Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Membimbing Guru, Mengapa Tidak?

23 September 2022   08:07 Diperbarui: 23 September 2022   08:26 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rapat dewan guru di MTs Aliyah 1 Palembang (Sumber: mtsahliyah1.com)

Kegiatan supervisi dilakukan dengan banyak cara, sehingga hal ini ditetapkan sebagai model supervisi pengajaran, oleh Burhanuddin, dkk (2005), ada 3 jenis model supervisi, yaitu supervisi ilmiah, artistik, dan klinis. Selain ketiga model tersebut, masih banyak model lain yang digunakan, diantaranya adalah model supervisi kolegial. 

 Supervisi kolegial atau yang biasanya disebut sebagai supervisi sejawat merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh sesama guru, terutama oleh guru yang lebih berpengalaman, kepada guru lainnya yang kurang ataupun belum berpengalaman. 

Konsep Dasar Supervisi Kolegial

Menurut Purwanto (1987) supervisi sendiri berarti suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dalam penyataan tersebut guru atau pendidik menjadi perhatian utama dalam melaksanakan kegiatan ini, karena dikatakan bahwa guru merupakan kunci penting dalam keberhasilan memperbaiki mutu pendidikan, dikemukakannya, guru juga merupakan titik sentral dalam usaha mereformasi pendidikan, dan mereka menjadi kunci keberhasilan setiap usaha peningkatan mutu pendidikan (Depdiknas, Bappenas, dan Bank Dunia, 1999). 

Dalam pelaksanaannya, supervisi memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya adalah supervisi kolegial. Supervisi kolegial sudah lama dilaksanakan akan tetapi pelaksanaannya selama ini belum intensif. Supervisi kolegial terbentuk atas asumsi bahwa supervi disamping sebagai fungsi juga merupakan peranan.

Supervisi sebagai fungsi artinya bahwa layanan supervisi dapat diberikan atau dilaksanakan oleh siapapun yang dapat berkontribusi terhadap tujuan supervisi tersebut misalnya guru profesional. Dikemukakan oleh Lovell & Wiles (1983) dalam Arismunandar, (2005:152) bahwa semua orang dalam sekolah baik kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan maupun peserta didik, mempunyai potensi untuk berkontribusi terhadap perbaikan sekolah, dan karena itu dipandang sebagai sumberdaya yang penting. Supervisi sebagai peranan artinya bahwa layanan supervisi dilakukan oleh pemegang otoritas manajerial dan administratif. 

Dengan bertolak pada asumsi supervisi sebagai fungsi, maka peran guru mempunyai kesempatan membantu guru lainnya, terutama yang lebih yunior dalam memecahkan masalah pengajaran yang mereka hadapi.

Sergiovani, Ed (1982) dalam arismunandar, (2005:153) mengemukakan bahwa supervisi kolegial merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan sejumlah tenaga pengajar dalam rangka perbaikan pengajaran. Keterlibatan tenaga pengajar secara bersama-sama dalam peristiwa pengajaran dimaksudkan agar mereka dapat saling membantu memperbaiki langkah-langkah pengajaran yang ditempuhnya, seperti dala merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi hasil belajar.

Dalam pelaksanaan supervisi kolegial, guru mempunyai peranan penting dalam membantu guru lainnya. Menurut Lovell & Wiles (1983) dalam Arismunandar, (2005:153) terutama melihat potensi guru memberikan bantuan kepada guru lainnya karena mereka dianggap memiliki kompotensi profesional dan memiliki spectrum yang luas. Hal ini cocok diterapkan di SMA, dimana para guru mempunyai spesialisasi mata pelajaran.

Neeagley & Evans (1980) dalam Arismunandar, (2005:154) secra lebih rinci mengemukakan peran supervisi yang dapat dimainkan oleh guru-guru senior, antara lain sebagai berikut:

  • Bertindak sebagai anggota tim pengajaran bagi sekolah dan membantu menginterpretasikan keputusan dan perencanaan terhadap tim.
  • Bertindak sebagai koordinator dan agen supervisi dalam lapangan spesialisasinya seperti dalam hal pemilihan materi pengajaran, perencanaan pengajaran beserta unit-unitnya yang akan dikembangkan.
  • Merencanakan dan melaksanakan pertemuan tim yang berkenaan dengan bidang spesialisasinya.

Tehnik Penerapan Supervisi Kolegial

Sesuai dengan Pengertian dari supervisi kolegial yang diungkapkan di atas, maka simpulan yang dapat ditarik adalah, bahwa supervisi kolegial ini dalam pelaksanaannya hampir sama dengan pelaksanaan supervisi dengan pendekatan kelompok (yang terdiri dari 2 orang guru atau lebih), Dalam melaksanakan kegiatan supervisi kolegial ini, Ilham (dalam Indah, 2014) mengatakan bahwa "teachers learn more from each other that from anyone else" artinya, guru yang akan disupervisi akan mengobservasi langsung proses belajar mengajar guru lainnya sampai selesai, kemudian mengumpulkan solusi untuk permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh masing-masing guru (supervisee).

