Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, meninggal dunia pada hari Rabu sore, 11 September 2019 pukul 18.01 WIB pada usia 83 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Habibie menjadi Presiden RI setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Merdeka. Pergantian kekuasaan yang pertama kali di Indonesia setelah 32 tahun.
Hubungan antara Presiden RI kedua Soeharto dengan Presiden RI ketiga BJ Habibie retak sejak reformasi 21 Mei 1998, hingga Soeharto menolak bertemu Habibie sampai akhir hayatnya.
Namun demikian, Habibie mengungkapkan, pada dasarnya ia tidak memiliki masalah dengan Soeharto termasuk dengan keluarganya.
"Saya tidak ada masalah dengan Pak Harto (Soeharto) dan seluruh keluarganya," kata Habibie di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin, 21 Mei 2018.
Selain itu, retaknya hubungan Soeharto dan Habibie lebih dipicu oleh lepasnya Timor Timur (Timtim) dari pangkuan Indonesia. Soeharto adalah seorang militer. Di masa pemerintahan Soeharto, pasukan Indonesia dikerahkan mendarat di Timtim pada 7 Desember 1975.
Timtim merupakan sebuah wilayah bekas koloni Portugis yang dianeksasi oleh militer Indonesia menjadi sebuah provinsi di Indonesia antara 17 Juli 1976 sampai resminya pada 19 Oktober 1999. Kala itu provinsi ini merupakan provinsi Indonesia yang ke-27.
Tetapi di masa pemerintahan BJ Habibie, tepatnya pada 30 Agustus 1999, dalam sebuah referendum yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), maka pada 20 Mei 2002, Timtim diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste berkat dukungan luar biasa dari PBB. Ekonomi berubah total setelah PBB mengurangi misinya secara drastis.
Setelah Presiden Soeharto lengser, ia masih ingin mencari tahu, tentang peristiwa di sekitar mundur dirinya. Adalah Jusuf Wanandi di dalam bukunya, "Menyibak Tabir Orde Baru," yang diterbitkan Kompas, Februari 2014, halaman 387, menjelaskan pertemuan LB Moerdani dengan mantan Presiden Soeharto tersebut.
Pertemuan itu berlangsung di rumah salah seorang putera Soeharto, Sigit yang diatur oleh Tutut. Cerita ini bermula setelah lengsernya Soeharto pada Mei 1998, tepatnya beberapa bulan setelah itu pada 15 Desember 1998.
"Ben, bagaimana ini bisa terjadi. Apa sebenarnya yang terjadi?" Lengsernya Soeharto dari tampuk kepresidenan, bagi Soeharto sendiri seakan-akan tak percaya, sehingga beliau bertanya kepada Benny Moerdani.