Sebagai aktor intelektual, dalam menyampaikan aspirasinya mahasiswa hendaknya menujukkan sikap kritis dengan cara-cara intelek yang elegan dan bijaksana. Sebagai insan akademisi, mahasiswa hendaknya menghindari tindakan anarkis, tetapi sebaliknya mengedepankan analitis kristis terhadap suatu persoalan. Sebagai kaum cendikiawan, alangkah lebih baik lagi jika memberikan penawaran solusi untuk mengatasi suatu persoalan.
Di samping itu, demonstrasi yang dilakukan tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi, politik dan faktor lainya. Jangan sampai ada yang menjadi pendemo bayaran atau pendemo "nasi bungkus". Ingat, harga demokrasi sangat tidak sebanding dengan harga nasi bungkus. Janganlah pula diboncengi oleh para elit politik yang sarat dengan berbagai kepentingan pribadi dan golongan.
Jadikan demonstrasi sebagai sarana perwujudan demokrasi untuk menyampaikan aspirasi secara baik dan beretiket, serta menghindari pameran demo crazy (aksi gila).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H