Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lakukan 3 Model Supervisi Ini untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

20 September 2022   07:39 Diperbarui: 29 September 2022   01:31 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi supervisi di dalam kelas (Sumber: Edukasi Kompas)

Pada penerapannya dalam dunia supervisi pendidikan, model supervisi artistik ini sendiri muncul karena adanya ketidakpuasaan terhadapat model supervisi sebelumnya yakni supervisi ilmiah. 

Menurut Elliot W. Eisner dalam tulisannya berjudul "An Artistic Approach to Supervision" seorang professor pemdidikan dan seni pada Stanford University, Palo Arto, California, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sergiovanni dalam bukunya yang berjudul "Supervision of Teaching" mengemukakan secara medasar mengenai beberapa kegagalan yang dilakukan oleh supervisor dengan menggunakan pendekatan ilmiah secara internal. 

Supervisi pengajaran dalam menggunakan pendekatan ilmiah disinyalir gagal karena terlalu berani menggeneralisasikan tampilan-tampilan pengajaran yang tampak sebagai keseluruhan peristiwa pengajaran.

Dalam menangkap pengajaran, supervisi artistik ini berusaha menerobos keterbatasa-keterbatasan yang dimiliki oleh pendekatan supervisi ilmiah yang sebelumnya telah dijelaskan. 

Supervisi artistik ini berbeda dengan supervisi ilmiah, dimana supervisor guru harus memperhatikan kondisi psikologi dan sosiologik pelakunya, artinya tidak perlu memperhatikan temuan ilmiah karena dianggap sangat monoton pada teori daripada gurunya langsung sebagai subjek yang akan disupervisi. 

Oleh karenanya dalam menyupervisi guru, seorang supervisor turut mengamati, merasakan dan mengapresiasikan pengajaran secara langsung dilakukan oleh guru tersebut.

Ilustrasi supervisi di dalam kelas (Sumber: Edukasi Kompas)
Ilustrasi supervisi di dalam kelas (Sumber: Edukasi Kompas)

3. Model dan pendekatan Supervisi Klinis

Pendekatan atau jenis model supervisi pendidikan yang terakhir yaitu supervisi klinis. Supervisi ini terbagi menjadi dua yaitu suprvisi klinis dan non-klinis.

Menurut Herijono, dkk (1996) mengatakan bahwa supervisi klinis  merupakan suatu bentuk bantuan professional yang diberikan kepada calon guru maupun guru itu sendiri berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan yang cermat, dan pemberian umpan balik segera secara objektif tentang penampilan pengajarannya yang nyata untuk meningkatkan keterampilan dan sikap profesionalnya. 

Upaya dalam penerapan supervisi ini, guru diharapkan mampu mengetahui kelemahan dan kelebihannya dalam proses pengajaran serta dapat mengembangkan diri secara maksimal dengan tujuan dapat meningkatkan pengarannya didalam kelas.

Ciri-ciri supervisi klinis:

  • Pembimbingan yang dilaksanakan oleh supervisor guru atau calon guru adalah berupa bantuan bukan sebuah perintah atau instruksi untuk melakukan sesuatu sehingga guru sebagai objek supervisi mengetahui tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Hal penting yang perlu dilakukan oleh supervisor adalah bagaimana meningkatkan prakarsa guru agar kemampuan mengajarnya semakin meningkat.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun