Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerindra Gagal Koalisi dengan Golkar Setelah PPP?

6 Mei 2014   06:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Partai Gerindra menghadapi jalan buntu membentuk koalisi dengan PPP, kini Partai Golkar menjadi harapan terbesar sebagai mitra koalisi Partai Gerindra untuk ikut bertarung dalam kompetisi pemilihan presiden yang akan datang.

Hari Senin 5 Mei 2014 Aburizal Bakrie ketua umum partai Golkar melakukan kunjungan ke kediaman Prabowo Subianto, selain sebagai kunjungan balasan atas kehadiran Prabowo Subianto ke rumah Aburizal Bakrie, pertemuan itu memiliki muatan politis untuk membicarakan kemungkinan koalisi partai Gerindra dan Golkar.

Usai pertemuan kedua tokoh partai papan atas pemilu 2014, dalam konferensi pers Aburizal Bakrie memberi keterangan mengejutkan, “Secara langsung Aburizal Bakrie menyatakan tidak mempersoalkan apakah dirinya menjadi orang nomor satu maupun nomor dua dalam pencalonan pasangan presiden yang akan diusung kedua partai itu jika terealiasasi koalisi”

Pernyataan Aburizal Bakrie ini selain menunjukkan kesediaannya turun “grade”, seakan membenarkan partai Golkar memang dilanda kesulitan membentuk koalisi dengan partai lain untuk mengusung Aburizal sebagai calon presiden besutan partai Golkar. Inilah salah satu nilai minus Aburizal Bakrie dimata tokoh partai Golkar lainnya.

Selain dianggap gagal mencari mitra koalisi, kegagalan terbesar Aburizal Bakrie yaitumerosotnya perolehan suara partai Golkar pada pileg 2014.Hasil publikasi hitung cepat yang dilakukan beberapa lembaga menempatkan partai Golkar pada posisi rangking ketiga dibawah partai Gerindra, dan mampu dikalahkan PDIP.

Aburizal Bakrie kini berada pada posisi gamang karena mendapat banyak kritik dari kader dan petinggi partai Golkar, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum partai Golkar akan dievaluasi, bahkan bisa jadi akan dilengserkan. Hal ini tidak mustahil terjadi jika dilihat dari kritikan maupun manuver yang dilakukan beberapa petinggi partai Golkar dan pimpinan ormas yang berafliasi dibawah rindangnya pohon beringin ini.

Sebagian kalangan di internal partai Golkar menuntut Aburizal Bakrie untuk segera mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam rapimnas yang akan dilaksanakan beberapa waktu lagi. Dan apapun format koalisi yang hendak dilakukan partai Golkar diminta dibicarakan dalam rapimnas sebagai salah satu bentuk konsekuen terhadap keputusan tertinggi partai.

Majunya Aburizal Bakrie sebagai bakal calon presiden partai Golkar merupakan keputusan rapimnas partai Golkar 2012, sehingga jika ada perubahan, baik itu mengundurkan diri sebagai capres partai Golkar maupun hanya menjadi cawapres harus diputuskan melalui rapimnas.

Ucapan Aburizal Bakrie yang menyatakan tidak menjadi masalah apakah menjadi orang nomor satu atau nomor dua dalam pertemuannya dengan Prabowo Subianto bagaikan senjata panas yang siap menghantam balik Aburizal Bakrie. Dalam rapimnas partai Golkar yang akan datang boleh jadi menjadi arena penghakiman terhadap Aburizal Bakrie, bahkan tidak menutup kemungkinan ada upaya melengserkan Aburizal Bakrie dari orang nomor satu di partai Golkar.

Setelah Prabowo Subianto gagal melakukan koalisi dengan PPP karena terjadi gejolak internal dan penolakan dari sebagian fungsionaris PPP maka bisa jadi Prabowo Subianto akan mengalami kegagalan kedua kalinya melakukan koalisi dengan partai lain, karena menghadapi persoalan yang sama dalam tubuh partai Golkar, yaitu penolakan dari sebagian tokoh elit partai Golkar dan ormas yang berafliasi dengan partai Golkar.

Bila ini terjadi maka semakin sulit bagi Prabowo Subianto untuk membentuk koalisi pencalonan menuju presiden Indonesia karena mengalami dua kali pengalaman yang sama, gagal koalisi karena terjadi kisruh di internal partai yang diajaknya berkoalisi. Untuk partai Golkar manuver seperti ini bukan barang asing dan tabu bagi mereka karena sejak lama partai Golkar dalam setiap keputusan strategis selalu mengutamakan kepentingan pragmatis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun