Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Profesionalisme Guru

21 November 2022   16:14 Diperbarui: 21 November 2022   16:19 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara etimologis, profesionalisme berasal dari bahasa Inggris "profession", berakar dari bahasa Latin "profesus" yang berarti mampu atau ahli dalam satu bentuk pekerjaan. Dengan demikian profesi dapat dipahami sebagai pekerjaan atau jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menurut keahlian tertentu dan memiliki etika khusus untuk suatu jabatan.

Seorang dikatakan profesional, jika ia dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan tuntutan profesinya. Walaupun demikian, seorang profesional akan terus menerus berusaha meningkatkan mutu secara sadar, melalui pendidikan, pembinaan dan pelatihan.

Sebagaimana dalam organisasi birokrasi lainnya, profesionalisme juga dibutuhkan dalam bidang pendidikan. Guru memiliki pekerjaan khusus dan "profesus" dalam bidang pendidikan. Sebagai bagian dari profesi, guru hendaknya memiliki bakat, minat, panggilan jiwa untuk menjadi pendidik.

Guru harus memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dalam dirinya sendiri harus memiliki iman, ketakwaan dan akhak mulia. Sebagai seorang ahli pendidikan, seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu, sebagai salah satu profesi, guru pun harus bergabung dalam organisasi profesi secara formal.

Menurut Moore, seorang guru hendaknya memiliki beberapa karakter profesi, antara lain:

  • Sebagian besar waktu harus digunakan untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik
  • Pekerjaan yang dijalankan harus disadari sebagai suatu panggilan hidup. Hal ini harus ditunjukan dalam kepatuhan terhadap norma profesi yang berlaku
  • Mempunyai organisasi profesional yang formal
  • Menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan khusus sesuai dengan bidang keahlian atau spesialisasi bidang ilmu tertentu
  • Memenuhi persyaratan kompetensi, kesadaran prestasi, dan semangat pengabdian

Apabila hal-hal ini dapat diaplikasikan oleh setiap guru, maka dapat dipastikan bahwa proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

Tugas utama seorang guru adalah mengajar atau mendidik siswa. Dalam praktik pengajaran, guru melaksanakan kegiatan untuk membimbing dan melatih siswa agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Guru perlu menjaga keseimbangan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotornya. Selain mengajar, seorang guru juga ikut melaksanakan tugas administrasi sekolah, dan dituntut pula untuk mampu melaksanakan hubungan dengan masyarakat, terutama dengan orang tua atau wali siswa.

Tugas yang cukup berat ini semakin mempertegas bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan profesional. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menjadi guru yang profesional:

Pertama: Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya

Pusat perhatian seorang guru adalah memperhatikan kepentingan siswa. Orientasi seorang guru profesional bukan terarah pada hal-hal lainnya, tetapi ia harus selalu berpikir tentang siswanya. Seorang guru profesional akan selalu kreatif memikirkan apa yang harus ia lakukan agar siswanya dapat berhasil dalam belajar.

Kedua: Menguasai secara mendalam materi pelajaran yang diajarkannya

Seorang guru harus betul-betul menguasai materi yang akan disampaiakan kepada siswa. Selain itu, guru perlu memiliki ketrampilan untuk menerapkan metode mengajar mudah dipahami siswa. Menguasai materi tidak hanya berarti mengetahui teori-teori baku yang sudah dikuasai selama masa pendidikan atau pengalaman mengajar, tetapi juga perlu disinkronkan dengan situasi kontekstual dan kehidupan praktis yang akan dialami siswa dalam hidup sehari-hari. Maka seorang guru hendaknya selalu belajar tanpa henti untuk membuka wawasan berpikir yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Ketiga: Melakukan evaluasi belajar

Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa dengan menggunakan berbagai teknik evaluasi, mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. Seorang guru tidak hanya memberikan pelajaran, tetapi harus melakukan evaluasi untuk menakar kemampuan pemahaman siswa. Hasil evaluasi perlu dianalisis untuk menjadi acuan pembelajaran selanjutnya.

Keempat: Melakukan refleksi atau evaluasi mengajar

Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannnya, dan belajar dari pengalamanya. Karena itu sangat penting bagi seorang guru untuk mengadakan refleksi atau evaluasi diri terhadap apa yang telah dilakukan. Misalnya ketika dalam evaluasi belajar, ternyata ada siswa yang memiliki nilai rendah. Hal ini tidak sepehuhnya guru mempersalahkan siswa. Tetapi pertanyaan refleksif yang bisa diajukan oleh guru, apakah ia sudah mengajar dengan baik, atau telah menyampaikan materi dengan cara yang mudah dipahami siswa, dll.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun