Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sengitnya Persaingan Calon Perdana Menteri Malaysia antara Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin

22 November 2022   01:35 Diperbarui: 22 November 2022   08:14 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hingga malam, Senin 21 November 2022, penyerahan nama calon Perdana Menteri Malaysia kepada Raja Malaysia Yang di-Pertoan Agung Sultan Abdullah belum ada. Sehingga tenggat penyerahan nama calon perdana menteri diperpanjang hingga Selasa 22 November 2002. 

Sebelumnya Raja Malaysia sudah mengeluarkan titah agar koalisi partai politik menyerahkan nama calon perdana menteri pada hari Minggu 21 November 2022 setelah Komisi Pemilihan Umum melaporlkan bahwa tidak ada partai politik jadi pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ke-15 Malaysia yang dipercepat, Sabtu 19 November 2022.

Berdasarkan konstitusi Federal, Raja Malaysia memiliki hak memberi persetujuan dan keputusan mengenai pembentukan pemerintahan yang baru dan pengangkatan Perdana Menteri Malaysia. 

Oleh karena itu Ketua Partai Politik peserta pemilu dan koalisi berkewajiban menyampaika kepada Raja Malaysia tentang koalisi partai yang telah disepakati beserta nama calon Perdana Menteri yang telah disepakati koalisi.

Berdasarkan informasi yang disampaikan Ketua Komisi Pemilihan Umum Malaysia Abdul Gani Salleh, Pemilu ke-15 Malaysia tidak ada partai politik manapun yang berhasil memperoleh kursi mayoritas diatas 50 % dari jumlah kursi yang diperebutkan.

Berdasarkan perhitungan komisi pemilihan umum Malaysia ada dua partai politik yang unggul memperoleh peringkat tertinggi , sehingga bersaing ketat untuk memperebutkan kursi Perdana Menteri Malaysia, yaitu  Pakatan Harapan (PH) memperoleh 76 kursi di parlemen, dan Perikatan Nasional (PN) memperoleh 51 kursi parlemen.

Keduanya diunggulkan, sehingga dapat menyerahkan nama calon Perdana Menteri. Namun keduanya tidak berhasil memperoleh kursi parlemen mayoritas dengan jumlah kursi parlemenn diatas 50 %,  yaitu minimal memperoleh kursi sebanyak 112 kursi. Sehingga diharuskan melakukan koalisi dengan partai lain.

Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin Unggulan Perdana Menteri Malaysia

Untuk bisa mengusulkan nama calon Perdana Menteri, kedua partai ini, Pakatan Harapan yang mengusung Anwar Ibrahim  dan Perikatan Nasional  yang mengusung Muhyiddin Yassin harus berpacu dengan waktu untuk segera membentuk koalisi dengan partai lain.

Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin saling klaim telah memperoleh dukungan partai lain membentuk koalisi. 

Anwar Ibrahim, Senin 22 November 2022 mengatakan sedang melakukan pembicaraan dengan UMNO yang mendominasi Koalisi Barisan Nasional untuk membentuk koalisi mayoritas, dan yakin akan memperoleh dukungan dari Koalisi Barisan Nasional.

Jika koalisi Pakatan Nasional dengan Koalisi Barisan Nasional benar terjadi, Anwar Ibrahim akan memperoleh tambahan kursi sebanyak 30. Rencana Koalisi Pakatan Harapan dan UMNO ini diperkirakan didukung juga oleh Aliansi Demokrasi Bersatu Malaysia (MUDA) memili 1 kursi, Parti Bangsa Malaysia (PBM) memiliki 1 kursi dan Parti Warisan memiliki 3 kursi.

 Muhyiddin Yassin juga mengatakan sudah memperoleh dukungan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) yang sedang naik daun dan memperoleh kursi parlemen sebanyak 22 kursi.

Muhyiddin Yassin kemungkinan besar memperoleh dukungan Gabungan Partai Serawak (GPS) yang memiliki  22 kursi parlemen.

Untuk memperoleh koalisi mayoritas, Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin harus berupaya menperoleh dukungan dari partai-partai papan atas yang memiliki perolehan suara signifikan seperti Koalisi Barisan Nasional, Partai Islam Se-Malaysia dan Gabungan Partai Serawak.

 Kedua kandidat perdana menteri yang diunggulkan ini memang sudah nampak bekerja keras memperoleh melakukan lobby politik untuk memperoleh dukungan dari ketiga Partai tersebut.

Namun membentuk koalisi yang final bukan merupakan  hal mudah,  karena banyak hal yang mesti dipertimbangan dan rintangan yang muncul diantara mereka, baik karena adanya pengalaman buruk masa lalu diantara para elit politik maupun pimpinan partai, maupun akibat dari persaingan sengit saat kampanye maupun ketika pemungutan suara. 

Anwar Ibrahim untuk merajut koalisi dengan Koalisi Barisan Nasional yang didominasi oleh UMNO, sebenarnya memiliki visi perjuangan yang sangat bertolak belakang selama ini, dan UMNO merupakan musuh utamanya selama sebelumnya.

Sementara itu, Anwar Ibrahim terkenal sebagai tokoh oposisi yang genjar mengkritik praktek korupsi di pemerintahan Malaysia yang identik dengan UMNO. Sehingga muncul pertanyaan apakah benar akan terbentuk suatu koalisi yang baik dan solid  dalam kurun waktu yang panjang diantara mereka jika koalisi itu terjadi sementara memiliki visi maupun kerangka pemikiran perjuangan bertolak belakang.

Untuk menanggapi rencana koalisi dengan Koalisi Barisan Nasional, Anwar Ibrahim mengatakan   "Kami memprioritaskan isu-isu utama untuk pemerintahan baru ini. Stabilitas yang pertama, kami membutuhkan stabilitas politik untuk memajukan negara, dan akan menjadi pemerintahan inklusif yang akan fokus pada tata kelola ekonomi yang stagnan selama beberapa tahun terakhir."

Selain mengandalkan Koalisi Barisan Nasional Anwar Ibrahim  juga harus memperhitungkan kekuatan Gabungan Partai Serawak (GPS), yaitu partai regional yang berkuasa di Malaysia Timur,,Negara Bagian Serawak.

GPS  sangat perlu diperhitungkan karena pada pemilu-pemilu sebelumnya GPS justru sering jadi kunci penentu terbentuknya koalisi mayoritas sebagai syarat terpilihnya Perdana Menteri Malaysia. Sebelumnya GPS merupakan salah satu faktor penentu  terpilihnya Mahyuddin Yassin dan Ismail Sabri.

Sudah merupakan rahasia umum bahwa Anwar Ibrahim selama ini tidak akur, bahkan ada perang dingin dengan Johari Openg Ketua Umum Gabungan Partai Serawak, sehingga dikuatirkan akan sulit terjadinya koalisi diantara mereka, padahal Gabungan Partai Serawak sangat dibutuhkan membentuk koalisi mayoritas. 

Jika Gabungan Partai Serawak tidak bisa diranggkul Anwar Ibrahim, peluang itu akan memberi keuntungan kepada Muhyiddin Yassin, dan bisa jadi Koalisi Muhyiddin Yassin lebih unggul membentuk koalisi mayoritas. Namun, Muhyiddin Yasin juga belum tentu begitu mudahnya memperoleh keputusan berkoalisi dari Gabungan Partai Serawak, karena  kekuatiran terhadap semakin kuatnya pengaruh Partai Islam Se-Malaysia (PAS) didalam koalisi Muhyiddin Yasin.


 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun