Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wawancara Imajiner bersama Si Binatang Jalang

28 April 2022   07:13 Diperbarui: 3 September 2022   08:09 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku: Mantap. Berati salah satu kunci keberhasilan adalah dengan belajar dan banyak membaca. Sejak kapan bapak mulai pertama kali menulis puisi?

Maestro  : Puisi pertama saya berjudul "Nisan". Puisi ini saya tulis tahun 1942.

Aku : Ow.... Sejak 1942. Nah, selama ini ada beberapa puisi yang sangat terkenal yaitu puisi dengan judul Aku, Diponegoro, dan Kerawang-Bekasi. Ketiga puisi ini bertema perjuangan. Sejauh yang saya tahu, puisi-puisi itu kadang bernuansa romantis dan bertema percintaan. Apakah ada pusi karya bapak yang bertema tentang percintaan?

Maestro : Ada. Karena tadi kamu menyebut tiga contoh puisi saya yang bertema perjuangan , maka saya juga menyebutkan tiga contoh puisi saya yang bertema percintaan dan renungan, yakni senja di pelabuhan kecil, doa dan selamat tinggal.

Aku : Semakin menarik ni. Tapi ini pertanyaan saya terakhir. Kalau boleh tahu, bapak bisa mensharingkan bagaimana bapak menulis puisi. Setiap penyair bisa berbeda dalam menulis karya mereka. Kira-kira bagaimana pengalaman bapak dalam menulis puisi. Apakah harus baku, panjang, kata-kata menarik, atau gimana?

Maestro : Kalau saya menulis puisi biasanya tidak terlalu bertele-tele sehingga langsung pada tujuan. Boleh dikatakan ekspresionis tetapi lugas. Walaupun demikian saya menggunakan kiasan-kiasan yang tajam sehingga menimbulkan imajinasi yang kuat dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya. Kata-kata yang saya gunakan biasa-biasa saja, tetapi mampu menghidupkan imajinasi. Itu sebenarnya tujuan saya. Daripada saya menggunakan kata-kata yang rumit, malah membuat bingung sehingga orang tidak menikmati sajian kita. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa karya kita hendaknya juga lahir dari pembatinan. Karya kita akan terasa hidup jika karya itu lahir dari representasi hidup dan gejolak batin.

Aku : Terima kasih atas sharing-sharing yang sangat berharga. Semoga dengan sharing singkat ini, dapat menambah semangat bagi para penyair-penyair muda di zaman ini. Sekali lagi selamat ulang tahun pak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun