Tidak dapat dipungkiri bahwa karir gemilang Anas Urbaningrum yang melejit kencang meraih puncak prestasi menjadi ketua salah satu partai politik terebesar di Indonesia banyak ditanggapi oleh banyak pihak dengan sikap berdecak kagum, salut, bahkan angkat tangan. Karena perjalanan karir politik Anas Urbaningrum yang dianggap prestisius ini maka banyak kalangan yang memperkirakan bahwa Anas Urbaningrum merupakan salah seorang calon pemimpin Indonesia potensial di masa yang akan datang, misalnya menjadi calon Presiden Indonesia yang akan datang.
Dilihat dari usianya yang masih empat puluh lima tahun, Anas Urbaningrum memang dapat dikatakan sebagai salah satu pigur yang berhasil dalam kancah politik nasional, dan merupakan salah satu sosok yang mewakili tokoh muda politisi nasional, maka wajar jika banyak sekali pihak yang memprediksi Anas bakal menjadi seorang pemimpin nasional terkemuka di masa yang akan datang.
Namun seiring dengan keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menetapkan Anas Urbaningrum sebagai salah seorang tersangka terlibat dalam kasus korupsi proyek Hambalang maka diprediksi karir politik Anas Urbaningrum akan mandek, bahkan tidak menutup kemungkinan akan berakhir, alias layu sebelum berkembang lebih jauh.
Apabila Anas Urbaningrum tidak mampu berselancar menghadapi turbelensi politik yang tengah melilitnya maka salah satu politisi muda calon pemimpin masa depan Indonesia tereleminasi secara tidak langsung, kondisi ini sudah tentu menjadi salah satu peristiwa yang membuat salah seorang calon pemimpin nasional tergusur dari lingkaran elit politik nasional, oleh karena itu maka tidak ada salahnya jika kita mencoba-coba memalingkan pandangan kepada beberapa orang politisi muda lainnya yang memiliki potensi setara, atau setidak-tidaknya mampu mendekati prestasi Anas Urbaningrum sebelumnya. Sebenarnya banyak orang muda yang telah mampu berkiprah dalam lingkaran elit politik nasional, tetapi yang mampu menjadi pemimpin partai politik di tingkat nasional selain Anas Urbaningrum masih ada Muhaimin Iskandar ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kedua tokoh ini, Anas Urbaningrum dan Muhaimin Iskandar, jika kita cermati perjalanan karir politik keduanya, ada beberapa hal yang memiliki kemiripan diantara mereka, misalnya sama-sama mantan pengurus tertinggi organisasi mahasiswa ekstra kampus yang berbasis Islam, dan sama-sama menjadi ketua umum partai dalam usia yang relatif muda, oleh karena itu keduanya sebelumnya diprediksi merupakan calon pemimpin nasional sangat potensial dan perlu diperhitungkan eksistensinya. Selain kemiripan perjalanan karir mereka berdua, dalam jejak kepemimpinan mereka sebagai ketua umum partai politik ternyata sama-sama menjadi pigur ketua partai yang akhirnya berseberangan dengan pemangku kepentingan utama partai yang mereka pimpin.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB dianggap sebagai orang berkianat kepada Gus Dur sebagai salah seorang tokoh utama pendiri PKB, dan Anas Urbaningrum baru saja menunjukkan sosoknya yang menggambarkan keberadaannya yang bertentangan tokoh sentral Partai Demokrat. Bila kita amati sejarah perjalanan politik Anas Urbaningrum meraih ketua umum Partai demokrat maka tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya Anas Urbaningrum bukan merupakan pigur yang diharapkan oleh para elit penguasa Partai Demokrat sebagai ketua umum terpilih ketika itu, maka nasib yang dialami Anas Urbaningrum yang mengalami penentangan dari beberapa pihak selama menjadi ketua umum Partai Demokrat dan kemudian ketika lengser merupakan perjalanan panjang adanya sikap yang tidak menginginkan keberadaan Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat, sehingga Anas Urbaningrum sendiri mengumpakan dirinya bagaikan "seorang bayi yang tidak diinginkan kelahirannya".
Dari pemaparan diatas, dapat tergambar adanya kemiripan perjalanan karir politik antara Anas Urbaningrum dengan Muhaimin Iskandar, namun perbedaan pokok diantara mereka adalah Muhaimin Iskandar mampu bertahan menjadi ketua umum dan dianggap menghianati Gus Dur tidak dapat dilepaskan dari peranan dan bantuan penguasa ketika itu, yaitu Presiden SBY. Sedangkan Anas Urbaningrum mundur sebagai ketua umum Partai Demokrat tidak dapat dipungkiri berkat desakan Presiden SBY dengan alasan menyarankan Anas Urbaningrum lebih fokus menghadapi persoalan hukum yang tengah melilitnya.
Perjalanan karir politik kedua politisi muda ini ternyata tidak dapat dilepaskan dari lingkaran kekuasaan SBY, oleh karena itu masa depan karir politik mereka ke depan juga tidak dapat dipisahkan begitu saja keterkaitannya dengan keberadaan SBY. Secara kasat mata dapat kita cermati bahwa Anas Urbaningrum dalam perjalanan karir politiknya selanjutnya akan selalu berhadapan - bertentangan- dengan SBY, bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi pertentangan keras diantara mereka sebagai konsekuensi perbedaan yang telah terjadi selama ini.
Lain halnya dengan Muhaimin Iskandar, sebagai konsekuensi atas keberadaannya yang mampu bertahan sebagai ketua umum PKB berkat dukungan penguasa saat itu maka perjalanan karir politik Muhaimin Iskandar juga tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan kekuasaan SBY, ironisnya paska berakhirnya kekuasaan SBY boleh jadi karir politik Muhaimin Iskandar juga akan turut redup.
Perjalanan karir kedua politisi muda ini sangat menarik dicermati karena paska berakhirnya kepemimpinan SBY sebagai Presiden Indonesia dalam periode keduanya maka semestinya menjadi era kepemimpinan para politisi muda ini. Tetapi karena perjalanan karir politik mereka yang terjebak dengan turbelensi politik dibawah era kepemimpinan SBY menjadi batu sanjungan yang bisa jadi justru menghambat kesuksesan karir mereka.
Anas Urbaningrum setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dan setelah mengundurkan diri sebagai ketua umum Partai Demokrat dapat dikatakan karir politiknya telah di ujung tanduk bahkan nyaris runtuh, sedangkan Muhaimin Iskandar sampai hari ini masih bisa tetap berdiri tegak - ya sampai hari ini -. Namun nasib Muhaimin Iskandar juga tidak menutup kemungkinan mengikuti jejak Anas Urbaningrum terjerat hukum karena kementerian yang dipimpinnya juga ada terbelit persoalan korupsi. Selain tantangan persoalan hukum yang bisa saja menerpa Muhaimin Iskandar, sebenarnya persoalan terbesar atau tantangan yang akan dihadapi oleh Muhaimin Iskandar untuk memuluskan karir politiknya ke depan justru penolakan yang muncul dari dalam kalangan warga NU yang tidak dapat dipungkiri sebagai basis massa dan pemilik PKB itu sendiri.
Apabila selama ini keberhasilan Muhaimin Iskandar untuk tetap bisa bertahan menjadi ketua umum PKB dianggap berkat adanya dukungan dari penguasa saat ini, maka kedepannya apabila penguasa berganti maka kekuasaan Muhaimin Iskandar juga dikuatirkan akan terganggu, karena akan tetap mendapat perlawanan dari dalam organisasi yang dipimpinnya. Riak-riak penolakan terhadap Muhaimin Iskandar akhir-akhir ini justru semakin menampakkan wujudnya kepermukaan, dan ironisnya justru akan mengkristal menjadi lebih besar menjadi sebuah kekuatan yang akan mampu mengeleminir kekuatan Muhaimin Iskandar.
Apabila kedua politisi muda ini menghadapi perjalanan karir yang mentok dalam waktu yang tidak lama lagi, kira-kira darimanakah datangnya tokoh muda calon pemimpin masa depan Bangsa Indonesia ? Untuk itu selamat datang kaum muda Indonesia di kancah politik nasional...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H