Setiap tanggal 20 November diperingati Hari Anak Sedunia. Walaupun sama-sama memperingati hari anak seluruh dunia, namun Peringatan Hari Anak Sedunia berbeda dengan Peringatan Hari Anak Internasional yang diselenggarakan setiap tanggal 1 Juli. Kedua peringatan ini memiliki konsentrasi yang berbeda.
Hari Anak Sedunia diselenggarakan untuk mengubah cara masyarakat melihat dan memperlakukan anak-anak. Sedangkan Hari Anak Internasional diselenggarakan untuk mengapresiasi anak-anak atau memiliki makna yang sama dengan hari perlindungan anak. Â
Di negara kita, juga diadakan Hari Anak Nasional yang selalu diperingati setiap tanggal 23 Juli. Peringatan Hari Anak Nasional dengan berlandaskan hukum pada Kepres RI N0.44 Tahun 1984 ini dimaksudkan untuk mewujudkan Indonesia sebagai sebuah negara yang ramah terhadap anak-anak.
United Nations Children's Fund (UNICEF) memiliki perhatian yang besar bagi anak-anak, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan anak. Dilansir dari situs resmi UNICEF, ditemukan beberapa problem pendidikan anak yang harus menjadi perhatian dunia. Beberapa problem itu antara lain:
Pertama: Masih banyak anak di dunia ini yang belum mendapatkan pendidikan yang baik. Anak-anak kehilangan pendidikan dan pembelajaran karena berbagai alasan. Kemiskinan atau faktor ekonomi tetap menjadi salah satu hambatan yang paling utama. Ada yang datang ke kelas dalam keadaan lapar, sakit atau lelah karena pekerjaan atau tugas membantu orang tua mencari nafkah.
Kedua: Masih tingginya angka anak putus sekolah. Alasannya antara lain karena anak-anak hidup dalam kondisi ekonomi yang rapuh, ketidakstabilan politik, konflik atau bencana alam. Selain itu pemerataan pendidikan pun masih jauh dari harapan karena masih ditemukan adanya diskriminasi kepadamereka yang cacat, atau karena berasal dari etnis minoritas. Di beberapa negara, kesempatan pendidikan bagi anak perempuan pun masih sangat terbatas.
Ketiga: Lebih dari 600 juta anak-anak dan remaja di seluruh dunia tidak mampu mencapai tingkat kecakapan minimum dalam literasi dan numerasi, meskipun dua pertiga dari mereka bersekolah. Ada banyak anak di seluruh dunia yang bersekolah tetapi tidak mengarah pada pembelajaran.
Keempat: Tingkat profesionalisme guru yang masih kurang, materi pendidikan yang tidak memadai, dan infrastruktur yang buruk membuat banyak siswa sulit belajar.
Kelima: Ketidaksetaraan dan kesenjangan digital yang memprihatinkan. Sekitar dua pertiga anak usia sekolah di dunia tidak memiliki koneksi internet, sehingga membatasi kesempatan mereka untuk meningkatkan pembelajaran dan pengembangan keterampilan mereka.
Inclusion, for every child
Pada Peringatan Hari Anak Sedunia tahun 2022 ini, UNICEF mengusung tema "Inclusion, for every child". Dalam memaknai tema ini, baiklah kita memperhatikan dua catatan penting yang perlu diperhatikan untuk mengatasi problematika pendidikan, baik itu di tingkat nasional maupun internasional.
Pertama: Pendidikan yang merata
Akses pada pendidikan berkualitas dan pengembangan keterampilan harus merata dan inklusif untuk semua anak dan remaja, terlepas dari siapa mereka atau dari mana mereka berasal dan tinggal. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjangkau anak-anak yang tersingkir dari pendidikan dan pembelajaran berdasarkan gender, disabilitas, kemiskinan, etnis, dan bahasa.
Kedua: Pembelajaran yang berkualitas
Yang harus diperjuangkan saat ini adalah upaya untuk menutup kesenjangan antara apa yang dipelajari siswa dan apa yang mereka butuhkan untuk berkembang dalam masyarakat dan pekerjaan di masa depan.
Tanpa pembelajaran yang berkualitas, anak-anak menghadapi hambatan yang cukup besar untuk mendapatkan pekerjaan dan potensi penghasilan di kemudian hari.
Pembelajaran yang berkualitas membutuhkan lingkungan yang aman, bersahabat, guru yang berkualitas dan termotivasi, serta pengajaran dalam bahasa yang dapat dipahami siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H