Dari pelaksanaan supervisi kolegial ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi guru, seperti yang dijelaskan oleh Yee & Fun (dalam Indah, 2014) bahwa supervisi rekan sejawat ini memiliki keuntungan baik bagi guru pemula maupun senior. Karena pada pelaksanaannya, guru-guru yang dikumpulkan adalah mereka yang ingin mengetahui kinerja dan memahami masalah serta menemukan solusi dari permasalahan pembelajaran yang dihadapi.

Burhanuddin (2007) merumuskan beberapa tehnik yang bisa digunakan dalam menerapkan supervisi kolegial ini, yaitu: musyawarah guru mata pelajaran, rapat dewan guru, penataran, dan kunjungan antar kelas.

1. Musyawarah guru mata pelajaran

Kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) merupakan aktifitas penting dan menjadi fokus utama dalam pelaksanaan supervisi kolegial dengan memperhatikan tujuan pendidikan agar proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Hal ini diungkapkan oleh Purwanto (1987) dalam melakukan musyawarah antar guru mata pelajaran, nantinya kelompok (supervisee) akan mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal tentang pengembangan proses belajar mengajar. 

Dalam kegiatan ini, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan arahan, bimbingan, nasihat, ataupun saran-saran yang diperlukan. Pendapat inipun kemudian dikembangkan oleh Soetopo dan Soemanto (1981) yang mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan MGMP ini dapat membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa melalui media pembelajaran berbasis tekhnologi informasi.  

2. Rapat dewan guru

Pada pelaksanaannya kegiatan rapat dewan guru ini sama dengan MGMP, namun semua guru bisa melibatkan dirinya dalam mengungkapkan pendapatnya yang mana kegiatan ini dipimpin oleh kepala sekolah. Menurut Purwanto (1987) bahwasanya kepala sekolah sebagai pemimpin dalam suatu lembaga wajib melakukan kegiatan seperti rapat ini, dengan tujuan membahas tentang pengembangan pendidikan salah satunya adalah mengenai kurikulum dan pengadaan serta pelaksanaan supervisi di sekolah.

3. Penataran

Kegiatan penataran ini sudah sangat banyak dilakukan di berbagai lembaga pendidikan (sekolah) dalam meningkatkan kinerja demi mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan penataran ini dilakukan oleh kantor pusat atau wilayah sehingga dalam pelaksanaannya, kepala sekolah berperan sebagai penindak lanjut dalam menangani tindakan guru sebagai pendidik dari apa yang dihasilkan melalui penataran ini, sehingga guru tidak merasa bekerja sendiri, akan tetapi kepala sekolah ikut berpartisipasi dalam menemani dan melihat langsung praktek oleh guru yang melakukan penataran.

4. Kunjungan antar kelas

Kegiatan kunjungan antar kelas ini sama halnya dengan kunjungan observasi, artinya guru lain yang melakukan supervisi akan mengunjungi masing-masing kelas (guru lainnya) untuk secara langsung melihat situasi dan kondisi pembelajaran yang kemudian dinilai sendiri oleh supervisee lainnya dan setelahnya menentukan Kesimpulan untuk memecahkan permasalahannya dalam proses belajar mengajar. 

Menurut Purwanto (1987) kunjungan kelas ini bisa dilakukan di sekolah sendiri (intraschool visit) dan juga di sekolah lainnya (interschool visit), dan sebagai pendemonstran dapat menunjuk guru di sekolah sendiri maupun sekolah lain yang dianggap memiliki keterampilan yang baik dalam proses mengajar atau lebih bagus lagi adalah supervisor sendiri.  Pada tehnik kunjungan antar kelas ini oleh Marks, dkk (1985) susunan perencanaan kunjungan kelompok antara lain:

  • Menentukan tipe pembelajaran yang akan diajarkan
  • Memilih guru yang akan menyampaikan materi pembelajaran
  • Menentukan waktu kunjungan
  • Menyiapkan kelas yang akan dipakai sebagai tempat kunjungan
  • Memilih teknik observasi yang akan digunakan
  • Menentukan pre-planning dan evaluasi

Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Kolegial

Kelebihan supervisi kolegial adalah mudahnya komunikasi antar guru. Guru-guru muda yang bermasalah akan secara bebas mengungkapkan keluhannya kepada sesama guru. Ini berbeda dengan praktek supervisi pengajaran selama ini yang cenderung menitik beratkan pada pengawasan administratif, sehingga guru-guru enggan mengemukakan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian pelaksanaan supervisi kolegial dapat menghindarkan kesan "menghukum".

Selain kelebihannya, supervisi kolegial memeliki kekurangan yakni sangat susah atau bahkan tidak dapat diterapkan pada guru yang tidak disiplin atau guru yang "malas".

Perlu diingat pula bahwa etika komunikasi yang salah, yakni ketika masing-masing guru mempertahankan egonya, maka supervisi kolegial tidak akan berhasil. Dengan menerapkan etika berkomunikasi yang baik, maka keberhasilan pencapaian tujuan supervisi pembelajaran akan tercapai dengan baik pula karena adanya keterbukaan antara satu guru dengan guru yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun