Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kesalahan Berbahasa pada Tataran Morfologi Laman Kompasiana

30 Oktober 2022   19:18 Diperbarui: 31 Oktober 2022   15:58 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Laman Kompasiana (Foto: Kompasiana & modifikasi penulis)

Dalam rangka ulang tahun Kompasiana yang ke-14 dan juga peringatan bulan bahasa, saya tertarik untuk melakukan kajian kecil dari hasil riset ilmiah tentang kompasiana. Untuk mendukung tujuan tersebut, saya menggunakan bantuan software publish or perish dalam pengumpulan data. 

Hasil penelusuran publish or perish melalui pencarian judul "Kompasiana", ditemukan ada 237 publikasi. Jumlah tersebut termasuk jenis artikel jurnal ilmiah dan buku, yang ditelusuri tanpa diberi rentang waktu. Menarik bahwa dalam matriks sitasi, terdapat 401 sitasi yang mengutip tulisan tentang Kompasiana dengan sitasi setiap tahunnya adalah 9, 78 sitasi.

Sepuluh artikel tentang Kompasiana berdasarkan urutan sitasi tertinggi (Dokpri)
Sepuluh artikel tentang Kompasiana berdasarkan urutan sitasi tertinggi (Dokpri)

Artikel yang paling banyak disitasi (23 sitasi), dimuat dalam Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol.VI No.2 Tahun 2016. Analisis wacana melalui metode Theo Van Leeuwen pada Situs Kompasiana.com yang dilakukan oleh Putri Limilia dan Ditha Prasanti ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana perempuan membuat wacana tentang presentasi ibu bekerja dan ibu rumah tangga di media online Kompasiana. 

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat ketimpangan kekuasaan, dimana ibu rumah tangga cenderung dimarginalkan dibandingkan dengan ibu bekerja. Ketimpangan tersebut diwacanakan dengan menggunakan berbagai macam strategi eksklusi dan inklusi.

Ada pula beberapa tema lain yang menjadi perhatian para peneliti untuk mengulas tentang Kompasiana. Berdasarkan sitasi tertinggi, ada beberapa hasil pernelitan antara lain petukaran informasi mahasiswa jurnalistik melalui Kompasiana, kritik netizen terhadap nekrokultura media mainstream, dan kompasiana sebagai etalase warga biasa.

Data-data ini menunjukkan bahwa kompasiana merupakan sebuah media online yang diminati oleh banyak orang, termasuk dikalangan akademisi. Pada tahun 2022 ini terdapat tiga hasil riset yang menganalisis tentang Kompasiana.

Di lain pihak, kompasiana dan kompasianer juga perlu belajar dari beberapa masukan para peneliti yang dapat kita peroleh dari hasil penelitian mereka. Ada banyak hal yang menjadi masukan dari beberapa peneliti, namun dalam rangka peringatan bulan bahasa, pada ulasan kali ini saya ingin mengajak kita (kompasianer) untuk memperhatikan sebuah catatan krisis para peneliti tentang kesalahan bahasa dalam penulisan.

Dalam hal ini saya hanya mengambil salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2021, oleh Firda Hikmatul Amalia bersama empat teman lainnya. Artikel yang sudah dua kali disitasi ini memuat hasil analisis tentang kesalahan berbahasa pada tataran morfologi di laman kompasiana. Tentu satu penelitian ini tidak menjadi patokan satu-satunya. Penelitian ini pun hanya terbatas pada kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi. 

Hasil analis Amalia, dkk yang dimuat dalam Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), Universitas Pahlawan tersebut mengemukakan bahwa ada dua kesalahan bahasa dalam tataran morfologi yang ditemukan dalam laman Kompasiana, yakni kesalahan afiksasi dan kesalahan ejaan.

Pertama: Kesalahan afiksasi, yakni penambahan gabungan kata atau prefiks

Contoh kalimat kesalahan afiksasi: Vaksinasi penyakit hepatitis kali ini disediakan kurang lebih 500 dosis. Pada kalimat tersebut, kata "disediakan" tidak menggunakan afiks yang benar. Seharusnya kata kerja ini bersifat aktif sehingga berubah menjadi "menyediakan". Proses pembentukan kata menyediakan adalah penggunaan afikasai me(N)- + kata dasar sedia +- kan.

Contoh lain: Jangan korbankan masa depan anak-anak demi sesuatu yang bersifat kesenangan sesaat. Kesalahan pada kalimat tersebut terletak pada penggunaan kata "korbankan". Pada kata "korbankan" tidak menggunakan afiks yang benar. Jika dalam kalimat tersebut menggunakan kata "korbankan" maka sebenarkan tidak memiliki makna atau arti. 

Kalimat itu akan memiliki makna jika diberi imbuhan prefiks me(N). Karena kata korban memiliki fonem /k/ sehingga mengalami peluluhan. Kesimpulannya bahwa kalimat yang benar adalah "Jangan mengorbankan masa depan anak-anak demi sesuatu yang bersifat kesenagan sesaat".

Kedua: Kata Baku

Dalam penelitian Amalia dan teman-teman, juga ditemukan kesalahan dalam penulisan yang berkaitan dengan penggunaan kata baku. Mereka mengambil contoh penggunaan kata zina. Kalimat yang ditemukan adalah "Semua orang tahu bahwa pelecehan seksual berbeda dengan perzinahan". Kalimat ini merupakan contoh kalimat yang tidak baku. Kesalahan tersebut terletak pada kata "perzinahan". Kata dasarnya adalah zina bukan zinah. Maka yang seharusnya adalah perzinaan.

Masih ada banyak contoh kesalahan lain yang dikemukakan dari penelitian tersebut. Hasil analisis kesalahan berbahasa pada bulan November 2021, dapat ditampilkan dalam grafik berikut:

Grafik analisis kesalahan berbahasa di laman Kompasiana (Foto: JRPP)
Grafik analisis kesalahan berbahasa di laman Kompasiana (Foto: JRPP)

Sebagai catatan akhir, para peneliti mengharapkan agar kompasianer dapat meminimalkan kesalahan dalam penulisan, karena laman Kompasiana banyak dibaca oleh khalayak. Memang Bahasa Indonesia makin adaptif. Penggunaannya pun harus beradaptasi dengan bahasa pasar supaya bisa laku atau terjual. Kompasiana adalah sebuah platform blog dan tidak sama dengan jurnal ilmiah. Namun beberapa masukan tersebut mungkin juga penting untuk diperhatikan.

Selamat Ulang Tahun Kompasiana. 

Selamat memperingati Bulan Bahasa 2022. 

Salam Literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun