Buku "Catatan BM Diah, Peran 'Pivotal' Pemuda Seputar Lahirnya Proklamasi 17-8-'45" (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018) merupakan penerbitan baru dari buku: "Angkatan Baru '45," yang ditulis oleh BM Diah sendiri.
Buku "Catatan BM Diah," ini terbit, karena buku "Angkatan Baru '45," yang menurut putra BM Diah, Nurman Diah, didalam kata "Pengantar Edisi Baru" buku ini, menyebutkan bahwa buku "Angkatan Baru'45" tidak lagi beredar di pasaran. Jika seseorang ingin membaca tentang perkembangan pemuda sebelum atau sesudah tanggal 28 Oktober 1928, tentu akan sulit.
Sebagai editor buku "Catatan BM Diah" yang terdiri dari 402 halaman itu, saya di dalam "Catatan Singkat Editor," menggarisbawahi bahwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, BM Diah dan para pemuda kelompok lainnya mendirikan organisasi yang diberi nama "Angkatan Baru '45." Pertanyaan kita selanjutnya, kalau demikian apakah makna Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 ?
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tetap menjadi landasan berpikir dan semangat pemuda untuk mengantar tercapainya Proklamasi pada 17 Agustus 1945. Setelah Sumpah Pemuda tersebut, memang semuanya belum sempurna. Apalagi jika kita berbicara tentang Kongres Pemuda I pada 30 April sampai 2 Mei 1926. Ceramah-ceramah yang diberikan dalam kongres itu belum bisa menyatukan persatuan Indonesia, karena masih adanya ego kedaerahan yang kuat dari tiap kelompok.
Ego kedaerahan sangat terlihat dalam Kongres Pemuda I ini. Bagaimanapun di dalam buku: "Catatan BM Diah," halaman 88 dan 89, BM Diah menulis pada saat persidangan antara pengurus organisasi pemuda pada 23 April 1927, terjadilah kebulatan mufakat. Mereka mengambil keputusan: Indonesia merdeka harus menjadi cita-cita putera Indonesia dan perkumpulan pemuda-pemuda harus berusaha menuju mempersatukan diri menjadi hanya satu perkumpulan.
Inilah akhirnya yang menjadi inti pemikiran menuju pada ikrar bersama di antara gerakan-gerakan pemuda Indonesia, ketika pada tanggal 27- 28 Oktober 1928 Kongres Pemuda Indonesia II berlangsung di Jakarta.
Seperti, Sugondo Djojopuspito dari PPPI sebagai ketua, Djoko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua, Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond sebagai sekretaris, dan Amir Sjarifuddin dari Jong Batak sebagai bendahara.
Mereka berkumpul di Batavia (Jakarta) dan mulai menyatakan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda. Deklarasi pun dilakukan, dan dikenal dengan nama "Sumpah Pemuda".
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya.
Adapun hasil dari Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 itu adalah:
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Rumusan sumpah sudah tertulis dan dibacakan dalam acara itu.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, yaitu pada 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka.
Jiwa nasionalisme BM Diah sudah teruji sejak Sekolah Dasar. Itu sebabnya, ia pun terpanggil untuk memimpin Angkatan Baru '45, agar Indonesia cepat memproklamirkan kemerdekaan.