Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Sebab dan Akibat Aborsi, Serta Cara Menanggulanginya

5 September 2022   20:14 Diperbarui: 5 September 2022   20:14 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tahunnya, tidak kurang dari 56 juta kasus aborsi di seluruh dunia. Secara khusus di negara kita, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2021, tingkat aborsi mencapai 228 per 100 ribu angka kelahiran hidup. Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, aborsi di Indonesia tidak diizinkan. Namun demikian, kasus ini masih terus terjadi hingga saat ini.

Sebab-sebab Terjadinya Aborsi 

Pertama: Aborsi karena Indikasi Medis

Aborsi dalam hal ini didorong oleh suatu kondisi tertentu yang benar-benar mengharuskan suatu tindakan medis tertentu, sebab bila tidak maka ibu dan atau janinnya terancam bahaya maut. Artinya kelangsungan kehamilan akan menyebabkan kerusakan serius pada kesehatan ibu yang tidak bisa dipulihkan dengan cara lain atau bahkan bisa menyebakan kematian ibu. Misalnya kanker atau tumor rahim pada ibu yang sedang hamil.

Kedua: Aborsi karena Kegagalan Alat-alat Kontrasepsi

Alat-alat kontrasepsi diadakan untuk pasangan suami istri agar dapat mengatur kelahiran anak dengan cara mencegah terjadinya pembuahan atau kehamilan demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Karena itu para akseptor kontrasepsi berpersepsi bahwa dengan tersedianya alat-alat kontrasepsi yang terjangkau bagi semua orang, maka masalah aborsi dan kehamilan remaja akan teratasi secara drastis dan berkurang. Namun dalam kenyataannya penggunaan alat-alat kontrasepsi ini seringkali mengalami kegagalan baik di kalangan ibu yang bersuami maupun di kalangan para remaja. Kegagalan alat-alat kontrasepsi ini terjadi karena kualitasnya yang kurang baik dan juga penggunaannya yang kurang tepat. Kegagalan alat-alat kontrasepsi ini merupakan salah satu sebab terjadinya kehamilan yang yang tidak diinginkan sehingga berujung pada tindakan aborsi.

Ketiga: Aborsi karena Diagnosa Pre-natal

Diagnosa Pre-natal adalah diagnosa janin ketika masih ada dalam kandungan untuk mengetahui secara dini keadaan bayi entahkah sehat atau memiliki kelainan dan penyakit janin yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam rahim. Namun diagnosa prenatal ini tidal selalu menggembirakan orangtua bila bayi mereka ketahuan cacat, mengalami kelainan atau penyakit genetis, atau juga karena jenis kelaminnya tidak sesuai dengan yang diharapkan orangtuanya, maka test prenatal ini bisa berujung pada tindakan aborsi.

Keempat: Aborsi-Hamil karena Perkosaan

Perkosaan memang kejadian yang amat traumaatis bagi perempuan yang menjadi korban. Banyak korban membutuhkan waktu lama untuk mangatasi pengalaman traumatis ini, bahkan ada yang sulit untuk kembali pada keadaanya sebelumnya. Jika perkosaan itu mengakibatkan kehamilan maka pengalaman traumatis itupun lebih parah. Karena itulah ada yang terpaksa melakukan aborsi.

Kelima: Alasan Psikologis

Kita menyadari bahwa wanita yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan terserang rasa panik dan takut akan adanya bayi yang baru terbentuk dalam rahimnya. Wanita tersebut merasa ditolak, bingung, takut, tersisih dan tak mampu menangani masalahnya sendiri. Dalam kebingungannya itu ia tak mampu berpikir secara rasional dan mengambil tindakan tanpa didasarkan pada pertimbangan yang matang. Dalam kesulitan seperti itu dia berpikir bahwa aborsi merupakan satu-satunya solusi yang memecahkan problem yang dialami. Aborsi seperti itu biasanya dilakukan oleh gadis-gadis atau wanita-wanita yang menjadi korban inces atau perkosaan, wanita yang miskin atau tersingkir dan mahasiswi yang belum menyelesaikan sekolah atau kuliahnya.

Akibat Aborsi 

Aborsi sebagai suatu tindakan pembunuhan dan penyangkalan kodrat keibuan seorang wanita hamil dengan cara kejam/pembunuhan terhadap buah kandungannya tentu saja meninggalkan bekas, baik sebagai pengalaman yang tak pernah terlupakan dalam hidup, beban psikologis oleh rasa sesal dan rasa bersalah yang terus menerus menghantui nurani pelaku maupun juga beban sosial tidak diterima oleh masyarakat sosial. Di samping itu secara medis tindakan aborsi seringkali menyebabkan kesehatan perempuan pasca aborsi terganggu seperti pendarahan yang berkepanjangan, tidak dapat namil kembali, dst.

Namun kita harus sadari bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi psikologik seorang perempuan pasca-aborsi sangat tergantung pada keadaan lingkungan sosial di sekitarnya. Reaksi pasca-aborsi perempuan di Amerika Serikat atau negara-negara Eropa lain yang melegalkan aborsi tentu akan sangat berbeda dengan reaksi perempuan pelaku aborsi di Indonesia yang melarang keras aborsi. Berikut ini adalah beberapa dampak dari tindakan aborsi:

Pertama: Dampak Psikosomatis 

Pada umumnya perempuan yang pernah melakukan aborsi selalu mengalami gangguan psikologis, mental rohani dan resiko jasmani. Depresi, gangguan kejiwaan dan kematian sang ibu tak jarang menjadi akhir sebuah upaya aborsi. Tekanan psikologis ini dipicu oleh karena aborsi itu dilakukan secara terpaksa karena kehadiran buah kandungan tidak diterima oleh pihak-pihak tertentu dan terutama lingkungan sosial. Pada titik ini seorang perempuan mengalami suatu dilema etis menerima paksaan itu dengan konsekuensi bahwa bayi itu akan diaborsi atau mengorbankan kehidupannya sendiri.

Secara fisik, aborsi juga menimbulkan sejumlah cacat tubuh seperti pendarahan berkepanjangan, sobeknya leher rahim, infeksi pada kandungan, usus maupun kantong kemih. Juga mendatangkan penyakit-penyakit yang tak terduga sebelumnya seperti anemia, radang selaput perut, radang urat darah maupun radang panggul yang berkaitan dengan terjadinya kemandulan. Singkatnya, begitu banyak perempuan pelaku aborsi yang pernah mengalami masalah serius tersebut, kini berada dalam penyesalan dan rasa berdosa yang tak dapat dimaafkannya sendiri.

Kedua: Krisis Moral 

Persoalan aborsi merupakan persoalan etis yang mengundang perhatian para moralis. Kaum beragama mendasarkan pandangan mereka pada nilai hidup manusia sebagai pemberian istimewa dari Tuhan. Karena itu kehidupan itu sendiri harus dipelihara secara bertanggungjawab oleh manusia itu sendiri. Manusia tidak berhak untuk menentukan hidup atau matinya hidup manusiawi. Di pihak lain perempuan berhak dan harus melindungi diri dari eksploitasi orang lain termasuk suaminya agar tidak menuntunnya kepada praktek aborsi. sebab aborsi baik oleh para medis, dukun, legal maupun illegal akan tetap menyakitkan bagi perempuan secara fisik maupun mental. Aborsi sebagai tindakan kekerasan mengakibatkan krisis moral terbesar pada abad ini.

Ketiga: Kemusnahan Generasi 

Aborsi sebagai tindakan pembunuhan terhadap manusia, maka dalam dirinya sendiri aborsi merupakan penghapusan nilai-nilai kemanusiaan universal. Dalam arti ini terkandung gagasan pemusnahan terhadap suatu generasi.

Keempat: Situasi Sosial Kemasyarakatan 

Aborsi yang tidak diterima oleh masyarakat dapat menimbulkan reaksi masyarakat dalam bentuk-bentuk yang paling halus sampai yang paling radikal. Bentuk yang paling halus dapat berupa ejekan, dan yang paling adikuat berupa pengucilan dari kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini aborsi dapat merenggangkan hubungan sosial kemasyarakatan.

Cara Mengatasi Maraknya Tindakan Aborsi

Pada dasarnya tindakan aborsi merupakan suatu kejahatan yang paling keji terhadap hidup manusia yang lemah dan tak berdaya. Lalu apa solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi dan membendung maraknya tindakan aborsi? Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh untuk membendung maraknya tindakan aborsi:

Pertama: Pendidikan Seksualitas 

Urgensitas dari pendidikan seksualitas bagi masyarakat menampakan tujuannya yang amat penting bagi pembangunan moral bangsa umumnya dan prilaku seksual khususnya. Tujuan dari pendidikan seksualitas bagi masyarakat antara lain:

  • Untuk pemahaman yang tepat. Melalui pendidikan tepat dan benar tentang seksualitas manusia memberikan pengaruh akan makna dan fungsi seksualitas dalam hidup manusia.
  • Untuk pengambilan sikap yang wajar. Seksualitas adalah cara pernyataan relasi pribadi karena manusia dari kodratnya merupakan kesatuan yang berbeda dan terarah kepada kesatuan yang sama. Oleh karena itu pemahaman yang tepat akan seksualitas dapat membimbing tingkah laku seseorang bagaimana dia harus berelasi dengan sesamanya baik sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Di samping itu,orang juga dapat menerima, menyambut secara positif dan menghormati seksualitasnya sendiri, dan dengan demikian ia dapat menghargai seksualitas orang lain.

Kedua: Pendidikan Moral Masyarakat Tentang Martabat Pribadi Manusia 

Kejahatan aborsi bukan hanya menyangkut pelakunya melainkan lebih menunjukkan pada rendahnya kesadaran moral masyarakat. Tindakan aborsi menunjukkan kurangnya penghormatan masyarakat terhadap martabat kehidupan dalam kandungan. Janin dalam rahim dilihat sebagai sesuatu yang mengganggu dan seakan tidak mempunyai martabat sehingga dengan mudah dihancurkan.

Di sinilah pendidikan moral bagi masyarakat sangat penting untuk memahami bahwa janin dalam rahim seorang wanita hamil bukan kumpulan daging yang tidak berarti tetapi merupakan sosok seorang pribadi manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

Ketiga: Pentingnya pendidikan Etika Bagi Para Pelayan Kesehatan dan para Dukun Beranak 

Etika medis bermaksud untuk mengatur sikap manusia terutama tenaga medis agar dapat memelihara dan melaksanakan nilai-nilai utama kehidupan. Tenaga medis dalam menjalankan profesionalitasnya harus berlandaskan pada prinsip hormat kepada martabat kehidupan dan terutama martabat kehidupan janin dalam rahim. Ini merupakan tugas mulia dari profesi medis. Profesi medis bukan hanya kegiatan tehnis melainkan sebagai dedikasi dan cinta kasih terhadap sesama. Profesi itu memanggil para medis untuk menjadi penjaga dan abdi kehidupan manusiawi.

Hormat terhadap martabat kehidupan merupakan tuntutan kepada dunia universal kepada setiap orang di mana saja. Setiap orang mempunyai harkat dan martabat yang sama tanpa membeda-bedakan lataar belakang budaya, warna kulit, agama, dll. Karena itu tak seorang pun melecehkan kehidupan sesamanya apapun alasannya apalagi terhadap manusia yang lemah dan tak berdaya. Janin dalam rahim merupakan seorang manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang sama seperti manusia lainnya yang sudah lahir. Maka aborsi adalah tindakan perendahan martabat manusia. Aborsi adalah tindakan penghancuran dan pengakhiran kehidupan seorang manusia dalam kandungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun