Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7 di Biarritz, Prancis resmi ditutup. Terlihat dari foto yang direkam dari atas, para pemimpin negara industri maju berfoto bersama di pinggir laut, memang penginapan mereka terletak di pinggir laut.
President Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump menyambut baik bahwa tahun 2020 negaranya akan menjadi tuan rumah. Trump dalam KTT telah bertemu dengan para pemimpin negara sekutunya yang kuat.
G-7 adalah pertemuan antara negara-negara terkuat industri, secara politis dan ekonomis di dunia, seperti Uni Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS dan Kanada.
Sejak tahun 1975, pimpinan beberapa negara industri telah saling bertemu dalam acara tahunan untuk membicarakan tentang isu-isu yang berkaitan dengan ekonomi dan politik dunia yang dihadapi oleh masyarakat domestik dan komunitas internasional secara keseluruhan.
G-7 merupakan hasil samping dari pertemuan-pertemuan yang diadakan pada tahun 1975 antara Valry Giscard D'Estaing dari Prancis dan Helmut Schmidt dari Jerman pada saat mereka berdua masing-masing masih menjadi Menteri Keuangan, untuk membicarakan krisis minyak pada pertengahan tahun 70 yang mempengaruhi ekonomi dan politik dunia. Presiden Prancis Giscard D'Estaing meminta para pemimpin dari Jerman, Italia, Inggris, Jepang dan AS untuk bertemu pada tahun 1975 untuk menanggapi hal ini.
Pertemuan pertama diadakan di Rambouillet, Prancis pada bulan November 1975. G-7 menjadi lengkap dengan tujuh negara setelah Kanada bergabung pada tahun 1976 pada pertemuan yang diadakan di San Juan, Puerto Rico dan pertemuan KTT Komunitas Eropa di London, Inggris pada tahun 1977.
Presiden Trump mengatakan juga Presiden Rusia Vladimir Putin memaklumi tidak akan meminta untuk bergabung kembali dengan kelompok G-7 untuk menjadikannya G-8 lagi, tetapi pikiran itu akan menjadi 'positif' jika Rusia diterima kembali. Negara ini dikeluarkan dari kelompok negara-negara pada tahun 2014, karena menganeksasi Krimea.
Pandangan Trump ini memunculkan imaje baru, bahwa kehadiran Trump di KTT G-7 baru-baru ini seakan-akan telah menghadirkan Rusia di pertemuan tersebut. Bahkan memperkuat alasan bahwa Trump berhasil menjadi Presiden AS berkat dukungan Presiden Rusia Vladimir Putin, karena tahun 2020, AS akan melaksanakan pemilihan presiden.
Bagi Putin, mengambil alih Crimea waktu itu merupakan keberhasikannya sebagai seorang Presiden Rusia selama ini, yang sekaligus memperingati tahun keempat, pasukan Rusia mengambil alih Crimea dari tangan Ukraina, yang dulunya adalah negara bahagian Uni Soviet. Sewaktu Mikhail Gorbachev menerapkan pembaruannya di Uni Soviet, Ukraina yang mencakup sebuah kepualuan terpisah (Crimea) lepas dari Uni Soviet.
Setelah melihat situasi tidak menentu di bekas negara bahagiannya, Ukraina dengan jatuhnya Presiden Ukraina Victor Yanukovych yang tidak mau menandatangani Perjanjian Asosiasi Ukraina dengan Uni Eropa, sehingga berakibat penggulingan dirinya pada 22 Februari 2014, Putin merasa perlu masuk kembali ke bekas negara bahagiannya dengan menganeksasi Semenanjung Crimea dari Ukraina. Sejak itu pula Uni Eropa, AS dan negara-negara Barat menjatuhkan berbagai sanksi kepada Rusia.
Pertemuan ini menyoroti pertemuan Perdana Menteri India Narendra Modi dengan Presiden Trump yang mengulangi pentingnya dialog antara India dan Pakistan. Mereka juga ingin menciptakan kerjasama ekonomi di antara dua bangsa.
Lebih menariknya pertemuan ini adalah kehadiran peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2018, Nadia Murad. Ia mengatakan merasa terhormat untuk diajak bicara di antara pemimpin G-7 tentang nasib Yazidi perempuan dan kebutuhan akan kesetaraan gender global. Ujar Murad, perempuan Yazidi pantas mendapatkan keadilan. Seperti diberitakan, lima tahun setelah kampanye genosida Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), ribuan perempuan dan anak perempuan Yazidi masih hilang.
Menurut informasi terakhir dari Irak, lebih dari 1,6 juta orang tetap mengungsi, di antaranya hampir 300.000 dari Mosul. Mereka tersebar di berbagai kamp pengungsian di provinsi Nineveh yang lebih luas yang telah berkembang menjadi kota tenda yang lengkap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H