Pakaian ini dilengkapi denan asesoris adat yaitu gelang (kalar) dari gading, anting emas (suwong bahar). Barang-barang ini pun cukup mahal harganya, sebagai bentuk simbolisasi betapa tingginya martabat seorang perempuan yang tidak boleh diabaikan begitu saja.Â
Pada bagian rambut, terdapat tiga tusuk konde sebagai lambang bahwa sebelum melangsungkan pernikahan, pengantin perempuan ini telah melewati tiga tahap penting dalam perkawinan yang dimulai dari persiapan (peminangan), penentuan belis (mahar) dan upacara perkawinan itu sendiri.Â
Hal ini mau menunjukkan bahwa martabat perempuan perlu dihargai, sehingga untuk mendapatkannya perlu melalui proses atau tahapan tertentu.
Kedua, menggambarkan suasana hati dan moral.Â
Sesuai dengan keyakinan orang Maumere, kecantikan yang dipancarkan oleh seseorang (khususnya perempuan), akan menunjukkan atau mencerminkan kesucian hidup dari perempuan tersebut.Â
Ada keyakinan bahwa jika perempuan tersebut masih perawan, maka ketika menggenakan pakaian adat tersebut, ia akan kelihatan sangat cantik dan anggun.Â
Sebaliknya jika perempuan tersebut memiliki masa lalu yang suram, maka tampilannya akan berbeda, tidak cantik dan kurang segar, sekalipun sudah dipoles dengan berbagai kosmetik. Dengan kata lain, kecantikan hati akan tercermin dari kecantikan penampilan. Hal yang sama juga ditampilkan oleh mempelai laki-laki.
Ketiga, menunjukkan tentang tingkat kejujuran seseorang.Â
Salah satu perlengkapan busana pengantin adat Maumere adalah "ala gadeja" (perhiasan penutup wajah). Perhiasan penutup wajah ini sebagai simbolisasi kesucian hidup yang masih dijaga oleh kedua mempelai. Maka yang penutup wajah ini hanya dikenakan oleh perempuan yang masih perawan. Di sinilah dituntut kejujuran dari pengantin, terhadap dirinya sendiri, pasangan dan publik.
Demikianlah tiga makna simbolis dari busana pengantin dalam adat Maumere. Dari ungkapan simbolis tersebut dapat dilihat betapa martabat perempuan ingin ditampilkan atau dikedepankan.Â
Masih ada banyak nilai budaya yang kita miliki untuk digali karena mempunyai makna yang mendalam bagi kehidupan. Mencintai budaya sendiri jauh lebih penting daripada mengikuti budaya orang lain. Atau setidaknya ada filterisasi untuk sebuah alkulturasi; terimalah budaya dari luar tetapi tidak membuang budaya sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H