Setelah menerapkan manajemen mutu sebagai fokus utamanya, kegiatan industri dapat pulih kembali sehingga Jepang menjadi salah satu Negara yang merajai produksi mobil di pasar dunia.
Dalam proses meningkatkan mutu, perlu adanya seorang manajer yang terlibat dalam perencanaan, pengorganisiran, pengontrolan, sampai kepada proses evaluasi atau penilain dari mutu yang akan ditetapkan berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini disebut dengan manajemen mutu dan dalam dunia pendidikan tentunya manajemen mutu tersebut difokuskan pada pengembangan dunia pendidikan.
Manajemen merupakan sebuah seni seorang pemimpin dalam melakukan suatu pekerjaan melalui beberapa orang. Artinya dalam manajemen ada orang yang mengatur dan ada yang diatur. Yang diatur adalah para anggota yang terlibat melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Sedangkan yang mengatur adalah pemimpin dari anggota.
Rue dan Byars (2011) mengemukakan bahwa managements is a process that invalesguiding or directional group of people toward organizational goals or objectives. Manajemen merupakan sebuah proses dalam mengarahkan sekelompok orang untuk mencapai harapan dan tujuan organisasi. Dalam konteks pendidikan, manajemen mutu sekolah adalah suatu proses di mana sekelompok orang dalam organisasi atau lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Menurut Arthur R. Tenner dan Irving J. Detoro, manajemen mutu terpadu adalah pembinaan atau pengembangan secara berkelanjutan. Dalam arti bahwa sebuah sekolah dikatakan menerapkan manajemen mutu terpadu apabila seluruh personil sekolah yaitu kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan di dalam pembinaan pengawasan sekolahnya masing-masing selalu menyelenggarakan program-program pembinaan berkelanjutan.
Prinsip MMT yang Sederhana dan Efektif
Tenner dan Irving dalam buku Total Quality Management: Three Steps to Continuous Improvement, mengemukakan tiga prinsip manajemen mutu terpadu yang sederhana dan efektif. Ketiga prinsip itu adalah sebagai berikut:
Pertama: Customer Focus
Artinya sekolah yang menerapkan MMT sangat fokus atau konsen kepada "pelanggan" utama sebuah sekolah yakni peserta didik atau siswa. Peserta didik harus selalu menjadi fokus utama. Peserta didik harus selalu menjadi ingatan pendidik dan tenaga pendidikan di sekolah.
Kedua: Process ImprovementÂ
Artinya sekolah yang menerapkan MMT, selalu melakukan proses pembinaan yakni pembinaan-pembinaan terhadap layanan pendidikan dan pembelajaran, baik itu intrakurikuler, kokurikeler maupun ekstrakurikuler. Sekolah yang menerapkan MMT selalu melakukan refleksi, evaluasi terhadap proses pendidikan dan pembelajaran.
Ketiga: Total Improvement
Artinya keterlibatan secara menyeluruh dari seluruh personil sekolah. Bahkan keterlibatan di sini bukan hanya pihak internal, tetapi juga pihak eksternal seperti orang tua, komite sekolah, masyarakat, dunia usaha dan lain-lain. Keterlibatan ini dimaksudkan untuk selalu melakukan proses perbaikan pembelajaran.Â
Setelah adanya peningkatan pada mutu pendidikan, maka kegiatan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan adalah proses penjaminan mutu. Artinya, mutu yang sudah ada dan dianggap baik untuk diterapkan harus dijamin keberadaanya, agar proses pembelajaran dan pendidikan lainnya dapat berjalan sesuai tujuan pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H