Nilai-nilai dalam pancasila sebelum dirumuskan secara eksplisit sebagai nilai-nilai hakiki dalam zaman pergerakan nasional, pada awalnya merupakan warisan budaya yang secara implisit berakar dan bersumber dalam kultur masyarakat sebagai nilai-nilai yang tersebar di kepulauan nusantara. Nilai-nilai luhur tersebut dapat menjadikan masyarakat Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang kuat.
Nilai-nilai pancasila luhur ini merambah dalam setiap ranah berpikir dan bertindak masyarakat Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan. Hal ini tak terkecuali dalam dunia pendidikan, khususnya dalam diri siswa sebagai insan yang selalu berfalsafah.Â
Pancasila sebagai suatu falsafah akan membawa setiap siswa untuk senantiasa membuka diri dalam transformasi zaman yang kian bekembang. Pancasila hendaknya terus dijadikan sebagai pemikiran filsafati yang membersit makna yang mendalam. Dengan kata lain, agar karakter yang baik dapat terbentuk, maka nilai-nilai pancasila hendaknya selalu ditanam dalam diri siswa.
Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah
Pancasila lahir dari suatu kesepakatan bersama untuk hidup dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila dipandang sebagai definiag characteristics yang memberi arah hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila telah diakui bersama sebagai falsafah bangsa ini. Artinya, Pancasila berfungsi untuk mengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran.
Peran pancasila sebagai pengatur tingkah laku pribadi ini dapat diimplikasikan dalam penguatan pendidikan karakter di sekolah. Penerapan pendidikan karakter di sekolah perlu diintegrasikan dengan nilai-nilai lokal dan filsafat Pancasila. Namun hal ini diharapkan tidak hanya berada dalam tataran wacana untuk pengenalan nilai dan norma, melainkan juga sampai pada tingkat internalisasi dalam aplikasi kehidupan sehari-hari (Amir, 2013).
Pendidikan karakter harus dipahami sebagai suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen-komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.Â
Pemerintah saat ini sudah berupaya mewujudkan itu dengan program Profil Pelajar Pancasila. Hapannya agar, pendidikan di sekolah-sekolah tidak hanya menghasilkan (output) insan yang cerdas, melainkan juga memiliki pribadi yang berkarakter baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak boleh dipahami secara sempit diiplementasikan hanya pada mata pelajaran tertentu, melainkan menjadi bagian penting dari seluruh aspek kehidupan di sekolah.Â
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilakukan melalui empat cara, yaitu: (1) pembelajaran (teaching), (2) keteladanan (modeling), (3) penguatan (reinforcing), dan (4) pembiasaan (habituating).Â
Revitalisasi Pendidikan KarakterÂ
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan dapat menjadi media untuk bertubuh kembangnya karakter siswa. Namun kenyataan membuktikan bahwa tujuan pendidikan karakter belum mencapai hasil yang memuaskan. Kenyataan ini menggugah kita untuk mengadakan revitalisasi pendidikan karakter di sekolah. Abuddin Nata (2012) menawarkan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam revitalisasi pendidikan, yakni:
1. Menerapkan Model Pembelajaran yang Holistik dan Berbasis Karakter
Pendidikan holistik merupakan pendidikan yang berupaya mengembangkan manusia secara utuh, yang meliputi seluruh aspek pengembangan intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika dan spiritual (Millir, 2005:2). Melalui penerapan model ini diharapkan dapat membentuk para siswa untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi dengan baik secara spiritual, intelektual, sosial, fisik dan emosi, yang berpikir kreatif secara mandiri, inovatif dan bertanggungjawab (Rubiyanto, 2010). Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat tercipta suasana belajar yang nyaman dan bisa menstimulasi suasana belajar peserta didik. Maka guru harus dibekali dengan pengetahuan yang luas baik secara teori maupun secara praktis.
2. Revitalisasi Pendidikan Moral, Nilai, Agama dan Kewarganegaraan
Pendidikan moral yang dipraktekan selama ini adalah mengajarkan teori kepada siswa tentang apa yang baik dan buruk, apa salah dan benar. Para siswa lebih banyak diajarkan tentang teori-teori mengenai pengertian nilai kesederhanaan, kesetiakawanan, keikhlasan, kebebasan dan kemandirian dan lain-lain. Masih banyak ditemukan pula praktek pendidikan agama yang pengajarannya berupa pemberian materi pengetahuan tentang ritual dan dogma keagamaan. Pendidikan kewarganegaraan juga lebih banyak menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan psikomotorik.
Revitalisasi pendidikan nilai dapat dilakukan dengan mengajak para siswa untuk mempraktekkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya berhenti pada teori.Â
Revitalisasi dalam pendidikan agama dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan penghayatan dan pengamalan dalam hidup sehari-hari. Para siswa tidak hanya diajarkan tentang praktek keagamaan tetapi bagaimana ia menghayati iman, harapan dan kasih kepada Tuhan dan sesama. Dalam pendidikan agama diharapkan juga menamkan nilai-nilai toleransi untuk menghormati agama lain. Sedangkan revitalisasi pendidikan kewarganegaraan dapat dilakukan dengan lebih menekankan pengamalan pancasila dalam hidup sehari-hari, daripada sebatas pelajaran tentang pancasila.
3. Revitalisasi Pendidikan dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Berhasil tidaknya pendidikan karakter merupakan tanggungjawab bersama, baik itu keluarga, sekolah maupun masyarakat. Karena itu revitalisasi pendidikan karakter menekankan hubungan kemitraan dari semua pihak tersenbut. Keluarga merupakan benteng pertama, tempat bertumbuhnya pendidikan karakter. Orang tua tidak hanya menitipkan pendidikan karakter pada pihak sekolah. Hal yang bisa dilakukan oleh orang tua dan keluarga adalam memberikan teladan hidup yang baik kepada anak-anak. Â
Revitalisasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan cara memberikan teladan yang baik bagi para siswa. Kepala sekolah dan para guru tidak hanya mengajarkan nilai-nilai budaya seperti jujur, tertib, disiplin, gotongroyong, dan lain-lain, tetapi leih dari itu harus mempraktekannya dalam hidup sehari. Sementara itu revitalisasi peran masyarakat dalam mendukung program pendidikan karakter antara lain dapat dilakukan dengan cara mewujudkan lingkungan yang nyaman, bersih, toleran dan rukun.
4. Revitalisasi Peran Media Masa
Media masa mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Apa yang ditayangkan, disiarkan atau ditulis dalam media akan turut mempengaruhi pengembangan karakter peserta didik baik. Hal ini bisa memiliki dampak positif tetapi juga dapat berdampak negatif. Dampak negatif inilah yang perlu dihindari.
Revitalisasi media masa, antara lain dapat dilakukan dengan cara tidak menayangkan sesuatu yang berdampak pada kerusakan karakter, melainkan memperbanyak tayangan yang bersifat edukatif, menghilangkan berita-berita bohong (hoax) yang dapat menyesatkan, menghapus konten-konten yang tidak mendidik, dan lain-lain.
Kita semua diajak untuk terus berjuang melakukan revitalisasi, reinovasi, rekonstruksi, dan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Filsafat pancasila hendaknya dijadikan sebagai landasan dasar dalam pendidikan nasional.Â
Nilai-nilai pancasila diharapkan tidak hanya diajarkan sebagai teori untuk dihafal, melainkan untuk diterapkan dalam hidup sehari-hari. Pendidikan karakter bukanlah suatu mata pelajaran yang harus dipelajari melainkan harus dihidupi.Â
Supaya cita-cita besar ini dapat terwujud dengan baik, maka membutuhkan kerjasama dari semua pihak, yaitu orangtua, guru, masyarakat, dan pemerintah.
Selamat Hari Lahir Pancasila 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI