Mohon tunggu...
Datinov Windraswara
Datinov Windraswara Mohon Tunggu... Dosen - Wonosobo | Semarang | Delft | Nottingham | Environment | Bioengineering | A grateful father and husband

Lahir di Wonosobo dan tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah. Sementara ini berdomisili di Nottingham, UK. Senang untuk berkenalan, membangun relasi, belajar hal-hal yang baru dari kisah hidup orang lain, dari kejadian dan hal-hal spiritual, sains dan teknologi. Salam!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upin Ipin Kawin

13 Mei 2010   13:07 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 19767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kawiinn… kawiinnn… minggu depan aku kawiin…kawiinn... kawiinn…tidur ada yang nemenin…”

Mendengar seorang anak berumur sekitar 5 tahun menyanyikan lagu tersebut membuat tersenyum sekaligus prihatin. Tersenyum, karena bukankah seharusnya yang nyanyi itu saya dan prihatin karena anak sekecil itu menyanyikan lagu dewasa. Ketika ditanyakan, apa sih arti kawin. Anak itu menjawab, lho itu kan lagu di tivi, om. Tanpa menjawab apa sebenarnya arti kawin itu. Ternyata.., anak tersebut tidak tahu arti kawin dan hanya meniru apa yang dia lihat dan dengarkan dari televisi.

Masa kanak-kanak merupakan masa yang menakjubkan. Betapa mereka cepat belajar dan meniru apapun dari alam sekitar. Mereka belajar dari orang di sekelilingnya, entah orang tua, kakek neneknya, pembantu, tetangga, teman sepermainan, dari abang tukan bakso mari mari sini (nah ini adalah salah satu lagu anak-anak jaman saya masih imut dahulu), dan tentu saja televisi. Melihat acara televisi membuat banyak orang tua merasa khawatir. Sudah sangat banyak yang membahas dampak negatif televisi terhadap perkembangan anak-anak, tetapi masih lebih banyak lagi anak-anak yang dibiarkan sengaja atau tidak sengaja harus terus bergaul dengan televisi lebih dari 4 jam sehari.

Salah satu acara televisi untuk anak-anak yang menurut saya bagus adalah Upin dan Ipin. Serial yang berasal dari negeri Malaysia ini memuat nilai-nilai kebaikan dan disampaikan dengan cara yang mudah dicerna oleh anak-anak. Serial ini menceritakan kisah sehari-hari Upin dan Ipin, dua orang anak kembar berumur sekitar 5 tahun dan teman-temannya. Teman-teman Upin dan Ipin sangat beragam, baik dari etnis maupun latar belakang sosial ekonominya. Ada yang berasal dari etnis Melayu, India dan Tionghoa. Etnis-etnis ini merupakan tiga etnis terbesar di negara Malaysia. Tingkat ekonomi yang beragam, misalnya Upin dan Ipin dari keluarga yang sederhana dan Ehsan dan Mei mei dari keluarga yang berada. Sikap anak-anak sendiri juga unik, misalnya Upin yang cerdas, Ipin yang riang gembira, Jarjit yang senang membuat pantun, Mail yang senang bisnis. Tentu saja jangan dilupakan karakter orang dewasa di sini, misalnya Opah adalah seorang nenek yang mengasuh Upin dan Ipin semenjak mereka menjadi yatim piatu dan Kak Ros yang menjadi kakak Upin dan Ipin yang terlihat tegas cenderung galak, tetapi sebenarnya sayang kepada dua adik kembarnya ini. Cik Guru, tokoh ibu guru bagi taman kanak-kanak tempat semua anak-anak ini bersekolah. Lewat tokoh dewasa ini, terkadang nasihat secara verbal disampaikan ketika diperlukan.

Melihat dunia dari sudut pandang anak-anak memang menyenangkan. Dan sudah seharusnya seorang anak juga memiliki sudut pandang anak-anak. Penuh rasa ingin tahu dan tidak takut mencoba. Terkadang sedikit nakal, tetapi tentu saja jauh dari sifat jahat. Tapi biarlah orang dewasa mengurus urusannya sendiri dan anak-anak tumbuh dengan masanya sendiri, dan karena itu tentu saja belum saatnya Upin dan Ipin untuk kawin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun