Agresi ini berbahaya bagi manusia yang diserang dan sekaligus penyerang. Agresi ini juga merupakan suatu daya manusiawi yang justru berakar dalam kondisi-kondisi eksistensial manusia itu sendiri.
Kedua: Agresi DestruktifÂ
Agresi destruktif dapat dikategorikan dalam tiga hal yakni agresi reaktif, agresi destruktif-sadistis, dan nekrofilia.
Pertama, agresi reaktif. Agresi ini berkaitan dengan masalah-masalah psikologis seperti masalah ketergantungan pada idola-idolanya, kurangnya sikap kritis dan sifat mudah disugesti.Â
Persoalan ini terjadi karena tidak adanya perkembangan psikis yang lengkap dari manusia. Namun hal itu dilihat sebagai akibat dari struktur dalam masyarakat yang mendasarkan diri pada eksploitasi dan kekuatan.Â
Di sisi lain, struktur itu dibutuhkan secara mutlak karena daya-daya produktif yang belum dikembangkan. Manusia berada dalam suatu situasi "tahanan" yang membelenggu. Agresi reaktif muncul sebagai suatu keadaan tanggap terhadap situasi keterbelengguan itu.
Kedua, agresi destruktif-sadistis. Agresivitas ini merupakan kekhasan manusia sebagai akibat terjadinya konflik antara kelemahannya sebagai binatang dan makhluk akal budi yang berakibat lanjut pada munculnya perasaan ketakberdayaannya. Situasi batas ini justru ingin dilampauinya dengan berbagai sikap yang kejam dan sadis.
Ketiga, sifat destruksi yang nekrofil. Istilah "necrophiliac" pada umumnya digunakan untuk menyebut perversi minat seksual seorang laki-laki terhadap mayat wanita. Di sini arti nekrofil adalah rasa tertarik pada segala yang mati, yang hancur, yang sakit dan hanya bersifat mekanis.
Masyarakat Bebas Agresivitas: Sosialisme HumanistisÂ
Fromm adalah seorang pemikir yang memiliki kepedulian terhadap kehidupan manusia. Ia memberikan perhatian yang besar terhadap semua problem yang dialami manusia dalam bermasyarakat. Kebebasan merupakan patokan utama yang dijadikannya sebagai landasan dalam bermasyarakat.
Masyarakat harus bebas dari tekanan, ketidaknyamanan dan pelbagai faktor yang tidak dikehendakinya. Masyarakat Bebas Agresivitas merupakan label yang ingin dikenakan Fromm dalam sebuah masyarakat.
Masyarakat bebas agresivitas merupakan sebuah situasi yang tidak bisa dihadirkan secara mutlak dalam masyarakat. Kendati demikian, hal ini bukan berarti bahwa diskursus utopis ini sebagai sebuah kesia-siaan.Â
Kualitas kehidupan yang lebih baik diperoleh bukan dengan selalu mempertahankan sebuah kondisi kehidupan, melainkan dengan berjuang merealisasikan sebuah kondisi kehidupan yang lebih baik dalam kerangka terwujudnya masyarakat bebas agresivitas. Kualitas kehidupan yang lebih baik akan dilahirkan dari perjuangan untuk mewujudkan situasi masyarakat yang bebas.