Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hal-hal Ini Dapat Dilakukan untuk Meningkatkan Literasi Peserta Didik

21 Mei 2022   09:32 Diperbarui: 7 September 2022   07:29 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedang santai membaca buku (Dokumentasi pribadi)

Pada tulisan kali ini, saya ingin sharing pengalaman saya menjadi seorang formator (pendamping) di sebuah lembaga pendidikan non-formal, dalam kaitan dengan penggunaan perpustakaan sebagai media literasi bagi para formandi (peserta didik). 

Pada penjelasan selanjutnya saya akan menggunakan kata "formandi" sebagai istilah yang digunakan di lembaga ini. 

Istilah ini dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai peserta didik, siswa, murid atau istilah sejenisnya. 

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, maka para formandi juga diasah untuk memiliki kemampuan berliterasi. 

Dalam hal ini saya terinspirasi dengan pendapat Elizabeth Sulzby, seorang profesor pendidikan di University of Michigan yang terkenal karena karya perintisnya dalam literasi emergent. 

Sulzby mendefinisikan literasi sebagai kemampuan berbahasa yang dimiliki seseorang dalam berkomunikasi "membaca, berbicara, menyimak dan menulis". 

Empat hal inilah yang ingin saya terapkan dalam mengembangkan budaya literasi bagi para formandi dengan memanfaatkan perpustakaan yang ada (sekalipun perpustakaannya sangat sederhana). 

Berikut ini beberapa hal yang telah dipraktikkan untuk membentuk budaya literasi tersebut:

1. Jam baca

Di antara banyak jadwal yang ada dalam acara harian, ada waktu khusus yang dijadwalkan sebagai jam baca. 

Pada jam baca yang berdurasi 1,5 jam tiap harinya, para formandi diwajibkan untuk membaca di perpustakaan dan tidak boleh mengerjakan tugas lainnya selain membaca. 

Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa konsentrasi dalam membaca dan mendapatkan banyak pengetahuan dari sumber bacaan tersebut. Tentunya membaca di perpustakaan ini diwajibkan untuk hening. Di luar jam baca tersebut, mereka bisa memilih waktu pribadi untuk menambah jam baca mereka. 

Adanya jam baca wajib merupakan proses untuk membentuk kedisiplinan dalam membaca dan menyadarkan mereka akan pentingnya membaca. 

Sedangkan untuk jam baca pribadi, kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk menjadikan hal itu sebagai kebiasaan yang dilakukan atas dasar kesadaran pribadi karena kebutuhan bukan atas dasar desakan dari pihak luar.

Kegiatan membaca (Dokumentasi pribadi)
Kegiatan membaca (Dokumentasi pribadi)

2. Meringkas buku bacaan

Pada setiap 3 bulan, seorang formandi diwajibkan minimal meringkas 5 buku yang sudah dibacanya. Membaca dan meringkas buku-buku tersebut dilakukan di luar jam baca yang hanya dikhususkan untuk membaca. 

Setiap formandi harus meringkas buku yang berbeda dengan temannya. Setiap buku yang ingin diringkas, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari formator. Ringkasan buku tersebut ditulis dengan menggunakan tulisan tangan dan dikumpulkan satu minggu sebelum ujian mid-semester. 

Dengan meringkas buku, diharapkan seseorang bisa lebih memahami apa yang pernah dibaca. Mereka pun bisa terlatih untuk membuat ringkasan yang baik dan benar.

Meringkas buku yang sudah dibaca (Dokumentasi pribabadi)
Meringkas buku yang sudah dibaca (Dokumentasi pribabadi)

Dari lima buku yang telah diringkas menggunakan tulisan tangan tersebut, salah satunya dipilih untuk diketik dan dipublikasikan di blog dalam bentuk resensi. 

Link tulisan tersebut dibagikan pada semua formandi melalui grup FB, sehingga semua teman bisa membaca. 

