Mohon tunggu...
Dasya Saghita Kirani
Dasya Saghita Kirani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Nama saya Dasya dan saya adalah mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Airlangga. Saat ini saya memiliki ketertarikan mempelajari rumpun ilmu sosial, untuk itu saya memilih program studi Antropologi sebagai tempat saya untuk mempelajari manusia beserta lingkungan sosialnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tahun Baru 2025: Saatnya Mengubah Gaya Hidup FOMO menjadi JOMO

8 Januari 2025   18:50 Diperbarui: 8 Januari 2025   18:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah makhluk sosial. Menurut Aristoteles—seorang filsuf dari Yunani— manusia adalah makhluk yang akan selalu berasosiasi dengan manusia lainnya. Dalam kehidupan modern, semua manusia terhubung dengan adanya inovasi tekonologi yang canggih, memungkinkan setiap individu untuk bersosialisasi tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Segala bentuk media komunikasi di media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Twitter, dan sebagainya menjadi ruang bagi para individu untuk dapat saling berinteraksi, membentuk sebuah jaringan dan komunitas virtual untuk sesama. Oleh karena itu, dengan adanya media sosial, masyarakat mulai mengenal suatu peristiwa bernama tren. Segala sesuatu yang saat ini sedang dibicarakan, diperhatikan, dikenakan, atau dimanfaatkan oleh banyak masyarakat pada saat tertentu disebut sebagai tren

Dengan adanya tren, semua individu berfokus pada satu hal yang sedang kerap dibicarakan oleh banyak masyarakat. Sebab itu, ketika sesuatu sedang trending, seseorang acap kali mengikuti peristiwa yang sedang berlangsung agar tidak merasa tertinggal. Fenomena ini disebut sebagai FOMO atau Fear of Missing Out. Przybylski mengucapkan bahwa FoMO adalah gambaran kecemasan akan kehilangan momen penting di mana seseorang atau kelompok lain tidak dapat mengambil bagian di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk terus bterhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui internet atau dunia maya. Hal tersebut mengarah pada meningkatnya rasa cemas yang dimiliki seseorang, terutama saat ini generasi muda banyak sekali yang mengikuti tren-tren yang sedang berlangsung agar dapat terus terkoneksi dengan dunia maya. Tren pada fashion, film, makanan, maupun tempat untuk berkumpul, dapat menjadi alasan generasi muda mengalami FoMO. Jika fenomena ini terus berlanjut, dapat memberikan dampak negatif pada para individu atau kelompok.

Berlawanan dengan FOMO, JOMO atau Joy of Missing Out merupakan kondisi dimana manusia mengambil momentum secara sadar untuk terlepas dari dunia internet dan mengalami suatu hidup tanpa bergantung pada internet. Dengan menerapkan JOMO, seseorang dapat berfokus pada kepentingan pribadi dan kehidupan sosial di sekitar nya. Tidak melulu berpandang pada dunia maya, JOMO membantu suatu individu untuk mengurangi tingkat kecemasan akibat merasa tertinggal atau tidak terhubung dengan individu lainnya di dunia virtual. Dengan JOMO, setiap manusia mampu menjadi lebih bijak dalam mengelola penggunaan internet karena mereka menjadi lebih awas terhadap dampak yang dapat terjadi jika terlalu bergantung pada kehidupan di dunia maya. Dengan menerapkan gaya hidup JOMO, kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita menjadi lebih baik dari sebelumnya karena JOMO merupakan salah satu kunci untuk mendaptrkan kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Pentingnya menargetkan gaya hidup JOMO dibandingkan FOMO

            Data survei menunjukkan bahwa dari 638 remaja di Indonesia, sekitar 64,6% atau 412 remaja mengalami FOMO di media sosial. Keinginan untuk selalu terhubung dengan apa yang sedang terjadi di internet membuat seseorang menjadi kecanduan dan tidak ingin terlepas dari hal tersebut. Hal ini dapat menyebabkan seseorang untuk merasakan tingkat kecemasan yang tinggi, gangguan pada waktu tidur, bahkan dapat berujung pada depresi. Dengan terus merasakan FOMO, seseorang tidak dapat puas terhadap dirinya sendiri dan nantinya akan berdampak pada tingkat kepercayaan diri seseorang. Tidak hanya itu, keadaan finansial pun dapat terkena dampaknya.

Lahirnya pribadi yang konsumtif dapat terjadi akibat fenomena FOMO. Kadang kala, kita kita kerap melihat makanan-makanan atau pun barang yang sedang menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Contoh saja yang sekarang sedang menjadi highlight berita dari semua orang adalah coklat dubai. Kini banyak masyarakat yang berusaha mendapatkan coklat tersebut pada tangannya masing-masing. Selain karena penasaran dengan rasanya, fakta bahwa hal tersebut sedang menjadi sensasi hangat antar masyarakat membuat suatu individu tergerak untuk ikut serta mengikuti momen tersebut. Mereka rela untuk berpergian ke luar negeri, atau pun mengikuti layanan jasa titip agar dapat terus terupdate dengan keadaan di dunia maya.

Kondisi untuk harus selalu updated pada akhirnya akan membuat seseorang menjadi lelah karena apa yang dikejar bukan sesuai dengan keinginannya sebab itu semua hanyalah sensasi sesaat. Dalam waktu tersebut yang terbuang hanya untuk memenuhi perasaan FOMO, dapat digunakan untuk hal bermanfaat lainnya. Kita dapat lebih fokus pada diri kita sendiri  daripada meluangkan waktu hanya untuk mengikuti tren agar merasa terlibat. Menjaga kesehatan mental sangatlah penting, untuk itu sudah saatnya melepas gaya hidup FOMO menjadi JOMO.

Dengan menerapkan JOMO, kita dapat menjadi lebih fokus pada ketenangan emosional. Setiap individu belajar untuk menghargai dan menikmati hal-hal sederhana tanpa harus mengikuti kegiatan yang sedang tren. Ini mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak diukur dari validasi sosial, tetapi dengan ketenangan batin. Tak hanya itu, gaya hidup JOMO juga membantu seseorang dalam mengurangi perbandingan sosial. Meningkatnya rasa ketidakpuasan diri akibat FOMO dapat berpengaruh pada tingkat perbandingan sosial yang tinggi  antar individu. Oleh karena itu, JOMO berperan penting dalam memberikan individu ketenangan pada kehidupannya sehari-hari.

Langkah mengubah gaya hidup FOMO menjadi JOMO

  • Membatasi penggunaan digital
  • Membatasi penggunaan digital seperti media sosial adalah langkah awal yang tepat untuk mengurangi gaya hidup FOMO. Melakukan detoksifikasi media sosial dapat dilakukan dengan membatasi waktu penggunaan, seperti hanya 1-2 jam per  hari, atau pun dapat dilakukan dengan mematikan notifikasi untuk mengurangi gangguan. Hal ini dapat membantu anda dalam mengurangi rasa cemas karena melakukan perbandingan dengan orang lain.
  • Fokus pada hal yang sedang berlangsung di sekitar
  • Memfokuskan perhatian anda pada hal yang sedang berlangsung di sekitar anda dapat membantu anda untuk menyadari hal apa saja yang telah anda lewati pada kehidupan sehari-hari. Menghargai pengalaman sehari-hari membantu anda dalam lebih memahami bahwa terdapat banyak hal berharga yang terjadi di sekitar anda.
  • Mencoba menjelajahi hal-hal baru
  • Mencoba hal-hal baru dapat mengalihkan perhatian anda pada kegiatan yang terjadi di dunia maya. Anda dapat melakukan dengan mencoba hobi baru, ilmu baru, atau aktivitas baru lainnya.
  • Mulai melakukan perawatan diri
  • Luangkan waktu anda untuk melakukan perawatan diri untuk diri anda sendiri. Anda dapat melakukan meditasi, membaca buku, olahraga, atau pun kegaitan lainnya yang anda rasa dapat memberikan kesenangan dan ketenangan. Ini membantu anda dalam meningkatkan kesehatan mental anda sekaligus memberikan ruang untuk diri anda berefleksi.

Dengan langkah-langkah tersebut, marilah kita meninggalkan gaya hidup FOMO dan mulai beralih ke JOMO. Sebab pada akhirnya, menerapkan gaya hidup JOMO berarti melepaskan ketergantungan pada internet dan menemukan kebahagiaan dan ketenangan batin. Jika Anda ingin memulai perjalanan menuju kehidupan dengan lebih banyak arti dan kepuasan, tahun baru 2025 adalah waktu yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun