Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump hari ini, Rabu, 7 Agustus 2019 di Twitternya mengatakan bahwa Korea Selatan (Korsel) telah setuju untuk membayar lebih banyak uang ke AS untuk mempertahankan diri dari Korea Utara (Korut). Selama beberapa dekade terakhir, AS telah dibayar sangat sedikit oleh Korsel, tetapi tahun lalu, atas permintaan Presiden Trump, Korsel membayar $ 990.000.000.
Selanjutnya Trump menambahkan di twitternya:
"... Pembicaraan telah mulai meningkatkan pembayaran lebih lanjut ke AS. Korsel adalah negara yang sangat kaya yang sekarang merasa berkewajiban untuk berkontribusi pada pertahanan militer yang diberikan oleh AS. Hubungan kedua negara sangat bagus!."
Pernyataan Trump ini memberi tahu kepada kita bahwa tidak ada yang gratis selama ini meski terhadap negara sekutu sekalipun. Di masa AS di bawah kepemimpinan Trump ini informasi sangat terbuka. Berbeda dari para Presiden AS sebelumnya.
Pertanyaan selanjutnya, apakah hanya di masa Trump ini saja ketentuan ini berlaku? Sulit untuk mengetahuinya jika bukan dinyatakan sendiri oleh Presiden AS bersangkutan.
Donald John Trump yang lahir di New York City, New York, 14 Juni 1946 dan usianya sekarang 73 tahun, adalah pebisnis, tokoh televisi realita, politikus, dan Presiden Amerika Serikatke-45. Jadi sebagai seorang pebisnis, tentang untung rugi selalu dipehitungkannya.
Coba saksikan ketika ia menggertak ingin menarik mundur pasukannya dari Suriah. Waktu itu Trump berkata, adalah rugi besar dan mengeluarkan ongkos banyak jika keberadaan pasukannya di Suriah tidak dibantu dana oleh Arab Saudi.
Kedekatan antara AS dan Korsel yang juga akan melakukan latihan militer gabungan membuat Korea Utara (Korut) marah. Korut baru-baru ini menembakkan proyektil dua kali ke laut di tengah kemarahan atas latihan militer gabungan AS dan Korsel.
Sebelumnya kita sudah menyaksikan Olimpiade Musim Dingin di Korsel. Pun menyaksikan team Korut tampil di wilayah tetangganya itu, Korsel.
Sejauh ini kedua negara yang bersaudara itu terpisah oleh garis pemisah, di mana di tengahnya berdiri bangunan sederhana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang pasukan perdamainnya berperan menengahi dua bangsa Korea itu.
Sekitar 400 warga dari dua negara itu tidak mampu menahan rasa rindu yang sudah lama dipisahkan oleh perang saudara, Perang Korea pada tanggal 25 Juni 1950.
Perang saudara yang mengerikan dan melibatkan tiga juta orang serta menewaskan hampir dua juta orang tersebut sempat menghancurkan sistem pemerintahan yang dibangun. Pun memisahkan keluarga mereka. Perang Korea yang datangnya begitu cepat waktu itu menyebabkan mereka berpisah satu dengan yang lain. Mereka lari menyelamatkan diri. Setelah lama tidak bertemu dan usia mereka sudan 80 an dan 90 an, mereka bertemu lagi.
Keterlibatan pasukan AS yang mendukung Korsel dan pasukan Uni Soviet (sekarang Rusia) masih berbekas hingga kini. Seandainya saja dua warga negara Korea ini tidak dipengaruhi ideologi yang berkembang hingga kini, di mana membelah negara ini menjadi dua bagian, blok Barat yang dipengaruhi Kapitalisme/Liberalisme dan Blok Timur, terutama RRC dan Rusia yang mengarah ke Sosialisme/ Marxisme/Leninisme, maka tidak mungkin Semenanjung Korea terbagi dua.
Meskipun perang itu telah lama usai sejak 27 Juli 1953, jadi berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, rakyat Korea masih trauma.
Masa depan Korea ini tetap berada di antara harapan dan kecemasan. Akan halnya Jepang karena pernah menjajah Korea dari tahun 1910-1945, juga cemas jika Korea menjadi sebuah kekuatan nuklir dan kedua bangsa ini bersatu menjadi kekuatan besar. Itu yang ditakutkan Jepang. Percobaan nuklir Korea Utara baru-baru ini sempat mencemaskan Jepang.
AS yang sangat berperan mendukung Korsel akhir-akhir ini cemas akan kemajuan senjata nuklir Korut. Bahkan dalam pernyataanya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bersedia berunding dengan Korut, asal tentang senjata nuklir.
Jadi persoalan mendasar yang dikuatirkan AS bagaimana persoalan nuklir Korut yang semakin meningkat, juga masih tetap berusaha meredam pengaruh Rusia dan Republik Rakyat China (RRC) di kawasan Semenanjung Korea.
Coba perhatikan peta Rusia dan RRC. Letak kedua negara sama-sama bersebelahan dengan Korut. Peta Rusia, buntutnya yang di Vladisvostok sangat dekat dengan Korut. RRC pun demikian. Bahkan bertetangga bersebelahan, di mana sebelah barat dan utaranya bersinggungan dengan Korut.
Sangat memungkinkan jika perang di Semenanjung Korea terjadi lagi, di mana tidak kita harapkan, perang ini lebih dahsyat dari perang di Suriah, di mana perlombaan senjata mutakhir terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H