Komunitas atau hidup bersama adalah tempat di mana kita belajar mengatasi egoisme kita. Di situ kita belajar mempraktekan "kehendak pribadi" dan belajar menerima dan mendahulukan "kehendak bersama". Dengan jalan inilah kita belajar mengasihi dalam arti sebenarnya. Persatuan kehendak, sebagaimana diajarkan oleh St. Yohanes dari Salib adalah puncak dari perjalanan rohani kita, dan ini bukan saja berkenaan dengan persatuan dengan Tuhan tetapi persatuan kita dengan sesama saudara.
Kesatuan yang lebih esensial adalah kesatuan hati. Ada ungkapan sahabat adalah satu hati, satu jiwa, dimidiusm animae meae, separuh kedua dari jiwaku, idem velle, idem nolle, menginginkan hal yang sama dan menolak hal yang sama. Kesatuan hati atau dalam istilah St. Agustinus, Concordia, inti dari kesatuan persaudaraan dan merupakan hal yang disukai Tuhan (Sir 25:1).
Kita diminta untuk menjadi sahabat bagi semua orang. Karena itu dalam hidup bersama kita diminta untuk membaur dengan semua orang tanpa ada "kami" dan "mereka". Yang ada dalam komunitas adalah "kita". Selain menjadi sahabat bagi semua, tetapi juga sahabat sepanjang saat. Mata air yang baik dapat diketahui pada musim kemarau. Demikian pula sahabat yang baik dapat diketahui saat kemalangan tiba. Akan menjadi godaan jika kita menempatkan "kebutuhan" sebagai alasan untuk berelasi. Demikian juga jika kita merasa bahwa diri kita sudah beres, tidak terlalu membutuhkan orang lain, segala kebutuhan sudah terpenuhi, maka ada godaan bagi kita untuk tidak terlalu peduli dengan kehadiran orang yang ada di sekitar kita.
Selamat hari persahabatan internasional. Teruslah berjuang merajut persaudaraan. Proses ini tidaklah mudah sebab kita bukan sedarah. Tetapi hendaklah selalu disadari bahwa per-saudara-an sejati, melampaui per-sedarah-an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H