Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Liburan Sekolah, Saatnya Orangtua Mengoptimalkan Peran sebagai Mitra dalam Mewujudkan P5

3 Juli 2023   08:18 Diperbarui: 5 Juli 2023   03:15 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang anak sedang membersihkan halaman (Dokumen Pribadi)

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan karakter dan kompetensi siswa yang dilandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Upaya untuk menciptakan Profil Pelajar Pancasila tidak saja merupakan gerakan dalam sistem pendidikan, namun juga merupakan gerakan masyarakat.

Kesuksesan dalam mewujudkan program Profil Pelajar Pancasila akan akan tercapai apabila orang tua, guru, siswa, dan semua instansi dalam masyarakat dapat berkolaborasi dan bekerjasama untuk mencapainya. Dalam artikel ini akan diulas bagaimana peran orang tua sebagai mitra dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, khususnya dengan memanfaatkan masa liburan sekolah untuk lebih intensif mendidik anak-anak.

Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan keluarga merupakan tempat yang paling baik untuk pendidikan dan kegiatan sosial. Dengan kata lain, keluarga merupakan tempat pendidikan yang lebih lengkap dari segi sifat dan bentuknya, jika dibandingkan dengan pusat-pusat pendidikan lainnya.

Pesatnya perkembangan teknologi saat ini mengharuskan kita untuk menggalakkan pendidikan karakter sejak dini di keluarga dan sekolah. Di lingkungan sekolah, guru adalah panutan yang mengarahkan/memotivasi, mendorong peserta didik ke arah yang lebih baik.

Terkait dengan nilai dan peran guru, dalam membuat projek profil pelajar pancasila memerlukan kerja sama dengan semua pihak, antara lain orang tua sebagai mitra dan sumber belajar di rumah. Peran orang tua sangat penting untuk membentuk karakter sebagai tujuan utama dari projek ini.

Pendidikan karakter adalah sistem pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai tertentu dengan kompetensi, kesadaran atau kemauan dan bertindak untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Orang tua harus mengambil tanggung jawab dan memenuhi peran mereka sebagai pengasuh dan pembimbing anak-anak ketika mereka berada di rumah.

Orang tua hendaknya menjaga dan memastikan agar anak selalu hidup bersih dan sehat, melakukan kegiatan bersama di rumah, menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak, berkomunikasi intensif dengan anak, menunjukkan kasih sayang, bermain dengan anak, menjadi panutan bagi anak, menyemangati anak dan memberikan pendidikan moral dan agama.

Dengan mengoptimalkan kemitraan antara orang tua dan anak dengan pihak sekolah diharapkan dapat membawa banyak perubahan ke arah yang lebih baik. Kepedulian orang tua terhadap keberhasilan program sekolah sangat diperlukan. Karena itu penting untuk mengenalkan pendidikan karakter, baik di rumah maupun di sekolah, agar anak tidak hanya berprestasi secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang baik.

Liburan sekolah merupakan kesempatan yang baik bagi para orang tua untuk mengoptimalkan perannya sebagai mitra dalam Penguatan Pendidikan Karakter dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Secara umum, Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi. Berikut ini adalah beberapa contoh hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendukung perwujudan Profil Pelajar Pancasila.

Pertama: Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia

Liburan sekolah, memberikan kesempatan bagi orang tua untuk mendidik anak-anak dalam meningkatkan iman dan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah mengajak anak-anak untuk ibadah bersama, mendidik mereka untuk memahami ajaran agama dan kepercayaan, serta menerapkan pemahaman mereka itu dalam tindakan nyata misalnya memelihara alam ciptaan, mengasihi orang yang berkekurangan atau mengunjungi orang sakit. Ajaran agama yang diberikan tidak hanya berhenti pada teori tetapi terutama melalui perbuatan nyata.

Kedua: Berkebinekaan Global

Orang tua dapat membantu anak dalam mengisi hari liburan mereka untuk mengenal budaya leluhur, kearifan lokal dan identitasnya. Anak-anak juga bisa diajak untuk berkunjung ke beberapa tempat bersejarah. Kepada mereka dapat diperkenalkan adat istiadat budaya setempat. Namun mereka juga diarahkan untuk mengenal budaya lain dan bisa berinteraksi dengan sesama. Anak-anak perlu didik untuk menghargai perbedaan budaya, agama, tradisi lain. Dengan demikina mereka bisa memiliki kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan orang lain.

Ketiga: Mandiri

Untuk mengisi masa liburan, orang tua juga bisa melatih anak-anak untuk hidup mandiri. Contoh sederhana, jika selama hari efektif sekolah anak-anak biasa dibangunkan atau disiapkan sarapan oleh orang tua, pada saat liburan mereka bisa dilatih untuk bangun pagi sendiri. Jika sudah remaja atau dewasa, mereka bisa dilatih untuk bekerja, misalnya mencuci dan menyetrika pakaian sendiri, membersihkan rumah, atau menyelesaikan pekerjaan tangan lainnya.

Keempat: Gotong Royong

Gotong royong merupakan hal yang sangat diperlukan dalam hidup bersama agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Liburan sekolah dapat digunakan oleh orang tua dalam menanamkan semangat gotong royong kepada anak-anak. Contoh, orang tua menentukan salah satu hari libur untuk membersihkan rumah dan sekitarnya. Semua anggota keluarga, termasuk anak-anak dilibatkan dalam pekerjaan tersebut. Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat membentuk semangat kolaborasi, kepedulian dan semangat berbagi.

Kelima: Bernalar Kritis

Kemapuan bernalar kritis dapat membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Hal tersebut tidak hanya dapat diperoleh anak di sekolah tetapi dapat dikembangkan di rumah dengan bantuan orang tua atau wali. Waktu liburan dapat digunakan untuk mengasa nalar kritis anak. Mereka bisa diarahkan untuk memperoleh informasi dan gagasan, kemudian dilatih untuk menganalisis, merefleksikan suatu persoalan dan membuat suatu keputusan. Orang tua bisa mengajak anak-anak berdiskusi tentang suatu peristiwa atau fenomena tertentu, namun tetap dilakukan secara non formal.

Keenam: Kreatif

Masa liburan sekolah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempunyai banyak waktu dalam mengembangkan bakat dan ketrampilan di rumah, selain pelajaran yang selalu didapatkan setiap hari di sekolah. Orang tua diharapkan mendorong anak-anak untuk menggunakan waktu liburan dengan baik yakni dengan mengisinya dengan hal-hal yang melatih daya kreatif mereka. Hindari membiarkan anak bermalas-malasan atau banyak waktu digunakan hanya untuk bermain game saat liburan. Anak perlu diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih positif untuk perkembangan hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun