Mohon tunggu...
Daud Amarato D
Daud Amarato D Mohon Tunggu... Warga Belajar -

Aktif memotret berbagai fenomena sosial di lapangan. “Segala sesuatu ADA WAKTUNYA”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah "English Day" itu Suatu Kesempatan Belajar?

6 Februari 2019   15:22 Diperbarui: 6 Februari 2019   15:29 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: english-cz

Selama ini banyak produk lokal NTT yang tidak laku terjual kepada wisman, antara lain karena kurang sambungnya komunikasi di antara warga lokal NTT dengan wisman. Bahkan kesempatan ini dapat digunakan oleh pihak ketiga untuk meraup keuntungan besar, dengan cara membeli produk lokal dari warga dengan harga semurah-murahnya, lalu menjual kepada wisman dengan harga semahal-mahalnya.

Selain itu, ada pula warga yang setuju English Day dengan alasan bahwa sebenarnya banyak masyarakat umum di NTT yang ingin memperkaya perbendaharaan kata dan kemampuan berbahasa Inggrisnya dengan cara membangun komunikasi Ingris praktis dengan orang lain. Namun hal itu tidak terlaksana karena kuatir dianggap lebay, sombong, makan puji, dan seterusnya oleh orang lain yang ada di sekitarnya. Mereka menganggap bahwa pemberlakuan Pergub itu sebagai momentum belajar tanpa harus kuatir dengan hal-hal tersebut di atas. Mereka saat ini sudah memiliki alasan untuk beringgris praktis, tanpa kuatir dengan berbagai ocehan dari para pencemooh.

Lalu bagaimana dengan banyak warga NTT, terutama para ASN di NTT yang belum siap, bahkan merasa terbebani dengan English Day tersebut?

Proses mahir berbahasa Inggris bukan suatu yang mudah, terutama bagi kita yang tidak berbakat. Sebenarnya kita tak usah dulu berpikir mahir pada saat ini. Cukup kita mencobanya sedikit demi sedikit, seperti halnya ketika kita belajar bahasa daerah orang lain, belajar sedikit demi sedikit sehingga suatu saat nanti akan bisa.

Lalu apa yang dapat kita lalukan? Mungkin kita perlu memikirkan beberapa hal, sebagai berikut:

Pertama, mencoba terapkan English Day dengan hati iklas, tanpa harus merasa terbebani. Kita bisa mencobanya dengan apa adanya. Kata orang bijak, "ala bisa karena biasa".

Kedua, butuh keberanian dan tekat untuk mencobanya, tidak usah memberi ruang kepada rasa malu atau kuatir untuk menghambat kita. Toh, kita sudah punya alasan kebijakan gubernur sebagai dasar untuk berbahasa Inggris praktis, yang akan dapat menguatkan kita secara psikologis.

Ketiga, coba kita selalu membayangkan bahwa suatu saat nanti kita akan "berbangga", jika kita sudah lancar berbahasa Inggris praktis, tanpa ada niat sedikitpun untuk mengurangi peran Bahasa Indonesia, apa lagi melenyapkan bahasa daerah.

Keempat, untuk belajar Bahasa Inggris saat ini, tidak sesulit zaman dulu, sebab saat ini sudah banyak aplikasi belajar Bahasa Asing yang dapat diunduh oleh siapa saja. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa aplikasi itu dapat diunduh dengan menggunakan fasilitas android atau ios atau windows pada smartphone di tangan kita.

Dengan demikian, terlepas dari pro-kontra di atas, hendaknya kita melihat hal-hal positif dari English Day sebagai momentum belajar bahasa asing, sambil mengantisipasi dampak negatifnya. Mari kita gunakan hikmat dan kearifan yang ada dalam diri kita semua. Bahasa Indonesia diutamakan, bahasa daerah dilestarikan dan bahasa asing dipelajari untuk dikuasai.

Salam Perubahan

Daud Amarato D.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun