Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transformasi Pendidikan Berbasis CARMEL

30 April 2022   21:25 Diperbarui: 3 September 2022   08:16 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para siswa sekolah dasar (Sumber Foto: mountcarmelmohali.org)

Dunia kita saat ini seakan berada di empat persimpangan jalan. Empat persimpangan jalan ini yakni Abad 21, Revolusi Industri 4.0, Society 5.0 dan New Normal. Kita memasuki abda 21 atau era globalisasi di mana pada saat ini tidak ada lagi sekat pemisah antara daerah bahkan negara dan benua. Sejak tahun 2011 Revolusi Industri 4.0 muncul di dunia disusul Society 5.0. Bersamaan dengan itu, muncul pandemi Covid-19, yang memaksa kita untuk melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan (New Normal).

Keempat persimpangan ini kemudian mempengaruhi seluruh sektor kehidupan, termasuk di dalamanya adalah sektor pendidikan. Karena itu muncul apa yang dikenal dengan revolusi belajar abad 21. Revolusi belajar ini menekankan keseimbangan pada empat hal penting yakni skil, spiritualitas, sosial dan pengetahuan. Pendidikan di era ini diharapkan mampu menghasilkan pribadi yang memiliki kecakapan hidup atau ketrampilan inovasi, ketrampilan literasi digital dan ketrampilan hidup dan karir. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Kecakapan Abad 21 (Sumber: SlideToDoc.Com)
Kecakapan Abad 21 (Sumber: SlideToDoc.Com)

Revolusi belajar abad 21 menjadi wacana kekinian dan kemasadepanan di mana ada perubahan literasi (dari reading, writing, & aritmathic menjadi literation of data, technology, human) mendorong revolusi informasi dan digitalisasi pada semua sektor kehidupan. Maka pendidikan pada zaman ini membutuhkan apa yang disebut dengan 4C, yakni Creativity, Critical Thinking, Communication, dan Collaboration.

Adanya perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh inovasi yang mengubah sistem dan tatanan hidup yang lebih baru, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Di satu pihak kita harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi digital, namun di lain pihak aspek humanitis tidak boleh diabaikan. Di satu pihak, aspek kemampuan pengetahuan harus ditekankan supaya bisa bersaing dengan dunia global, tetapi di lain pihak aspek kepribadian tidak boleh luput dari pendidikan. Transformasi pendidikan digital, tidak boleh mengorbankan aspek penting lainnya. Maka diperlukan model pendidikan yang holistik.

Salah satu tawaran model transformasi pendidikan yang relevan pada zaman disruptif ini adalah apa yang penulis namakan sebagai pendidikan berbasis CARMEL. Istilah CARMEL ini digunakan sebagai singkatan dari kata Character, Academic, Religious, Ministry, Elaborasi, Literacy. Bagi penulis, kelima unsur ini sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan kita saat ini.

Character

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pertama-tama harus berdasarkan pada nilai-nilai karakter dasar kemanusiaan. Selanjutnya nilai-nilai itu dapat dikembangkan secara lebih luas sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan lingkungan pendidikan itu sendiri. Di zaman yang kian berkembang ini, selain memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak negatif di antaranya terjadi degradasi moral. Maka pendidikan karakter sangat dibutuhkan. Jika anak sudah memiliki karakter yang baik, maka apapun pengaruh buruk dari luar akan dihadapi dengan bijak.

Academic

Menghadapi perkembangan teknologi yang begitu pesat, sekolah hendaknya bisa mendidik setiap murid secara berkelanjutan dan berstandar tinggi untuk mengetahui, memahami, menguasai keterampilan, ilmu pengetahuan tentang kompleksitas dunia dan nilai-nilainya. Sekolah hendaknya mengembangkan metodologi pendidikan yang efektif dan mengajarkan cara berpikir dan menimbang secara kritis. Satuan pendidikan hendaknya membantu para murid untuk mengembangkan diri dan membimbingnya untuk mendapatkan pengetahuan, menghayati nilai hidup dan menemukan kebenaran.

Religious 

Pendidikan agama di sekolah hendaknya tidak hanya berhenti pada ajaran-ajaran dokmatis berupa pengetahuan keagamaan. Kini saatnya perlu ada transformasi pendidikan agama dalam sebuah konsep pendidikan religiositas. Pendidikan religiositas merupakan proses pendidikan untuk membatinkan dan menanamkan kesadaran bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan dan memiliki keterikatan (interconnectedness) dengan Allah, Sang Pencipta. Di samping itu, pendidikan religiositas juga merupakan proses untuk menimbang kembali dan membagikan pengalaman pergaulan dan pergulatan iman manusia kepada Allah. Di samping itu, pendidikan religiositas membuka peluang bagi terjalinnya sikap saling menghargai dalam keragaman seluruh keyakinan dengan tanpa menghilangkan prinsip kebenaran agama yang dianut masing-masing murid.

Kepala Sekolah bersama siswa-siswi SMP-SMA Alvarez Paga (Sumber: Pos-kupang.com
Kepala Sekolah bersama siswa-siswi SMP-SMA Alvarez Paga (Sumber: Pos-kupang.com

Ministry

Salah satu keresahan pada zaman digital ini adalah manusia sering sibuk dengan dirinya sendiri dan mengabaikan yang lainnya. Semangat pelayanan dan pengabdian kepada sesama hendaknya juga ditanamkan dalam diri siswa. Hal ini bisa dilakuakan dengan cara menciptakan kerja sama, gotong royong, dan peduli kepada sesama. Dengan demikian, siswa dapat menyadari bahwa pengetahuan atau prestasi yang mereka peroleh, tidak hanya demi kepentingan pribadi tetapi juga untuk kepentingan dan kebahagiaan banyak orang.

Elaborasi 

Elaborasi dalam pendidikan dipahami sebagai tahapan pembelajaran yang dilakukan secara tekun dan cermat. Hal prakstis yang dapat dilakukan dalam kegiatan elaborasi di sekolah misalnya melalui kegiatan membaca dan menuliskan hasil eksplorasi, mendiskusikan, mendengar pendapat, menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami pengetahuan tentang sesuatu, membuat kesepakatan berdasarkan kegiatan kooperatif dan kolaborasi dan lain-lain.

Lomba debat Siswa SMAK Monte Carmelo Maumere (Sumber Foto: Ekorantt.com)
Lomba debat Siswa SMAK Monte Carmelo Maumere (Sumber Foto: Ekorantt.com)

Literacy

Literasi dapat dipahami sebagai kegiatan membaca, menulis, berhitung, berbicara, bahkan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini ketrampiran berliterasi sangat dibutuhkan. Bahkan saat ini peserta didik diharapkan dapat menguasai literasi digital. Tujuan dari literasi adalah untuk pengembangan budi pekerti yang baik, menciptakan budaya membaca dan menulis, meningkatakan pengetahuan, memahami informasi yang dibaca, dan dapat berpikir kritis. Sekolah hendaknya mendorong para murid untuk menghimpun, mencerna, menimbang dan mengintegrasikan informasi yang diperoleh, dan membiasakan diri untuk mendidik diri sepanjang hayat (long-life education).

Selamat Hari Pendidikan Nasional Tahun 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun