Selain akan digunakan untuk makan bersama, pembelisan dalam bentuk hewan juga memiliki nilai simbolis tertentu. Misalnya babi yang dibunuh pada tahap wawi dadi, suara pekikan akibat tikaman menjadi simbol penting sebagai maklumat yang harus diumumkan kepada masyarakat sekitar bahwa ikatan sudah terjadi antara kedua insan muda itu dan antara dua keluarga.
 3. Hasil Kebun atau Pertanian
Hasil kebun atau pertanian yang biasa dibawa sebagai bahan belis adalah pisang, kelapa (biasanya yang sudah bertunas), padi, ayam, jagung, buah-buahan, umbi-umbian, kacang-kacangan dan lain-lain.Â
Selain itu ada juga hasil usaha nelayan yang digunakan sebagai belis, namun tidak begitu dominan (biasanya hanya ikan kering). Barang-barang tersebut dibawa oleh pihak lelaki untuk diberikan kepada pihak perempuan pada saat Tung Mu'u Kabor. Barang-barang ini secara sekilas dilihat sebagai hal yang sangat sederhana, namun memiliki arti simbolis yang cukup mendalam.
Hasil pertanian yang dijadikan sebagai bahan belis sangat relevan dengan keadaan hidup orang Maumere yang pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani. Untuk dapat menghasilkan sesuatu dibutuhkan seorang petani yang cukup dewasa dan trampil serta rajin dalam bekerja.Â
Oleh karena itu seorang pemuda yang membawa belis berupa hasil pertanian kepada keluarga wanita, mau memperlihatkan bahwa ia sebenarnya sudah cukup dewasa, rajin dan bisa menghasilkan sesuatu yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga dalam kehidupan sehari-hari.Â
Dengan kata lain, hasil pertanian yang selalu digunakan dalam suatu proses pembelisan adat orang Maumere mau menunjukkan bahwa si pemuda sudah bisa mencari nafkah sendiri dan karena itu ia bisa membangun sebuah rumah tangga baru.
 4. Sirih Pinang (Wu'a Taa)
Sirih dan pinang atau dalam bahasa daerah disebut Wu'a Taa, merupakan hal yang sangat penting dalam pembelisan. Sirih dan pinang biasanya selalu diberikan pada saat yang bersamaan.
Dalam arti bahwa apabila sirih diberi, maka pinangnya juga harus diberikan, demikian pun sebaliknya. Secara umum sirih pinang selalu menjadi hal utama dalam setiap proses adat. Setiap kali pertemuan adat selalu disuguhkan sirih pinang sebagai bentuk sapaan awal.Â
Namun dalam arti yang cukup mendalam sirih merupakan simbol dari seksual pria dan pinang merupakan simbol dari seksual wanita. Karena itulah kedua hal tersebut tidak boleh dipisahkan satu sama lainnya untuk melambangkan persatuan yang akan terjadi pada sang pemuda dan pemudi.