Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Garuda di Dinding Rumahku

1 Juni 2022   18:18 Diperbarui: 1 Juni 2022   18:32 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutatap Garuda yang terpajang di dinding rumahku
Ku mendekat, lalu mendekat lagi
Makin mendekat, makin terlihat dengan jelas
banyak debu yang menempel
Warnanya yang dulu kuning keemasan, nampak mulai tidak cerah lagi

Pemandangan yang membuat saya tiba-tiba berpikir tentang nasionalisme
Kuambil Garudaku, kukebas debunya dan kubersihkan
Aku lalu bergumam;
Rupanya banyak hal
yang bisa membuat warna Garudaku berubah dan kotor.
Apakah debu ini sebagai tanda
bahwa ada yang mulai mencoba mematahkan sayap Garudaku?
Mungkinkah buramnya warna Garudaku menjadi tanda
runtuhnya moral bangsa ini yang mulai meniadakan rasa
bahwa kita ini satu tanah dan satu bangsa yaitu Indonesia,
walau berbeda suku, agama, ras dan golongan?

Apakah warna bintang yang mulai pudar
menjadi simbol redupnya semangat beriman kaum beragama
yang tidak hidup sesuai ajaran-Nya?
Mungkinkah mata rantai yang kini berdebu menjadi ungkapan kendornya rantai kemanusiaan yang adil dan beradab?
Apakah buramnya gambar pohon beringin mengungkapkan gersangnya semangat persatuan
akibat egoisme dan ambisi ingin berkuasa?
Mungkinkah banteng yang mulai berdebu,
menjadi tanda terkikisnya semangat demokrasi?
Apakah padi dan kapas yang mulai kotor,
menjadi tanda bahwa keadilan sosial masih sering dinodai?

Ah tidak...
Ini salahku sendiri karena tidak pernah membersihkan Garudaku

Indonesia lahir dari proses asimilasi yang panjang
dan penuh perjuangan
hingga menjadi sebuah komunal yang disebut sebagai bangsa.

Kawan, jangan pesimis
Di tengah riuh busuk cacat bangsa ini
masih ada keping-keping harapan
untuk mengembalikan keutuhan dan kecemerlangan warnanya.
Asal saja dosa-dosa politik dibersihkan,
noda-noda fitnah agama dihilangkan,
ego-ego pikiran dan perilaku busuk dilunturkan,
Garuda akan kembali cemerlang

Selamat Hari Lahir Pancasila 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun