Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pembentukan Masyarakat Bebas Dominasi

24 Maret 2022   19:07 Diperbarui: 2 September 2022   19:54 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Tindakan Komunikatif dalam arti tertentu adalah arah baru bagi perkembangan kesadaran umat manusia dalam wawasan kritis dan universal. Seperti yang telah dijelaskan di atas, apa yang dikemukakan oleh Habermas sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut sekaligus kritik terhadap tradisi filsafat kesadaran sejak Marx yang kemudian diikuti oleh Horkheimer dan Adorno, dan Weber.

Horkheimer dan Adorno dalam teori kritis mazhab Frankfurt, tidak dapat menyelesaikan persoalan yang menjadi tanggung jawab teori kritis. Teori kritis mazhab Frankfurt pada akhirnya kembali tenggelam dalam sebuah dominasi baru. 

Masyarakat hanya mengadaptasi dominasi total teknokratisme. Berhadapan dengan ketakberdayaan mazhab Frankfurt ini, Habermas kemudian menyusun sebuah teori kritis dengan paradigma baru: paradigma komunikasi. 

Rasionalitas Weber kemudian menjadi kerangka pijak bagi Habermas dalam mengkonsepkan gagasan rasionalitas komunikatifnya. Rasionalitas Weber disebutnya sebagai rasionalitas tujuan. 

Akan tetapi berbeda dengan Marx, Weber tetap memperhatikan nilai-nilai tertinggi untuk mencapai tujuan. Weber tidak mengorbankan nilai-nilai substantif untuk mencapai sasaran. 

Habermas kemudian menjelaskan rasionalitas Weber ini sebagai perluasan wilayah-wilayah masyarakat; artinya kegiatan sosial ekonomi masyarakat dilakukan lewat keputusan dan tindakan rasional sebagaimana tampak dalam birokrasi dan administrasi.

Habermas berpegang pada pendapat bahwa sebuah masyarakat yang komunikatif merupakan tujuan universal masyarakat pada umumnya. Dasarnya adalah pandangannya yang sudah ada sejak tahun 60-an bahwa konsensus yang universal dan bebas dari dominasi merupakan kehendak fundamental dari setiap hubungan. 

Habermas menjelaskan bahwa setiap bentuk komunikasi memiliki intensi untuk mencapai konsensus yang tidak dipaksakan. Masyarakat yang komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik lewat revolusi dengan kekerasan, melainkan lewat argumentasi, dan karena itu rasional. 

Konsep komunikasi Habermas mesti dibedakan dari tindakan strategis di mana di dalamnya ada kecenderungan untuk memaksa dan menekan dalam pencapaian suatu tujuan, dan bukan kesepakatan bersama atau konsensus.

Sebuah komunikasi itu rasional apabila saling pengertian tercapai. Inilah rasionalitas komunikatif. Orang yang mau berkomunikasi selalu sudah mempunyai pengertian intuitif tentang rasionalitas komunikatif. 

Rasionalitas komunikatif dengan ini menjadikan komunikasi sebuah dialog yang terbuka, dialog yang tidak mengesampingkan partisipan lain dan mengusahakan tercapainya kesalingpengertian. 

Komunikasi ini menunjukkan masyarakat yang terbuka terhadap berbagai sistem, masyarakat yang sama sekali bebas mengungkapkan diri, maksud dan cita-citanya, masyarakat yang tidak mengorbankan nilai dan pribadi lain demi tercapainya tujuan. 

Inilah ciri khas masyarakat komunikatif yang menjunjung tinggi rasionalitas komunikatif. Masyarakat kita harus menjadi masyarakat komunikatif, masyarakat bebas dominasi.

Praktek dominasi kekuasaan yang dijalankan dalam kehidupan politik masyarakat dewasa ini, terutama dalam masyarakat yang disebutnya masyarakat kapitalisme lanjut, mencerminkan penggunaan rasionalitas sasaran. 

Menurut Habermas, rasionalitas seperti ini mesti diganti dengan rasionalitas komunikatif yang memperhatikan aspek komunikasi dalam masyarakat. Habermas beranggapan bahwa, kekuasaan tidak semestinya hanya dilegitimasikan, melainkan juga dirasionalisasikan. 

Kekuasaan harus dicerahi dengan diskusi rasional yang bersifat publik agar para anggota masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menentukan perkembangan politis, termasuk mengarahkan kemajuan teknis masyarakat.

Daftar Rujukan

Hadjon, Paulus Senoda. Membangun Masyarakat Komunikatif Bebas Dominasi dalam Rationalitas Komunikatif Habermas, dalam: AKADEMIKA Vol I, No. 1, (Maumere: Ledalero, 2005).

Suseno, Franz Magnis. 12 Tokoh Etika Abad Ke-20 (Yogyakarta: Kanisius, 2000)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun