Aksi Nyata 1.4 Penerapan Budaya Positif
Datik Rosse Mery, S.Pd.SD
CGP Angkatan 7 Kabupaten Nganjuk
PENERAPAN BUDAYA POSITIF SEKOLAH DALAM RANGKA MENGAKTIKAN SISWA MELALUI KEYAKINAN KELAS
KHD Menjelaskan Bahwa Dasar Pendidikan Anak Berhubungan Dengan Kodrat Alam Dan Kodrat Zaman. Kodrat Alam Berkaitan Dengan "Sifat" Dan "Bentuk" Lingkungan Di Mana Anak Berada, Sedangkan Kodrat Zaman Berkaitan Dengan "Isi" Dan "Irama"
KHD Mengelaborasi Pendidikan Terkait Kodrat Alam Dan Kodrat Zaman Sebagai Berikut
"Dalam Melakukan Pembaharuan Yang Terpadu, Hendaknya Selalu Diingat Bahwa Segala Kepentingan Anak-Anak Didik, Baik Mengenai Hidup Diri Pribadinya Maupun Hidup Kemasyarakatannya, Jangan Sampai Meninggalkan Segala Kepentingan Yang Berhubungan Dengan Kodrat Keadaan, Baik Pada Alam Maupun Zaman. Sementara Itu, Segala Bentuk, Isi Dan Wirama (Yakni Cara Mewujudkannya) Hidup Dan Penghidupannya Seperti Demikian, Hendaknya Selalu Disesuaikan Dengan Dasar-Dasar Dan Asas-Asas Hidup Kebangsaan Yang Bernilai Dan Tidak Bertentangan Dengan Sifat-Sifat Kemanusiaan" (Ki Hadjar Dewantara, 2009, Hal. 21)
KHD Hendak Mengingatkan Pendidik Bahwa Pendidikan Anak Sejatinya Menuntut Anak Mencapai Kekuatan Kodratnya Sesuai Dengan Alam Dan Zaman. Bila Melihat Dari Kodrat Zaman, Pendidikan Saat Ini Menekankan Pada Kemampuan Anak Untuk Memiliki Keterampilan Abad Ke-21 Sedangkan Dalam Memaknai Kodrat Alam Maka Konteks Lokal Sosial Budaya Murid Di Indonesia Barat Tentu Memiliki Karakteristik Yang Berbeda Dengan Murid Di Indonesia Tengah Atau Indonesia Timur.
Lebih Lanjut KHD Menjelaskan, Keluarga Menjadi Tempat Yang Utama Dan Paling Baik Untuk Melatih Pendidikan Sosial Dan Karakter Baik Bagi Seorang Anak. Keluarga Merupakan Tempat Bersemainya Pendidikan Yang Sempurna Bagi Anak Untuk Melatih Kecerdasan Budi-Pekerti (Pembentukan Watak Individual). Keluarga Juga Merupakan Sebuah Ekosistem Kecil Untuk Mempersiapkan Hidup Anak Dalam Bermasyarakat Dibanding Dengan Institusi Pendidikan Lainnya.
Untuk Menciptakan Lingkungan Sekolah Yang Positif, Perlu Adanya Budaya Positif. Budaya Positif Dapat Dilakukan Dengan Adanya Penerapan Disiplin Positif. Diane Gossen Dalam Bukunya Restructuring School Discipline, Menyatakan Ada 3 Motivasi Perilaku Manusia Yaitu: Untuk Menghindari Hukuman Atau Ketidaknyamanan, Mendapatkan Imbalan Atau Penghargaan, Dan Menjadi Orang Yang Mereka Inginkan Dan Menghargai Diri Sendiri Dengan Nilai-Nilai Yang Mereka Percaya. Tujuan Adanya Disiplin Positif Yaitu Membangun Siswa Memiliki Motivasi Yang Ketiga, Yaitu Motivasi Intrinsik. Guru Dapat Mengambil Peran Mewujudkan Kepemimpinan Murid, Dengan Cara Murid Sanggup Memimpin Dirinya Sendiri. Pendidik Perlu Menciptakan Anak-Anak Yang Memiliki Disiplin Diri Sehingga Mereka Bisa Berperilaku Dengan Mengacu Pada Nilai-Nilai Kebajikan Universal Dan Memiliki Motivasi Intrinsik, Bukan Ekstrinsik. Nilai-Nilai Kebajikan Itu Sesuai Dengan Profil Pelajar Pancasila Yaitu: Beriman, Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan Global, Bergotongroyong, Dan Kreatif. Untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila Ini Guru Dapat Menerapkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Melalui Pembelajaran, Kolaborasi, Menggerakkan Komunitas Dan Lainnya Sehingga Munculnya Budaya Positif Di Sekolah
Membuat Kesepakatan Bersama Murid Sarana Untuk Saling Menghargai Di Kelas. Melalui Kegiatan Ini Murid Dapat Membuat Kesepakatan Yang Lahir Dari Diri Mereka Sendiri Untuk Di Wujudkan Dalam Keyakinan Kelas Yang Kemudian Kita Patuhi Bersama Tanpa Ada Keterpaksaan.
Penyusunan keyakinan kelas
Menuangkan kesepakatan bersama
Membuat keyakinan kelas dari hasil kesepakatan kelas
Keyakinan Kelas Dibentuk Berdasarkan Kesepakatan Kelas.
Seseorang Yang Memiliki Disilplin Diri Berarti Mereka Bisa Bertanggung Jawab Terhadap Apa Yang Dilakukannya Karena Mereka Mendasarkan Tindakan Mereka Pada Nilai -- Nilai Kewajiban Universal. Dalam Hal Ini Ki Hajar Menyatakan ;
"...Pertanggungjawaban Atau Verantwoordelijkheld Itulah Selalu Menjadi Sisihannya Hak Atau Kewajiban Dari Seseorang Yang Pegang Kekuasaan Atau Pimpinan Dalam Umumnya. Adapun Artinya Tidak Lain Ialah Orang Tadi Harus Mempertanggungjawabkan Dirinya Serta Tertibnya Laku Diri Dari Segala Hak Dan Kewajibannya.
(Ki Hajar Dewantara, Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
Sebagi Pendidik, Tujuan Kita Adalah Menciptakan Anak -- Anak Yang Memiliki Disiplin Diri Sehingga Mereka Bisa Berperilaku Dengan Mengacu Pada Nilai -- Nilai Kebajikan Universal Dan Memiliki Motivasi Intrinsic, Bukan Ekstrinsik.
Referensi :
Restitusi: Restructuring School Disipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New View Publication, North Canada.
Ki Hajar Dewantara; Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, 2013, UST-Press Bekerjasama Dengan Majelis Luhur Tamansiswa.
Salah Satu Pelaksanaan Budaya Positif Terimplementasi Dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pelaksanaan Kegiatan P5 Ini Menggunakan 156 Jam Pelajaran Dan Diselengarakan Secara Blok, Selama Kurang Lebih 3 Minggu (17 Hari). Tema Yang Dipilih Pada Pelaksanaan P5 Adalah "Bangunlah Jiwa Dan Raganya," Dengan Sub Tema Gemar Makan Ikan Pada Fase A Dan Anti Bullying Atau Perundungan Pada Fase C. Nilai Karakter Yang Diharapkan Dapat Berkembang Antara Lain Berakhlak Mulia Dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Gotong Royong, Mandiri, Dan Kreatif
Berdasarkan Tema Yang Dipilih Yaitu Bangunlah Jiwa Dan Raganya, Materi Yang Diberikan Pada Siswa Tertuang Dalam Sebuah Juknis Serta Jurnal Kegiatan P5. Beberapa Konsep Materi Yang Diberikan Misalnya Siswa Diajak Untuk Lebih Memahami Profil Pelajar Pancasila, Mengenali Diri Serta Pembelajaran Sosial Emosional. Diharapkan Siswa Akan Lebih Memahami Dan Dapat Mengaplikasikan Bagaimana Profil Pelajar Pancasila Bagi Diri Masing-Masing. Dengan Mengenali Diri Dan Lingkungannya, Serta Pembelajaran Sosial Emosional, Siswa Diharapkan Memiliki Karakter Yang Lebih Mandiri, Mengenal Potensi, Bakat Minat Yang Dimiliki Serta Bagaimana Mewujudkan Secara Positif. Siswa Diharapkan Mampu Membiasakan Budaya Positif Seperti Menghargai Diri Dan Orang Lain, Berperilaku Baik, Memiliki Rasa Peduli Dan Empati Pada Orang Lain Dan Lingkungannya. Sehingga Akan Tercipta Lingkungan Belajar Yang Nyaman Bagi Seluruh Siswa.
Pada Akhirnya Dilaksanakan Kegiatan Gelar Karya Produk P5 Oleh Siswa. Kegiatan Berupa Pameran Hasil Karya Seluruh Siswa Tiap Kelas. Produk Yang Dipamerkan Antara Lain Poster Anti Perundungan, Kolase Kegiatan Anti Bullying, Gambar-Gambar, Desain, Foto-Foto, Puisi, Dan Karya Seni Lainnya
Gelar Karya Yang Kami Laksanakan, Mungkin Sedikit Pembuktian Bahwa Pelaksanaan Pameran Hasil Karya P5 Tidak Harus Menggunakan Biaya Yang Tinggi Serta Kemewahan. Terbukti Pelaksanaan Gelar Karya P5 Di SDN Sukorejo Dapat Dilaksanakan Secara Sederhana Namun Penuh Makna, Karena Menunjukan Hasil Pembelajaran Diferensiasinya Siswa Dan Terlihat Semua Adalah Karya Murni Dari Siswa. Karya Yang Disajikan Menunjukkan Munculnya Karakter Siswa Yang Mandiri, Kreatif Dan Gotong Royong.
Berikut Foto -- Foto Kegiatan Penerapan Budaya Positif dan P5 Di Sekolah
Kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasil (P5) Implementasi budaya positif
Demikian semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H