Kesalahan pengkongkritan ini disebabkan tertipunya pendekatan ilmiah pada tampilan-tampilan pengajaran yang tampak atau bersifat lahiriah. Pengajaran yang merupakan perpaduan dari unsur-unsurnya yang tampak dan unsur-unsurnya yang tak tampak, digeneralisasi sebagai sesuatu yang tampak saja.Â
Padahal jiwa atau roh pengajaran yang sesungguhnya justru tidak tampak, lebih penting atau dominan dibandingkan dengan yang tampak. Tampilan-tampilan pengajaran yang tampak sesungguhnya hanyalah gejala-gejala saja dari adanya jiwa pengajaran.
Oleh karena itu, pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran, tidak menaruh perhatian terhadap tampilan-tampilan pengejaran yang tampak. Tampilan pengajaranyang tampak, bisa berbeda-beda wujudnya, karena ia hanya sekedar pengkongkritan pengajaran yang sebenarnya tidak tampak tadi. Demikian juga, jika pelaku pengajaran tersebut (gurunya) berbeda, tampilan pengajarannya boleh berbeda.
Pengkonkritan terhadap jiwa atau roh pengajaran bukanlah harga mati, yang hanya bisa dimunculkan dalam satu macam tampilan. Ia bisa dimunculkan dalam berwarna-warni tampilan. Ia secara dinamis, dapat dikembangkan dan ditampilkan sesuai dengan visi, kreativitas, dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pelakunya (guru).Â
Supervisor guru haruslah dapat memberikan penghargaan atas kelebihan yang dimiliki oleh guru dalam pengajaran. Supervisor guru pun harus menyadari bahwa tidak terdapat satu cara pun yang mutlak bersifat universal untuk menilai baik atau tidaknya pengajaran. Apalagi pengajaran tersebut dapat dilihat dan ditempatkan dalam berbagai macam konteks.
Dari sini, sebenarnya sekaligus dapat dipertanyakan soal-soal seperti: mengapa diperlukan ketrampilan menjelaskan, ketrampilan bertanya, ketrampilan memberikan penguat, dan ketrampilan-ketrampilan lain sebagaimana dalam pengajaran micro.Â
Sebab, tidak semua persoalan dalam pengajaran itu mesti dijelaskan, terutama yang sudah jelas. Bahkan sesuatu yang tidak jelaspun, tidak mesti harus dijelaskan. Jelaslah bahwa suatu pengajaran tidak boleh dinilai dengan menggunakan kerangka pengajaran yang lain, yang berbeda konteksnya, dan yang berbeda pelakunya.Â
Antara pengajar satu dengan yang lain tidak dapat dibanding-bandingkan. Masing-masing guru mempunyai kelebihan-kelebihan sendiri, dan kekurangan-kekurangannya sendiri dalam melaksanakan pengajaran. Masing-masing guru punya cara terbaik dalam menampilkan pengajaran.
Kesalahan Urus
Kesalahan urus pendekatan ilmiah dalam supervise pengajaran dapat dilihat dari terbatasnya urusan-urusan pengajaran pada hal-hal yang berada di luar kelas, yang sedikit ataupun banyak, mempunyai kadar intervensi terhadap pengajaran yang sedang berlangsung, oleh pendekatan ilmiah hanya dipandang dengan sebelah mata.Â
Kelas sebagai bagian dari sekolah dalam secara keseluruhan, dalam sudut pandang pendekatan ilmiah seolah-olah dianggap terisolasi:tidak terpengaruh sama seklai oleh kehidupan sekolah.
Dalam realitasnya, kelas yang di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang mempunyai latar kehidupan yang berbeda-beda dan kemungkinan senantiasa berubah, dalam pendekatan ilmiah dipandang sebagai sesuatu yang biasa saja, dan tidak terpengaruh oleh jalannya pengajran.Â