Semua teman diharapkan dapat membaca tulisan teman lainnya, karena inti tulisan ini pun akan ditanyakan dalam ujian sebagai soal terbuka (bonus). 

Dengan membuat resensi, dapat membantu para formandi melihat pesan-pesan bermakna dalam buku dan juga melatih mereka untuk memberikan catatan kritis. 

Selanjutnya, pengumpulan tugas melalui blog sekaligus melatih para formandi dalam mengembangkan literasi digital. 

3. Menceritakan apa yang sudah dibaca

Kurang lebih 10-15 menit sebelum pelajaran dan konferensi (jam pelajaran saya), diberikan kesempatan kepada beberapa formandi untuk menyampaikan inti salah satu buku yang sudah dibaca dalam satu minggu terakhir. 

Teman-teman yang lain hanya menyimak, tanpa memberikan tanggapan terhadap apa yang telah disampaikan. Hal ini turut membantu formandi untuk latihan berbicara dan mendengarkan (menyimak).

Menceritakan kembali isi dari buku yang sudah dibaca dan membuka ruang diskusi (Dokumentasi pribadi)
Menceritakan kembali isi dari buku yang sudah dibaca dan membuka ruang diskusi (Dokumentasi pribadi)
Selain menceritakan atau sharing isi buku yang sudah dibaca saat mengawali pelajaran, ada juga jadwal khusus yang sudah ditetapkan untuk sharing secara lebih mendalam tentang isi buku yang sudah dibaca setiap formandi. 

Dengan dipandu oleh moderator, masing-masing secara bergiliran menceritakan kembali isi buku yang sudah dibaca. 

Sebelum mengakhiri sharingnya, mereka harus membuat kesimpulan dan menarik pesan atau makna yang bisa diambil dari buku tersebut untuk hidup mereka. 

Setelah salah satu formandi menyampaikan sharingnya, kemudian akan dibuka ruang diskusi bagi teman-teman lain untuk menanggapi apa yang telah disampaikan tersebut. 

Kegiatan ini dapat membantu mengembangkan keterampilan formandi dalam berbicara dan menyampaikan pendapat melalui diskusi bersama.

4. Dramatisasi isi bacaan

Selain dengan beberapa kegiatan di atas, salah satu cara untuk mengembangkan literasi para formandi adalah melalui kegiatan drama atau teater. 

Para formandi dibagi ke dalam beberapa kelompok. Mereka diminta untuk membaca sebuah novel. Novel yang sudah dibaca diringkas dan dikemas dalam bentuk teater. 

Sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, masing-masing kelompok akan mementaskan teater mereka berdasarkan isi dari novel yang sudah dibaca. 

Kegiatan tersebut dapat membantu para formandi untuk bisa mengolah sebuah tulisan menjadi drama yang bisa diperankan. 

Dalam pementasan itu sendiri ada banyak hal positif yang bisa diperoleh antara lain latihan seni berbicara, mengolah emosi, berakting, meningkatkan rasa percaya diri untuk tampil di depan umum, dan lain-lain.

Dramatisasi isi bacaan novel (Dokumentasi pribadi)
Dramatisasi isi bacaan novel (Dokumentasi pribadi)

Demikian yang bisa saya sharingkan dari pengalaman saya dalam upaya meningkatkan minat baca, dengan cara yang variatif sehingga harapannya tidak membosankan. 

Dari pengalaman selama ini, mereka kelihatan cukup antusias. Terkesan minat baca mereka semakin meningkat, dari yang awalnya hanya karena mengikuti aturan, lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan. 

Hal ini terbukti ketika di luar jam baca yang telah ditentukan atau yang sudah terjadwal, mereka pun banyak menggunakan waktu luang untuk membaca dan belajar menulis. 

Perpustakaan tidak hanya menjadi sebuah gudang buku, tetapi di sana mereka bisa mendapatkan banyak inspirasi yang bisa dikembangkan dalam berbagai macam bentuk. Harapannya semoga minat mereka dalam berliterasi semakin berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun