Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad yang dikenal dengan "Soekarno kecil" itu, tanggal 10 Juli 2019 lalu genap berusia 94 tahun. Wajahnya tetap cerah, tidak tampak dimakan usia. Tahun ini banyak warga Malaysia mengucapkan selamat ulang tahun kepada dirinya, maklumlah ia tercatat sebagai pemimpin negara tertua di dunia yang masih aktif membawa bangsanya ke arah kemajuan dan kemakmuran.
Tahun lalu, jelang usianya 93 tahun, Mahathir sudah sangat terkenal di Malaysia. Sekarang, ia menjadi Perdana Malaysia ke- 7 sejak 10 Mei 2018. Mahathir Mohamad menjadi Perdana Menteri Malaysia untuk kedua kalinya di masa yang berbeda. Pertama ketika ia menjadi Perdana Menteri Malaysia ke-4. Cukup lama ia menjabat. Sejak 16 Juli 1981 - 31 Oktober 2003.
Di akhir jabatan ketiganya, ia mengundurkan diri. Kenapa ia hanya menjalani pemerintahan selama 12 tahun dan tidak selesai ? Itu semata-mata untuk peralihan generasi. Karena bertambah lama ia memimpin, maka cenderung untuk menjadi diktator.
Kemudian Mahathir Mohamad terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Malaysia di usia jelang 93 tahun. Saya pernah melihat videonya beberapa waktu yang lalu ketika mengeluh tentang dominan orang China di masa pemerintahan Najib Razak.
Ia pergi melihat dari kejauhan bagaimana sebuah tempat komunitas ekonomi warga Melayu sulit masuk ke dalamnya. Mahathir berkata, "kita tidak dibolehkan masuk ke sana." Tetapi sekarang setelah menjadi perdana menteri, hal seperti itu dapat di atasinya. Bahkan mengkaji ulang hubungan ekonomi Malaysia dengan China.
Menariknya lagi, Mahathir sangat membela tugas seorang wartawan. Baru-baru ini, ia sangat menyayangkan penahanan seorang aktivis media sosial. Aktivis yang namanya tidak dipublikasi kepolisian itu, diduga ditahan karena kicauan-kicauannya di media sosial telah menyerang Putra Mahkota Kerajaan Johor, Malaysia.
"Seperti saya tekankan sebelumnya, tidak ada pemimpin yang bebas dari kritikan. Rakyat bebas mengkritik pemimpinnya jika diperlukan. Kebebasan berekspresi itu penting dalam sebuah masyarakat demokratis. Saya menyesalkan penahanan aktivis media sosial itu," kata Mahathir melalui akun Twitter.
Mahathir menekankan, kritik yang di maksudnya bukan bernada ancaman, memfitnah atau menghina pemimpin berkuasa atau pun Kerajaan. "The Straitstimes.com, " Minggu, 12 Mei 2019, meginformasikan bahwa aktivis media sosial itu diketahui bernama Firdaus Abdillah Hamzah seorang pemimpin redaksi "Neon Berapi." Dia ditahan pada Kamis, 9 Mei 2019 atas tuduhan telah berkata buruk melalui kicauannya di Twitter tentang Putra Mahkota Kerajaan Johor, Tunku Ismail Sultan Ibrahim.
Melalui kicauannya, Firdaus menceritakan dia telah diminta untuk mendatangi kantor polisi pada Kamis siang, 9 Mei 2019. Dia pun meminta pendukungnya untuk tetap tenang. Namun tak lama kemudian, dia mengatakan membutuhkan seorang pengacara.
Aktivis dan desainer grafis Fahmi Reza mengatakan Firdaus telah ditahan oleh Kepolisian Tampoi, Johor. Penahanan itu diduga karena kicauan-kicauannya.
Terkait penahanan aktivis itu, Putra Mahkota Tunku Ismail mengatakan Kerajaan negara bagian Johor tidak membuat laporan pengaduan ke polisi. Kalau pun ada laporan pengaduan, dia memastikan hal itu bukan berasal dari pihaknya. Dia menekankan, penahanan Firdaus tidak ada sangkut-paut dengannya.
Pada tahun 2018, Mahathir Mohamad kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia. Ia tidak memperoleh dukungan dari Partai UMNO (United Malaya National Organisation), sebuah partai politik di masa Mahathir jadi perdana menteri tahun 1995, tetapi kali ini, ia didukung partai oposisi, Partai Pribumi Bersatu Malaysia yang berdiri tahun 2016.
Luar biasa, dunia berdecak kagum. Anak laki-laki bernama Mahathir Mohamad, kelahiran 10 Juli 1925 ini sudah mengenyam berbagai penderitaan hidup. Di usia 16 tahun pernah berjualan pisang. Itu terjadi ketika Malaysia di bawah jajahan Inggris. Kemudian di usia 20 tahun, ia sudah mulai berpolitik.
Masyarakat Kedah kenal betul siapa Mahathir. Ia mengorganisir Persatuan Pemuda Kedah Malaya yang kemudian berubah menjadi partai politik yaitu Persatuan Kedah Malaya. Itulah cikal bakal UMNO.
Dari gerakan politik ini, Malaysia merdeka pada 31 Agustus 1957. Ketika Mahathir kuliah di Fakultas Kedokteran di Singapura selama enam tahun, 1947 hingga 1953, ia mempersunting rekannya sesama dokter yang menjadi istrinya, Siti Hasmah Mohd Ali.
Sekembalinya dari Singapura tahun 1953, Mahathir mengembangkan bakatnya sebagai dokter di pelayanan pemerintah. Sebagai pegawai negeri, ia tidak diizinkan berpolitik dan hal itu berlangsung menjelang kemerdekaan Malaysia. Bahkan kemudian agar bisa berpilitik, Mahathir berhenti sebagai dokter. Tetapi, ia mengakui bahwa ketika berpraktek menjadi dokter, keluhan-keluhan pasien bermanfaat buatnya mendengarkan keluhan masyarakat di bidang politik.
Tahun 1964, Mahathir menjadi anggota Parlemen. Usianya ketika itu, 39 tahun. Tahun 1969, terpilih kembali. Dalam pemilihan umum 1974, ia menjadi menteri pendidikan. Hanya dua tahun kemudian, tahun 1976, diangkat sebagai deputi perdana menteri yang kemudian mengantarnya sebagai Perdana Menteri Malaysia tahun 1981.
Di periode kepemimpinan sekarang, Mahathir di awal Januari 2019 dinobatkan sebagai "Muslim Man of the Year by The Muslim 500," sebuah peringkat 500 Muslim paling berpengaruh di dunia.
Pada April, Mahathir menduduki peringkat di antara 100 orang paling berpengaruh di dunia untuk tahun 2019 oleh Majalah TIME.
Di awal bulan ini juga, "Fortune.com, " menempatkan Mahathir ke-47 dalam daftar "World's 50 Greatest Leaders, " atau 50 pemimpin besar dunia, menurut laporan "The Star," 12 Mei 2019.
Dengan penampilan yang sederhana dan tenang, Mahathir sangat dihormati oleh banyak orang dan dianggap sebagai pemimpin yang kredibel dengan pikiran yang tajam. Usianya sekarang sudah 94 tahun, yang mencolok dari dirinya, ia selalu konsisten memegang arti sebuah kejujuran.
Di Indonesia, Letnan Jenderal TNI (Purn) Rais Abin ketika usianya 91 tahun terpilih kembali sebagai Ketua Umum Legiun Veteran RI (LVRI) untuk ketiga kalinya. Banyak yang berdecak kagum tentang kesehatannya. Diperkirakan ketika menyelesaikan jabatannya, lima tahun kemudian, ia sudah berusia 96 tahun. Itu jika ia menyelesaikan masa jabatannya.
Usia panjang buat Rais Abin betul-betul bermanfaat. Usia yang diberikan oleh sang pencipta, betul-betul dimanfaatkan dengan baik. Sebagai perwira yang pernah memimpin pasukan perdamaian pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timur Tengah tahun 1976-1979 dan pada akhirnya terciptanya perundingan damai antara Mesir-Israel di Camp David, sewajarnya Rais Abin pun dinominasikan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Selama ini kita juga banyak mengenal para pemimpin yang berusia lanjut lainnya. Di Amerika Serikat (AS) sekarang ini, Donald Trump berusia 70 tahun. Ia terpilih sebagai Presiden AS ke-45 di usia lanjut.
Sebelumnya AS pernah dipimpin presiden berusia tua, Ronald Wilson Reagan yang terpilih pada usia 69 tahun pada 1981. Reagan bahkan menjabat presiden AS hingga 1989 (dua periode) yang berarti sampai usia 77 tahun.
Di Asia, Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang baru dilantik bulan lalu berusia 71 tahun. Begitu juga Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi yang berkuasa sejak 2014 berusia 89 tahun. Bahkan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe kini berusia 91 tahun dan Presiden Kuba Ral Modesto Castro Ruz kini berusia 85 tahun.
Negara bekas seteru AS yakni Rusia juga dipimpin tokoh tua yaitu Vladimir Putin yang kini berusia 63 tahun.
Ratu Elizabeth II yang jadi kepala Negara Britania Raya kini berusia 90 tahun. Raja Malaysia Abdul Halim sekaligus Sultan Kedah kini berusia 88 tahun. Emir Kuwait Sabah Al Ahmad berusia 85 tahun. Presiden Kamerun Paul Biya berusia 82 tahun.
Begitu juga Kaisar Jepang Akihito berusia 82 tahun. Raja Saudi Arabia Salman Bin Abdul Aziz kini berusia 80 tahun. Dan masih banyak lagi presiden berusia di atas 60 tahun di negara-negara lain. Bahkan hampir 70 persen negara-negara di dunia kini dipimpin presiden berusia di atas 60 tahun.
Dalam studi kepemipinan, seorang pemimpin masuk kategori muda jika ia berusia antara 40 sampai 60 tahun. Sebaliknya pemimpin dianggap tua jika ia berusia 60 tahun ke atas.
Banyak para pengamat mengatakan, generasi tua itu secara ekonomi, pengalaman dan mental lebih mapan. Mereka lebih stabil dan bijak karena ditempa pengalaman, meski tak sedikit yang korup dan pragmatis. Yang pasti, faktor pengalaman berpengaruh besar dalam membangun sikap mental dan prilaku politik sebagai pemimpin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI