Perkembangan teknologi dan informasi begitu cepat memberikan banyak dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.Â
Salah satu dampak negatif dari perkembangan ini adalah adanya konten pornografi yang bisa begitu muda diakses oleh siapa saja dan kapan pun.Â
Sebut saja, sebagai salah satu contoh kejadian yang lagi hangat diperbincangkan beberapa hari terakhir ini; seorang anggota DPR diduga menonton video porno pada saat berlangsungnya rapat. Cukup miris, tetapi itulah kenyataan yang terjadi. Â
Lebih disayangkan lagi, jika konten porno ini terpapar pada anak-anak. Hal ini bisa saja terjadi karena sejak usia dini mereka pun sudah mulai akrab dengan media sosial. Ruang bermain anak, kini mulai beralih ke ruang maya (game online).Â
Belum lagi mereka terpaksa harus masuk ke ruang kelas online karena mengikuti pembelajan secara daring, akibat pandemi covid-19.Â
Pengaruh pornografi justru bisa terbentuk ketika anak menggunakan media sosial-internet tersebut, mulai dengan munculnya iklan-iklan yang tidak senonoh, hingga akhirnya anak menelusuri sendiri situs-situs yang negatif.Â
Ada banyak dampak negatif yang bisa dialami oleh seorang anak jika ia sudah terpapar konten pornografi.Â
Oleh karena itu, perlu ada upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak agar anak tidak terpapar konten pornografi yang bisa mempengaruhi kepribadian dan karakter anak ke hal-hal yang negatif.Â
Berikut ini, terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan agar anak tidak terpapar konten pornografi:
Pertama: Orangtua bisa mengajak anak-anak melakukan aktivitas yang positif. Agar anak tidak menjadi korban pornografi, maka anak bisa "disibukan" dengan kegiatan-kegitan yang positif misalnya belajar, atau mengikutkan anak pada les pengembangan bakat (berolahraga, nyanyi, dll).
Kedua: Anak bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Pendekatan secara keagamaan misalanya mengadakan bina iman untuk pembentukan spiritualitas dan sikap ketakwaan (McTavish, 2020).
Ketiga: Optimalisasi peran orang tua atau keluarga dalam mengontrol dalam penggunaan media sosial dan relasi dengan lingkungan sekitar. Namun selalu diupayakan agar tetap membangun komunikasi yang baik dengan anak, sehingga mereka tetap merasa nyaman (Haidar & Apsari, 2020).Â
Hal yang bisa dilakukan orang tua untuk melindungi anak-anak dari paparan konten porno misalnya dengan  membuat aturan penggunaan atau pembatasan pemakaian internet, memeriksa layar, atau memeriksa fungsi riwayat penggunaan komputer (Mitchell et al., 2003).
Keempat: Pemerintah juga wajib ambil peran seperti memblokir situs-situs porno dan melarang penayangan iklan, sinetron atau film yang menimbulkan keinginan seksual pada anak-anak (Keen et al., 2020)
Kelima: Pihak kepolisian bisa melakukan bimbingan edukasi berupa penyuluhan atau sosialisasi berkaitan dengan hukum yang mencakup sanksi serta peraturan tindak pidana pomografi, nilai kesusilaan dan nilai moral terhadap bahaya yang ditimbulkan pornografi (Dewangga et al., 2021).
Keenam: Terus melakukan sosialisasi tentang stop kenakalan remaja, pornografi dan prostitusi untuk menanamkan kesadaran pada masyarakat, khususnya anak dan remaja. Edukasi ini bisa dilakukan oleh orang tua, guru, pemerintah maupun lembaga sosial kemasyarakatan.
Ketujuh: Pemerintah melalui Kemenkominfo dan pihak terkait diharapakan bisa mengadakan pengontrolan dan pemfilteran konten-konten yang berisi muatan pornografi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H