Mohon tunggu...
Datuk Marwan Al Jafari
Datuk Marwan Al Jafari Mohon Tunggu... Lainnya - Ketua PW MABMI Kepulauan Bangka Belitung

Pegiat Budaya Melayu Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pj Gubernur Pemantik Diskusi

21 April 2023   22:12 Diperbarui: 21 April 2023   22:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Dt. Marwan AlJa'fari, DPMP.

Ketua PW MABMI KBB

Rabu lalu (19/4), saya diminta mengisi tausiah di kediaman Datuk Seri Ramli Sutanegara dalam acara berbuka bersama dan acara "nujuh hari"  putra beliau almarhum Hendra Astra Jaya.  Materi yang saya sampaikan, dalam tausiah tersebut membahas adat istiadat Kepulauan Bangka Belitung, baik ketika  belum jadi provinsi maupun setelah menjadi provinsi.

Kita semua tahu bahwa semboyan adat istiadat Pulau Bangka sebelum terbentuknya provinsi, terkenal dengan nama Sepintu Sedulang. Oleh masyarakat, dilaksanakan dengan menganggung dulang  yang berisi makanan ke masjid atau ke tempat pertemuan.

Dari adat budaya Sepintu Sedulang  ini  tergambar nilai- nilai prilaku masyarakat yang gemar bergotong royong. Selain itu  terdapat juga  makna ajaran dan filosofi di dalam dulang, yang mengajarkan kehidupan masyarakatnya dalam beragama dan bernegara.

Dalam hidup beragama  diajarkan bahwa satu dulang menandakan aqidah tauhid. Kita bertuhan kepada tuhan yang satu, kemudian di dalam dulang ada lima piring  simbol dari rukun Islam yang lima, yang disebut dengan syariat,  lalu tudung sajinya yang berwarna warni menandakan simbol masyarakat Bangka yang hidup beraneka ragam dan berbeda- beda baik suku, agama, ras dan adat budaya, namun bisa hidup rukun dan damai di tengah- tengah perbedaan itu, dan ini disebut dengan muamalat.

Itulah tiga inti ajaran Islam yang ada di dalam dulang.

Begitu juga dalam kehidupan bernegara. Semboyan negara kita adalah Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda- beda tapi tetap satu jua, ini diajarkan pula melalui dulang.  Tudung saji yang berwarna warni itu adalah bhinneka (bermacam ragam), dan satu dulangnya adalah tunggal ika. Kemudian di dalam dulangnya ada lima piring, itu adalah simbol dari lima sila yang ada dalam Pancasila.

Dengan banyaknya makna serta filosofi dalam adat Sepintu Sedulang ini, maka sepatutnya kita sebagai warga KBB melestarikan adat istiadat Sepintu Sedulang. Sebab, kalau tidak dilestarikan, maka akan terus terjadi pergeseran pelaksanaannya di lapangan, di mana sekarang ini banyak masyarakat menganggung dengan menggunakan rantang dan kotak. 

Alasannya karena ingin ringkas. Bayangkan kalau sudah berubah menjadi sepintu serantang atau sepintu sekotak maka makna dan filosofi Sepintu Sedulang akan berobah bahkan akan hilang.
Apalagi sekarang ini sudah ada aliran- aliran yang masuk ke daerah kita dengan membawa paham menolak adat budaya yang tidak pernah ada di zaman Nabi  Muhammad. 

Menurut mereka semua itu bid'ah. Paham - paham seperti itu tentunya harus kita lawan, karena akan merusak kelestarian adat budaya Melayu yang ada di KBB. Kita masyarakat KBB juga punya dasar dalam melaksanakan dan melestarikan adat istiadat ini. Selama tidak bertentangan dengan al Quran dan hadis, maka hukumnya boleh. Inilah yg dimaksud dengan adat bersandikan sara' dan sara' bersandikan kitabullah.

Singkat cerita kemudian setelah Bangka, Belitung, dan pulau-pulau di sekitarnya menjadi provinsi,  semboyan daerah kita adalah Serumpun Sebalai. Ini melengkapi semboyan Sepintu Sedulang. Maknanya setiap entitas, setiap rumpun dan kelompok, berkumpul di balai simbol dari tempat pertemuan. 

Tujuannya  adalah agar masyakat kita terbiasa dengan budaya diskusi, bermusyawarah serta membahas isu- isu aktual, dalam rangka memberikan kontribusi berupa ide-ide dan gagasan untuk kemajuan daerah. Pengamatan kami sejak berdirinya provinsi kita ini, budaya yang diharapkan  dari Serumpun Sebalai belum banyak kelihatannya.

Akan tetapi, ada fenomena menarik akhir - akhir ini di mana kita melihat ramai sekali  anggota masyarakat KBB melaksanakan diskusi, berkomentar dan membuat tulisan  yang tidak seperti biasanya adem- adem ayem saja. Ternyata mereka tertarik untuk menanggapi
komentar- komentar kontroversial yang di lontarkan oleh Bapak Pj Gubernur KBB Suganda Pandepotan Pasaribu.

Kehidupan masyarakat KBB pun menjadi dinamis, diskusi-diskusi semakin hidup dan menarik, kelompok- kelompok diskusipun bermunculan, seperti misalnya kelompok diskusi Istana Rumbiak, yang  difungsikan oleh Agus Adaw menjadi balai tempat bertemunya kelompok masyarakat untuk berdiskusi. 

Begitu juga di group-group WA  semuanya ramai berdiskusi menanggapi komentar kontroversial yang dilontarkan oleh Bpk Pj Gubernur. Selain itu banyak tulisan- tulisan yang bermunculan dari para penulis artikel yang lama  maupun yang baru. Mereka juga ikut terpacu dan bersemangat untuk menulis, seperti Prof Bustami Rahman dan Ahmadi Sofian, yang tulisannya sangat mencerdaskan dan mencerahkan, selalu di tunggu-tunggu oleh masyarakat  KBB

Entah disengaja atau tidak, dalam hal ini  kelihatannya Pj Gubernur kita telah berhasil menjadi pemantik  agar masyarakat KBB gemar untuk berdiskusi, dan ini ternyata memang  amanat  dari Serumpun Sebalai yang mengharuskan masyarakatnya membentuk kelompok- kelompok diskusi di setiap desa agar menjadi budaya.

Oleh karena itu apa yang telah dilakukan oleh Pj Gubernur ini dipandang dari sudut kebudayaan, memiliki keselarasan dengan semboyan Serumpun Sebalai, karena beliau telah berhasil menjadi pemantik diskusi ditengah- tengah masyarakatnya yang biasa-biasa saja menuju masyarakat yang luar biasa.

Tentunya dalam memulai sesuatu yg belum biasa masih banyak kekurangan- kekurangan yang harus diperbaiki agar diskusi-diskusi kita tidak "ngeliber" ke mana- mana, atau tidak fokus, apalagi sudah mengarah kepada masalah pribadi, yang membuat ada pihak yg merasa tersakiti,  dan tentu tidak mengenakkan.

Mari kita "setel" kesabaran kita dalam berdiskusi sehingga tidak menyerang soal-soal personal, dan bisa tetap kritis dalam soal-soal profesional. Sekarang ini saatnya kita memberikan waktu kepada Bpk Pj Gubernur untuk bekerja dan mewujudkan keinginannya menjadikan Provinsi KBB menjadi provinsi yang hebat dan modern. Mari kita dukung Pj Gubernur kita bersama- sama membangun provinsi KBB yang kita cintai ini.

Saat ini kita sedang mengakhiri bulan Ramadhan dan akan memasuki bulan Syawal di mana umat muslim akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dan membuka pintu maaf selebar- lebarnya kepada siapa saja. Mari kita akhiri pula pertengkaran-pertengkaran yang tidak produktif, begitu juga dengan rasa kecewa karena calon yang didukung belum berhasil. Saat ini  adalah momen yang tepat untuk mengakhiri itu semua. Segera selesaikan, dan mari kita wujudkan, serta kita songsong masa depan KBB yang gemilang.

Selamat Hari Raya  Idul Fitri , mohon maaf lahir dan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun