Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Human Formation, Melalui Formasi Asrama

8 September 2022   16:10 Diperbarui: 15 September 2022   10:30 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga kebersihan lingkungan asrama (Dokumen Pribadi)

Salah satu elemen kunci dalam formasi asrama adalah human formation atau formasi kemanusiaan.

Aspek kemanusiaan adalah aspek formasio yang berkaitan dengan kemanusiaan seseorang baik psiko (kejiwaan) maupun soma (fisik).

Pada hakekatnya ada banyak bidang yang berkaitan dengan aspek ini, namun dalam ulasan kali ini kita melihat setidaknya ada 6 bidang, yaitu:

1. Kesehatan fisik dan kemampuan untuk bekerja

Seorang penghuni asrama tidak perlu harus menjadi binaragawan atau atlet, tetapi harus memiliki kesehatan yang cukup. Hal ini bisa dilakukan dengan olahraga secara teratur dan menjaga kebersihan diri serta kebersihan lingkungan.

Selain itu, melakukan pekerjaan tangan menjadi bagian dari formasi asrama karena hal ini memiliki nilai formatif yang besar. Mereka dilatih untuk melakukan pekerjaannya dan menyesuaikan diri dengan kesulitan hidup yang biasa.

Membiasakan anak-anak untuk melakukan hal sederhana seperti menyapu, mengepel, membersihkan halaman, akan memupuk semangat kemandirian dalam diri mereka.

2. Keseimbangan emosional

Aspek ini sangat penting. Keseimbangan emosional mengandaikan bahwa kita memiliki citra diri yang positif, tidak sombong dan dapat mengatasi pasang surut kehidupan dengan hati yang tenang. Keseimbangan emosional tidak berarti menjadi tidak berperasaan.

Ini berarti bahwa kita memupuk apa yang disebut emosi positif berupa optimisme, kegembiraan, keberanian, rasa humor dan belajar menangani apa yang disebut emosi dan energi "negatif" terutama kemarahan, ketakutan, kecemburuan, depresi, dan ketertarikan seksual yang tidak normal.

Kasus kekerasan yang terjadi di asrama, merupakan contoh nyata tidak ada keseimbangan emosional dalam diri seseorang.

Menjaga kebersihan lingkungan asrama (Dokumen Pribadi)
Menjaga kebersihan lingkungan asrama (Dokumen Pribadi)

3. Menjalin relasi kemanusiaan yang baik

Sebagian besar kenangan indah kita terkait dengan orang-orang dalam hidup kita, demikian juga sebagian besar pengalaman sulit kita berasal dari hubungan kita dengan sesama kita di masa lalu dan masa kini. Hubungan atau relasi kita dengan orang lain itu sangat penting.

Ada banyak cara untuk meningkatkan hubungan baik di antara anggota komunitas asrama, antara lain saling membantu dalam berbagai kesulitan.

Sebagai sebuah keluarga besar atau komunitas yang tinggal bersama, hendaknya diupayakan agar setiap anggota memiliki relasi persaudaraan yang baik dan penuh kasih terhadap sesamanya.

4. Integrasi Psiko-seksual

Dalam pemahaman banyak orang seksualitas hanya berkaitan dengan alat kelamin, berkaitan dengan nafsu birahi dan ketertarikan antar manusia baik heteroseksual, homoseksual araupun bi-seksual.

Berbicara tentang seks masih dianggap tabu. Namun sebenarnya seksualitas lebih jauh dari itu, seksualitas berkaitan dengan energi yang menjadikan kita manusia yang hangat, energik, penuh perhatian, kreatif dan berhati lembut.

Hanya ketika energi itu disalahgunakan, itu bisa sangat merusak. Kekuatan ini tidak boleh disangkal atau dihindari. Itu perlu diterima dengan rasa syukur sebagai salah satu anugerah terindah dari Tuhan.

Kita tidak boleh membenci atau sebaliknya menyembah seksualitas. Kita harus menerima sifat seksual kita dengan penuh syukur, dan berusaha untuk mengintegrasikannya dengan sisa hidup dengan jujur, rendah hati dan di bawah bimbingan yang bijaksana.

Anak-anak yang tinggal di asrama juga perlu dibina untuk memiliki kematangan psiko seksual. Demikian pula dengan para pendamping atau pembina asrama.

Beberapa kasus yang terjadi akhir-akhir ini menjadi bukti bahwa kurang adanya integrasi psiko seksual yang ada dalam diri penghuni komunitas asrama.

Anak asrama sedang olahraga bersama (Dokumen Pribadi)
Anak asrama sedang olahraga bersama (Dokumen Pribadi)

5. Penggunaan Kebebasan yang Bertanggung Jawab

Kehidupan berasarama terkenal dengan kedisiplinan. Hal ini hendaknya memiliki tujuan akhir agar anak-anak memiliki rasa tanggung jawab.

Namun para pembina atau pendamping asrama diharapkan untuk tidak terlalu keras dan mengontrol semua hal sampai sekecil-kecilnya.

Mereka memang akan kelihatan sangat bertanggungjawab, tetrapi bisa jadi itu bukan tanggung jawab yang asli, melainkan lebih pada rasa ketakutan. Begitu mereka bebas, mereka akan cenderung melakukan semua hal yang dilarang untuk mereka lakukan.

Sebaliknya jika terlalu lunak terhadap aturan, mereka mungkin menjadi malas dan santai, belajar dengan buruk dan menjadi tidak profesional. Maka penting menjaga keseimbangan di antara keduanya.

6. Kontak dengan Realitas

Salah satu aspek formasi kemanusiaan yang sangat penting adalah kontak dengan realitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kontak dengan realitas anak-anak dibangtu untuk lebih mengahargai setiap hal baik yang diterimanya.

Mereka pun harus disadarkan bahwa kehidupan mereka yang layak di asrama, merupakan hasil kerja keras dari banyak pihak, entah itu orangtua maupun para donatur.

Ada kecenderungan beberapa anak trtentu yang merasa tidak memiliki beban dalam tanggungan hidup karena semua fasilitas atau kebutuhan dipenuhi.

Mentalitas ini akan membuat mereka tidak bertanggung jawab. Mereka tidak akan tumbuh dengan baik karena mereka kehilangan kontak dengan realitas dan menjadi tidak bertanggung jawab dan bahkan menuntut dengan tidak masuk akal.

Di sinilah kebutuhan akan eksposur yang memadai ke "kehidupan nyata" selama formasi di asrama. Kontak dengan sesama yang membutuhkan akan menumbuhkan sikap empati, kesadaran dan belas kasih terutama bagi kaum miskin dan terpinggirkan dan nati berimplikasi dalam hidup mereka di tengah masyarakat.

Anak asrama sedang melakukan kontak sosial dengan lingkungan sekitar (Dokumen Pribadi)
Anak asrama sedang melakukan kontak sosial dengan lingkungan sekitar (Dokumen Pribadi)

Kontak dengan realitas juga berarti berhubungan dengan orang-orang yang berbeda latar belakang baik agama, bahasa, tempat, atau suku.

Ketika orang muda tumbuh di antara dan dengan orang lain yang berbeda dari mereka, mereka cenderung mengembangkan pikiran yang lebih terbuka, dan tidak terlalu fanatik dan takut pada orang lain ketika mereka besar nanti.

Inspirasi: Pertemuan formator bersama Yanto Ndona

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun