Selama masa embargo, Saddam sempat menyetujui kesepakatan dengan PBB untuk bisa mengekspor minyak senilai $5,2 miliar untuk membeli bahan pangan bagi rakyat Irak yang sengsara pasca perang.
Dengan cara ini, Irak bisa memulihkan ekonominya. Pada tahun 1996, malah terjadi deflasi hingga 12,5 persen. Jelang masa aksi kekuasaan Saddam, perekonomian Irak kembali mengalami kehancuran saat masa invasi AS pada periode 2001-2003, hingga Kota Baghdad jatuh ke tangan tentara AS.
Berdasarkan catatan Central Inteligence Agency (CIA), pada masa akhir embargo atau jelang runtuhnya pemerintahan Saddam di 2002, Irak masih harus mengimpor makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, meskipun buah-buahan dan sayuran masih tercukupi.
Setelah Saddam Hussein pada 2003, Amerika segera melakukan pembenahan di Irak. Menurut laporan yang dirilis oleh "cbsnews," dana sekitar $60 miliar sudah digelontorkan untuk membangun kembali Irak yang sudah porak-peranda akibat perang.
Sebanyak $2,4 miliar dikucurkan untuk perbaikan di bidang pengairan, kelistrikan, juga termasuk sektor lainnya antara lain makanan, kesehatan dan tanggungan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal pascaperang.
Dampaknya memang cukup terasa, di atas kertas ekonomi Irak pada 2004 masih tercatat $36,628 miliar, nilai yang tak jauh berbeda ketika kali pertama Saddam berkuasa. Kemudian ekonomi Irak membaik, pada 2008 dengan GDP mencapai $131,614 miliar, hingga melaju pada puncaknya di 2014 yang mencapai $234,648 miliar, dengan GDP per kapita tertinggi pasca-Saddam sebesar $6.879,698 per kapita per tahun.
Namun, capaian tertinggi GDP per kapita yang ditorehkan pada masa puncak ekonomi Saddam di 1990 belum bisa terkalahkan.
Selanjutnya, ekonomi Irak melemah dengan GDP hanya $180,069 miliar. Berdasarkan rata-rata kinerja ekonomi tahunan di masa Saddam dan pasca Saddam, terungkap rata-rata pertumbuhan ekonomi di era Saddam (1979-2003) sebesar 6,28 persen, dengan inflasi hingga 53,96 persen.
Catatan makroekonomi ini jelas di bawah dari capaian pasca-Saddam Husein berkuasa, yang rata-rata ekonomi tumbuh 9,94 persen, dan inflasi hanya 9,30 persen.
Namun, meski GDP per kapita, tak bisa mengalahkan Irak rezim Saddam, kinerja ekonomi rata-rata sepeninggal Saddam relatif stabil, tidak sefluktuatif saat Saddam masih memimpin.