Mohon tunggu...
Daud Amarato D
Daud Amarato D Mohon Tunggu... Warga Belajar -

Aktif memotret berbagai fenomena sosial di lapangan. “Segala sesuatu ADA WAKTUNYA”

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Provokator Kericuhan pada Acara "Prabowo Menyapa Warga Jateng-DIY"

28 Februari 2019   13:55 Diperbarui: 28 Februari 2019   14:12 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: detik.com

Makin dekatnya puncak Pemilihan Umum (Pemilu) pada tanggal 17 April 2019, kedua capres kita Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi makin gencar melakukan kampanye di seluruh wilayah NKRI. Suasana dan dinamika kampanye Pemilu 2019 ini terasa sedikit berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya karena memiliki dinamika yang lebih menggeliat, serta atmosfir persaingan yang lebih memanas.

Salah satu kampanye yang dilakukan Capres Probowo-Sandi pada tanggal 27 Pebruari 2019 di Jogyakarta, diwarnai dengan insiden kecil sebagai wujud dinamika politik yang semakin menggeliat. Dilansir SURYA.co.id, 27/02/2019 bahwa Kampanye yang mengusung tema: "Prabowo Menyapa Warga Jateng-DIY" itu mengalami kericuhan disebabkan oleh dua orang yang membentangkan spanduk Jokowi-Ma'rut. 

Peristiwa ini juga diberitakan oleh sejumlah media online lainnya. Dikutip dari SURYA.co.id 27/02/2019:

Seorang warga yang melintas di jalan Magelang Km 4, Aji (25) menuturkan awalnya ada orang yang membentangkan spanduk Jokowi-Maruf Amin."Setahu saya tadi ada 2 orang yang membawa spanduk, Jokowi-Maruf," ujar Aji seorang warga Jalan Magelang, Rabu (27/02/2019).

Rombongan yang sedang konvoi melihat spanduk yang dibentangkan oleh dua orang tersebut. Mereka lalu mengejar dua orang itu. "Dua orang itu dikejar. Mereka lari," ungkapnya.

Dari pemberitaan itu dapat diketahui bahwa provokatornya adalah dua orang yang belum dikenal siapa mereka, sebagaimana disebutkan dalam berita di atas. Namun kericuhan kecil tersebut dapat diatasi oleh pihak keamanan setempat sehingga keadaan kembali pulih seperti sedia kala.

Dilansir detiknews, 27/02/2019:

"Soal ada orang yang membentangkan spanduk itu, ya jelas bentuk provokasi ya yang biasa kita hadapi. Salahnya orang itu kenapa dibentangkan spanduk di tengah ribuan orang. Ini kan terindikasi provokator," kata juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, kepada wartawan, Rabu (27/2/2019).

Ketika kericuhan kecil itu berlangsung, mobil Roy Suryo salah satu Anggota DPR RI juga ikut menjadi korban pelemparan oleh orang yang tak dikenal. SURYA.co.id, 27/02/2019 memberitakan bahwa

Roy Suryo menyampaikan, saat kejadian, mobil terparkir di dalam rumah. Gerbang juga dalam keadaan terkunci."Terkena di bagian belakang. Ya kaca mobil bagian belakang pecah," ungkapnya.

Menurutnya, saat kejadian dirinya tidak ada di rumah. Ia juga tidak hadir di acara Grand Pacific Hall karena sedang menunggu istri di rumah sakit.

Sehubungan dengan kejadian itu, beberapa hal yang menarik untuk dikaji, adalah:

Pertama, dalam suatu keramaian apapun, selalu saja rentan dengan kericuhan bahkan bisa terjadi kerusuhan. Apalagi keramaian politik dengan persaingan yang semakin ketat, biasanya lebih rentan dengan hal-hal seperti itu. Sering kali provokator dengan berbagai tendensinya mengambil kesempatan untuk membuat ricuh.

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, diketahui bahwa provokator adalah orang yang melakukan suatu perbuatan untuk membangkitkan kemarahan.

Belajar dari peristiwa itu, maka setiap penyelenggara keramaian mesti selalu waspada terhadap susupan provokator dengan berbagai modus operandinya. Upaya antisipasi perlu terus diperketat dengan pilihan metode yang tepat. Kita bersyukur upaya provokasi di Jogya itu segera teratasi sehingga tidak menimbulkan ekses yang luas.

Kedua, hal lain yang menarik dari kejadian itu adalah Sikap Roy Suryo yang tidak mempersoalkan pelaku pelemparan barang miliknya dalam kericuhan itu. Hal ini juga merupakan suatu bentuk provokasi. 

Roy Suryo lebih memilih memaafkan pelaku, agar masalahnya tidak melebar kemana-mana. SURYA.co.id, 27/02/2019 memberitakan bahwa

"Saya enggak (melaporkan). Saya memaafkan saja karena namanya juga anak-anak mungkin tidak tahu atau apa," ujar Roy Suryo.

"Saya lagi rumah sakit, istri baru saja operasi kok malah tambah (mobil terkena lemparan batu). Ya, moga-moga anak-anak itu diberi hidayah sama Allah," tegasnya.

Berkaca dari kejadian ini, Roy Suryo patut diacungkan jempol dan bisa menjadi contoh buat kita yang lain. Walaupun sebenarnya ia bisa melaporkan perkara itu ke polisi, namun ia memilih untuk memaafkan pelaku.

Poinnya adalah hal-hal yang bisa diabaikan akibat dinamika politik yang kian memanas ini, sebaiknya diabaikan agar suasana lebih kondusif sebagaimana yang diharapkan. Sudah hal biasa bahwa dalam suatu keramaian massa, masalah kecil dapat melebar ke hal-hal yang lain. Bahkan hal sepeleh bisa menimbulkan masalah besar. Seperti hal yang biasa terjadi pada acara-acara konser musik, sepak bola dan kerumunan massa lainnya.

Ketiga, hal baik lain yang perlu diapresiasi adalah kesiagaan apatur keamanan dalam menangani kejadian itu. Hal ini perlu menjadi contoh pada berbagai lokus keramaian lain untuk hari-hari selanjutnya.

Menyadari akan makin panasnya atmosfir politik tahun 2019 ini, kesiagaan pihak kepolisihan semakin dibutuhkan. Selama ini kepiawaian polisi sudah teruji dalam menangani massa dengan jumlah besar, serta selalu sukses mengindentifikasi dan menangani provokator. Kita berharap agar kepiawaian itu terus terjaga untuk seterusnya.

Keempat, kerja sama yang baik antara pihak penyelenggara dengan pihak kepolisian yang sudah ditunjukan dalam peristiwa di Jogyakarta itu, merupakan contoh yang perlu diteladani. Kedua belah pihak sama-sama proaktif untuk segera mengakhiri kericuhan hingga berakhir dengan baik dan tanpa ekses lanjutan.

Kita berharap dalam hari-hari selanjutnya menuju 17 April 2019 hingga sesudahnya, suasana dan dinamika politik semakin kondusif. Upaya identifikasi provokator dan antisipasi operasinya mesti terus ditingkatkan.

Dengan demikian, akan terjamin kondisi yang kondusif, agar rakyat lebih leluasa untuk menentukan pilihan yang tepat, tanpa terintimidasi dalam bentuk apapun. Sukses untuk kita semua.

Salam demokrasi damai...!

Daud Amarato D.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun