Ketika Proklamasi 17 Agustus 1945, di wilayah Tanah Papua sudah muncul gerakan pro-Indonesia. Misalnya di Serui, lahir Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang dimotori Silas Papare.
Di Biak berdiri Partai Indonesia Merdeka (PIM) yang digagas oleh Frans Kaisepo dan dipimpin oleh Lukas Rumkorem. Di Abepura (Jayapura) berdiri Komite Indonesia Merdeka (KIM) oleh J.A. Gerungan yang kemudian diketuai Martgen Indey.
Presiden mengemukakan, bahwa dirinya terus mengikuti perkembangan yang ada di tanah Papua.
Ia bersyukur karena situasi di Papua sudah mulai berjalan normal kembali.
"Alhamdulillah situasi sudah berjalan normal kembali, permintaan maaf sudah dilakukan dan ini menunjukkan kebesaran hati kita bersama untuk saling menghormati, untuk saling menghargai sebagai saudara sebangsa dan setanah air," kata Presiden.
Jadi dikaitkan dengan pengalaman Youk Tanzil dan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi), maka pembangunan di Papua harus tetap dijalankan. Hal itu sudah tentu pembangunan sarana dan prasarana demi mensejahterakan masyarakat Papua.
Kita masih ingat cerita dari buku biografi Pahlawan Nasional Johanes Abraham (J.A) Dimara, juga dikutip "Papua Review" tahun 2013 halaman 53 terdapa dialog dengan Bung Karno. Suatu hari Bung Karno bertanya kepada Dimara soal rasa kebangsaannya.
Bung Karno: " Dari mana anak tahu bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke ? "
J.A. Dimara: " Bapak, saya cuma pikir, orang di Irian (sekarang Papua) makan pinang, di Ambon makan pinang, di Jawa juga makan pinang. Jadi sebenarnya sama saja, kita sama-sama orang Indonesia. "
Jawaban sederhana itu membuat Bung Karno tertegun dan mengangguk setuju.