil menggusur calon Pakatan Harapan Simon Ooi Tze Min. PAS merupakan salah satu partai pendukung Perikatan Nasional (PN) pimpinan Muhyiddin Yassin.

 INKLUSIF DAN MODERAT

Sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru terpilih, Anwar Ibrahim dihadapkan kepada tugas untuk membangun politik yang inklusif, yaitu mengakomodir semua kepentingan yang berbeda dan sekat-sekat politik yang ada, baik itu suku, agama, ras, dan golongan. 

Hal ini sangat penting karena ketika pelaksanaan pemilu telah terjadi polarisasi akibat melakukan penggalangan dukungan politik berdasarkan identitas.

Anwar Ibrahim diyakini akan mampu menjadi seorang pemimpin yang inklusif karena Koalisi Pakatan Harapan  yang dia pimpin merupakan koalisi multi-etnis, dan jadi koalisi multi-etnis pertama di Malaysia.

Jika ditelisik latar belakang pendidikan dan perjalanan karir politiknya, Anwar Ibrahim sejak muda merupakan aktivis mahasiswa kritis dan terkenal sebagai tokoh moderat. Menjalani pendidikan di  Universitas Malaya pada tahun 1967 dan menjabat sebagai Presiden Pesatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM). 

Ketika kuliah di University of Malaya terjadi kerusuhan ras tahun 1969 memberikan pelajaran berharga baginya untuk membentuk diri sebagai seorang moderat. Sejak mahasiswa sudah sering  melakukan demontrasi, pernah, memimpin protes menentang Perang Vietnam, demonstrasi anti korupsi, kemiskinan dan nasib kaum marginal. 

Memperoleh penghargaan sebagai anggota Advisory Group untuk ad hoc untuk Sekretaris Jenderal PBB Urusan Pemuda pada tahun 1973 atas kemampuan kepemimpinannya dan intelektualnya.

Anwar Ibrahim membentuk Angkatan Belia Islam Malaysia pada tahun 1971 dan menjadi presiden organisasi itu hingga tahun 1982, terkenal sesebagai seorang aktivis dan pemimpin muda muslim berpikiran cemerlang lewat tulisan-tulisan dan pidato-pidatonya berisi  Islam dan multiras tahun 1970, thema sangat cocok dengan kondisi Malaysia yang pernah dilanda kerusuhan etnis berdarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun