SEBUT saja nama gadis itu dila, berwatak keras, tempramen dan kadang juga egois. Karena menyadari wataknya yang jelek seperti itu, dila selalu berusaha menahan emosi setiap menghadapi hal-hal yang memancing emosinya. Berbagai cara dan trick dia lakukan untuk mengendalikan emosinya dan selalu selama ini berhasil.
Dan dalam hatinya dia pernah berjanji jika mampu dan bisa menjadi orang yang sabar, ya minimal bisa mengendalikan emosinya setiap dia menghadapi hal-hal yang bisa membangkitkan emosinya. Dia akan membuat syukuran sebagai apresiasi.
Alhamdulillah selama bertahun-tahun, yaaa.... sejak tahun 2008 bekerja dia ternyata bisa menguasai diri dan Alhamdulillah juga dia belum pernah yang namanya punya musuh dan di benci orang-orang ataupun di jauhi oleh rekan kerjanya.
Tapi setelah sekian lama dia mampu menguasai emosinya dan mampu menghadapi semua situasi tanpa harus adu otot dan tegang-tegangan urat leher. Tapi ternyata hari ini dila tak lolos yang namanya uji kesabaran. Apa ada yang salah? Saya juga sebagai teman baiknya tau pasti dila seperti apa, ketika dia marah, dia mungkin akan lebih memilih menjauh atau kalaupun harus adu argument. Yaaa.... biasanya secukupnya saja. Itulah trick dila untuk melatih kesabaran.
Tapi hari ini berbeda, saya yang pernah menjadi patner kerjanya selama tiga tahun. Kageett melihat dia pulang dengan kondisi menangis, seperti meyesali sesuatu dan juga sepertinya marah besar. Hmmmm,..
Saya sebagai temannya jadi KEMAL atau KEPO MAKSIMAL *Hehehe,... biasa bawaan orok. Jadinya ga bisa diam melihat dila menangis. Setelah tangisannya reda, saya mulai dech tanya-tanya, ada apa? Kenapa? Apa ada masalah keluarga? Ooooo ternyata....
Begini ceritanya, dila punya seorang teman. Saya sech sudah tau banget siapa yang dila maksud. Hari ini mereka berantem, hanya karena masalah sepele. Tapi ga usah saya sebutinlah masalahnya apa. Tapi rasanya wajar-wajar saja kalo dia bermasalah dengan rekan kerjanyanya yang baru ini. Karena meskipun saya tidak kenal baik dengan orang ini, tapi saya sudah pernah jadi korban keponya dia. Mulutnya dia itu lho..ga tahan.
Ada beberapa gambaran saya tentang orang ini, saya tidak akan berani mengambil kesimpulan seperti ini kalo saya sendiri ga pernah jadi korbannya dia, saya cuma ingin berbagi cerita dan minta solusi kira-kita apa yang akan teman-teman semua lakukan jika punya patner kerja seperti ini:
Selalu Membesar-besarkan Masalah.
Sebut saja namanya kemal. Kemal ini selalu membesar-besarkankan masalah yang sebenarnya kecil. Contohnya ne, ada masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan tanpa harus melibatkan bos. Tapi si kemal ini bisa menjadikan masalah ini heboh dan membuat rekan-rekan kerja yang lain juga ikutan kena dampak dari tak bisanya dia mengatasi masalah.
Sok Berkuasa.
Berdasarkan cerita dila, saya membuat kesimpulan bahwa sikemal ini sok berkuasa. Kenapa saya katakan si kemal sok berkuasa? Begini : si kemal ini untuk hal-hal kecil saja selalu minta bantuan, contohnya untuk sekedar mengambil kertas recycle aja untuk coret-coret terkadang atau bahkan setiap kali selalu minta di ambilkan oleh dila. Kadang saya bilang, koq kamu mau sech di suruh-suruh sama si kemal? Diakan bukan bos. Hmmmm... jawabanya si dila, ga apa-apalah.
Melemparkan Kesalahan Ke Orang Lain.
Ini saya kurang tau pasti, tapi dari cerita orang-orang yang pernah jadi patner kerjanya. Katanya si kemal ini sering melemparkan kesalahan ke orang lain. Jadi kata orang-orang penjilat. Tapi saya tak berani comment banyak soal ini.
Kepo Maksimal
Woooww... ini saya berani kasih julukan ke dia. Saya berani kasih dia julukan ini kedia, karena saya salah satu korbannya si kemal. Saya tau si kemal ini ga tau dan ga sadar sudah pernah kepoin saya dimana dan kapan. Tapi yang pasti karena keponya dia saya di panggil oleh boss dan dikasih warning 3. Hmm,... parah bangetkan?
Saya cuma ga mau memperpanjang masalah pada waktu itu. Tapi ada satu catatan penting yang saya buat untuk diri saya, bahwa orang seperti si kemal ini tidak bisa di jadikan teman, dan saya berani jamin dia pasti ga punya sahabat.
Kepo sah-sah saja menurut saya. Sayapun termasuk dalam kategori kepo, karena menulis masalah orang lain di blog ini. Menurut saya kepo selagi tidak membahayakan dan tidak menyakiti orang lain ya ga apa-apa. Tapi sikemal ini keponya kebanyakan nyelakain orang lain. Jadi saya mau minta pendapat :
-- Kira-kira teman-teman pembaca apa yang sebaiknya dila lakukan untuk menghadapi si kemal ini?
-- Apa dila sebaiknya mencari pekerjaan baru saja?
-- Apa kira-kira yang sebaiknya dila lakukan untuk menghadapi si kemal ini?
-- Bersabar menurut saya bukan solusi, karena si kemal bukan tipe yg akan sadar denga sikapnya yang sering kali menyakitkan bahkan kadang mencelakan orang lain. So apa yang harus dila lakukan?
-- Dila punya keinginan agar si kemal sadar dengan cara membuat dia kena batunya. Kira-kira baikkah untuk dila? Karena saya ga mau dila kenapa-kenapa.
Saya bersyukur saya ga punya patner kerja seperti si kemal. Dan saya bersyukur dila adalah salah satu sahabat terbaik saya. Mengapa? Ketika orang-orang menjauhi saya karena mungkin cara saya bersikap dan saya yang punya kepribadian yang tertutup. Tapi dila memilih diam dan walaupun kadang marah dengan hidup saya yang seperti ini. Tapi dila tak pernah meninggalkan saya saat teman-teman saya yang lain semua menjauh dari saya.
Walaupun dila bukan orang yang sabar. Tapi dila selalu berusaha jadi orang yang sabar dalam menyikapi apapun. Tapi saya tau pasti dila seperti apa. Dia tidak akan marah besar apalagi sampai mengeluarkan kata-kata kotor, jika tidak karena hatinya sudah tersakiti sekali.
Mengapa saya menulis ini? Karena saya lagi pusing melihat dila menangis.... saya bilang DILA KAMU TIDAK LOLOS UJI KESABARAN!!! Dan saya berharap kedepanya dila bisa lebih sabar lagi.
Dilla tetap semangat dan semoga lebih sabar lagi ngadapin si kemal...!!! Fighting...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H