Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian: Suatu Kepastian yang Tidak Pasti

2 November 2022   11:28 Diperbarui: 2 November 2022   11:49 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membersihkan kuburan Polehan-Malang (Dokumen Pribadi)

Kematian adalah suatu kepastian yang tidak pasti. Dikatakan sebagai suatu kepastian karena karena peristiwa ini akan dialami oleh setiap manusia. Siapapun dia, entah tua, muda, besar, kecil, kaya, miskin, pejabat, pegawai, petani, dan apapun status hidup lainnya, pasti akan mengalami kematian.  Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat berlari dan bersembunyi di hadapan kematian. Jika tiba saatnya, entah siap atau tidak, orang akan mati; kembali kepada Penciptanya.

Siapa pun dia, suatu saat nanti dalam waktu yang tidak dapat diramalkan akan pergi, meninggalkan kekasih, meninggalkan keluarga, meninggalkan teman-teman, meninggalkan statusnya, meninggalkan kekayaannya, meninggalkan dunia ini. Manusia tidak berdaya di hadapan misteri kematian. Misteri ini pasti dialami oleh semua orang.

Selain sebagai suatu kepastian, kematian juga merupakan suatu ketidakpastian. Kematian dikatakan sebagai suatu ketidakpastian jika dilihat dari sisi waktu dan cara kematian itu terjadi. Kematian merupakan sesuatu yang tidak pasti karena terjadi pada waktu dan cara yang tidak pasti. 

Tidak ada satu orang pun yang mengetahui secara pasti tentang waktu akhir hidup seseoarang. Waktu kematian tidak dapat diramalkan atau diduga-duga. Kematian tidak memperhatikan ukuran matematis soal jumlah usia hidup seseorang. Kematian tidak mempertimbangkan usia tua atau muda, masih anak-anak atau sudah lansia.

Cara orang meninggal pun berbeda-beda. Ada meninggal karena mengalami kecelakaan atau terkena bencana alam, ditembak, atau dibunuh. Ada yang meninggal setelah sekian lama menderita sakit, namun ada pula yang kelihatannya sehat-sehat saja, tetapi secara mendadak menghembuskan nafas terakhirnya. Semuanya serba tidak pasti dan pada titik ini kita harus mengakui bahwa hanya Allah pencipta yang berkuasa dan berhak menentukannya.

Dari ketidakpastian tentang waktu dan saat kematian seseorang, orang beriman meyakini bahwa ada suatu kepastian lain yang harus diyakini yakni percaya bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Tanda seorang yang mengimani hal ini terungkap dalam perjuangannya untuk mewujud tingkah laku hidup sehari-hari yang sesuai dengan imannya. Seorang beriman adalah juga seorang yang secara bijaksana menggunakan waktunya di dunia ini.

Setiap kali kita menghadiri upacara kematian atau merayakan peringatan arwah, kita kembali diingatkan bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Setiap manusia, baik miskin atau kaya, tua atau muda, memiliki jabatan tertentu, atau menganggur, suatu saat pasti akan meninggal. Mereka yang telah meninggal, sudah mendahului kita. Sekarang kita sedang berada dalam antrian panjang menuju ke tempat itu.

Waktu untuk menunggu giliran ini, hendaknya diisi dengan hal-hal yang baik, dalam iman, harap dan kasih. Betapa hidup ini amat singkat dan tak terduga kapan hidup kita berakhir di dunia ini. Oleh karena itu, isilah kehidupan ini dengan perbuatan baik, amal ibadah, rendah hati dan melayani sesama. Segala perbuatan baik yang kita perjuangkan di dunia ini merupakan bentuk sikap berjaga-jaga dalam menantikan hari kematian kita yang tidak kita sangka-sangka.

Mari kita menanam sebanyak mungkin kebaikan di dunia ini, supaya pada nantinya kita boleh menuai hasilnya. Hukum alam akan tetap berlaku bahwa apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Jika dalam hidup ini kita selalu mengusahakan kebaikan, maka pada nantinya kita yakin dan percaya, akan menerima ganjaran keselamatan dan bukan penderitaan abadi.

Selamat memperingati arwah kaum beriman.
Moga-moga, jiwa-jiwa orang beriman, beristirahat dalam ketenteraman karena kerahiman Tuhan.
RIP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun