Dari pelaksanaan supervisi kolegial ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi guru, seperti yang dijelaskan oleh Yee & Fun (dalam Indah, 2014) bahwa supervisi rekan sejawat ini memiliki keuntungan baik bagi guru pemula maupun senior. Karena pada pelaksanaannya, guru-guru yang dikumpulkan adalah mereka yang ingin mengetahui kinerja dan memahami masalah serta menemukan solusi dari permasalahan pembelajaran yang dihadapi.
Burhanuddin (2007) merumuskan beberapa tehnik yang bisa digunakan dalam menerapkan supervisi kolegial ini, yaitu: musyawarah guru mata pelajaran, rapat dewan guru, penataran, dan kunjungan antar kelas.
1. Musyawarah guru mata pelajaran
Kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) merupakan aktifitas penting dan menjadi fokus utama dalam pelaksanaan supervisi kolegial dengan memperhatikan tujuan pendidikan agar proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Hal ini diungkapkan oleh Purwanto (1987) dalam melakukan musyawarah antar guru mata pelajaran, nantinya kelompok (supervisee) akan mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal tentang pengembangan proses belajar mengajar.Â
Dalam kegiatan ini, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan arahan, bimbingan, nasihat, ataupun saran-saran yang diperlukan. Pendapat inipun kemudian dikembangkan oleh Soetopo dan Soemanto (1981) yang mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan MGMP ini dapat membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa melalui media pembelajaran berbasis tekhnologi informasi. Â
2. Rapat dewan guru
Pada pelaksanaannya kegiatan rapat dewan guru ini sama dengan MGMP, namun semua guru bisa melibatkan dirinya dalam mengungkapkan pendapatnya yang mana kegiatan ini dipimpin oleh kepala sekolah. Menurut Purwanto (1987) bahwasanya kepala sekolah sebagai pemimpin dalam suatu lembaga wajib melakukan kegiatan seperti rapat ini, dengan tujuan membahas tentang pengembangan pendidikan salah satunya adalah mengenai kurikulum dan pengadaan serta pelaksanaan supervisi di sekolah.
3. Penataran
Kegiatan penataran ini sudah sangat banyak dilakukan di berbagai lembaga pendidikan (sekolah) dalam meningkatkan kinerja demi mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan penataran ini dilakukan oleh kantor pusat atau wilayah sehingga dalam pelaksanaannya, kepala sekolah berperan sebagai penindak lanjut dalam menangani tindakan guru sebagai pendidik dari apa yang dihasilkan melalui penataran ini, sehingga guru tidak merasa bekerja sendiri, akan tetapi kepala sekolah ikut berpartisipasi dalam menemani dan melihat langsung praktek oleh guru yang melakukan penataran.
4. Kunjungan antar kelas
Kegiatan kunjungan antar kelas ini sama halnya dengan kunjungan observasi, artinya guru lain yang melakukan supervisi akan mengunjungi masing-masing kelas (guru lainnya) untuk secara langsung melihat situasi dan kondisi pembelajaran yang kemudian dinilai sendiri oleh supervisee lainnya dan setelahnya menentukan Kesimpulan untuk memecahkan permasalahannya dalam proses belajar mengajar.Â
Menurut Purwanto (1987) kunjungan kelas ini bisa dilakukan di sekolah sendiri (intraschool visit) dan juga di sekolah lainnya (interschool visit), dan sebagai pendemonstran dapat menunjuk guru di sekolah sendiri maupun sekolah lain yang dianggap memiliki keterampilan yang baik dalam proses mengajar atau lebih bagus lagi adalah supervisor sendiri. Â Pada tehnik kunjungan antar kelas ini oleh Marks, dkk (1985) susunan perencanaan kunjungan kelompok antara lain:
- Menentukan tipe pembelajaran yang akan diajarkan
- Memilih guru yang akan menyampaikan materi pembelajaran
- Menentukan waktu kunjungan
- Menyiapkan kelas yang akan dipakai sebagai tempat kunjungan
- Memilih teknik observasi yang akan digunakan
- Menentukan pre-planning dan evaluasi
Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Kolegial
Kelebihan supervisi kolegial adalah mudahnya komunikasi antar guru. Guru-guru muda yang bermasalah akan secara bebas mengungkapkan keluhannya kepada sesama guru. Ini berbeda dengan praktek supervisi pengajaran selama ini yang cenderung menitik beratkan pada pengawasan administratif, sehingga guru-guru enggan mengemukakan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian pelaksanaan supervisi kolegial dapat menghindarkan kesan "menghukum".
Selain kelebihannya, supervisi kolegial memeliki kekurangan yakni sangat susah atau bahkan tidak dapat diterapkan pada guru yang tidak disiplin atau guru yang "malas".
Perlu diingat pula bahwa etika komunikasi yang salah, yakni ketika masing-masing guru mempertahankan egonya, maka supervisi kolegial tidak akan berhasil. Dengan menerapkan etika berkomunikasi yang baik, maka keberhasilan pencapaian tujuan supervisi pembelajaran akan tercapai dengan baik pula karena adanya keterbukaan antara satu guru dengan guru yang lainnya.