Mohon tunggu...
Dasman Djamaluddin
Dasman Djamaluddin Mohon Tunggu... Editor - Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Lahir di Jambi, 22 September 1955

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bom Meledak di Irak, Benar Apa yang Dikatakan Menteri Perindustrian Irak kepada Saya

22 Januari 2021   17:02 Diperbarui: 22 Januari 2021   17:17 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru saja bom bunuh diri terjadi di ibukota Irak, Baghdad. Terjadi sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris resmi menjadi orang nomor satu dan dua di negara adidaya itu, yaitu terjadi pada 21 Januari, sedangkan sebelumnya pelantikan Presiden AS berlangsung tanggal 20 Januari 2021.

Pertanyaan pertama dari kita yang muncul, apa kaitan AS dengan Irak? Ya, karena serangan pasukan AS dan sekutunya ke Irak di masa jabatan Presiden AS dipegang oleh George Walker Bush, Presiden AS ke-43, negara itu hancur lebur. Presidennya yaitu Saddam Hussein berhasil ditangkap, kemudian dihukum gantung.

Itu sebabnya jika pelantikan Presiden AS dan wakilnya baru-barunya itu disusul dengan ledakan bom. Memang tidak terlihat nyata, bahwa AS yang berada di balik tewasnya warga Irak tak berdosa itu. Tetapi kesulitan ekonomi bangsa Irak sekarang bukankah merupakan dampak tidak langsung setelah pasukan AS yang menyerang Irak di masa Presiden IRAK Saddam Hussein berkuasa?

Korban rakyat Irak yang tewas, semula hanya 28 orang, kemudian meningkat menjadi 32 orang. Beberapa hari ke depan bisa saja jumlah itu meningkat, karena sekarang yang luka-luka saja meningkat menjadi 110 warga. Tidak menutup kemungkinan, beberapa hari ke depan, ada di antaranya meninggal dunia.

Banyak faktor yang berpengaruh. Luka yang berat, keterbatasan rumah sakit untuk menampungnya, karena bukankah rumah sakit sekarang difungsikan pula untuk menampung warga Irak yang terjangkit virus Covid-19 dan gejala penyakit lainnya?

Kesalahan Sejarah ?

Memang sulit jika kekuasaan sudah berada di tangan seseorang. Benar bahwa tidak ada lawan dan kawan yang abadi di dalam politik. Yang ada itu hanya kepentingan. Bayangkan kebijakan AS Idi di masa Presiden Irak Saddam Hussein.

Ingatkah kita sewaktu terjadi perang Irak-Iran? Bukankah waktu itu, AS dan terangga Irak, Kuwait, ikut membantu Irak? AS membantu dengan senjatanya, sedangkan Kuwait dengan dananya. Apakah Irak merasa terbantu dan berterimakasih?

Waktu itu sudah tentu Irak terbantu. Tetapi kemudian kenapa pasukan Irak menginvasi Kuwait? Kemudian kenapa AS menyerang Irak? Inilah yang saya sebut kesalahan sejarah.

Pasukan AS berhasil mengusir Irak dari Kuwait, tetapi demi minyak Kuwait, kenapa pasukan AS juga menyerang sahabatnya dalam Perang Irak-Iran? Juga demi kepentingan mengambil hasil minyak Irak, sekurang-kurangnya jika AS bisa menguasai Irak, yaitu dengan membentuk pemerintahan bonekanya di Negara 1001 Malam tersebut?

Apakah ini bisa disebut kesalahan sejarah? Tidak juga, ini demi kepentingan politik AS, yang merubah kebijakannya dari membantu Irak semasa Perang Irak-Iran dan lebih condong membantu Kuwait, negara kecil tetangga Irak, juga kaya minyak ketika Irak menginvasi Kuwait.

Terapi dampak yang ditimbulkan AS menginvasi Irak sangat terasa hingga hari ini. Bahkan menjadi dilema buat AS untuk tetap tinggal di Irak. Pergi dari Irak tidak mungkin, karena AS sudah terlanjur menginvasi dan waktu itu mendirikan pemerintahan bonekanya di Irak setelah Presiden Irak Saddam Hussein tewas digantung.

Benar juga apa yang dikatakan Menteri Perindustrian Irak di masa Presiden Irak Saddam Hussein, yaitu Amir al-Saadi. Ketika saya bertemu beliau di bulan Desember 1992, ia berkata: "Di masa pemerintahan Presiden Irak Saddam Hussein, situasi di dalam negeri Irak bisa aman, meski Irak diserang pasukan AS dan sekutunya." 

Pada bulan September 2014, saya kembali lagi ke Irak karena diundang Duta Besar Indonesia untuk Irak, Letjen TNI Marinir (Purn) Safzen Noerdin. Saya banyak melihat puing-puing berserakan di pinggir jalan. Di satu sisi benar bahwa pernyataanr Menteri Perindustrian Irak kepada saya tahun 1992,  "tanpa Saddam, maka Irak menjadi hancur."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun