Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat sejarah baru bagi sebuah perdamaian abadi di Semenanjung Korea dengan menginjakan kaki untuk pertama kalinya di wilayah perbatasan antara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel). Terlihat Trump bergandengan tangan bersama Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di DMZ (Zona Demiliterisasi).
Presiden AS Donald Trump mengaku telah mengundang Pimpinan Tertinggi Korut, Kim Jong -un untuk berkunjung ke AS. Undangan itu disampaikannya saat bertemu dengan Kim di DMZ.
"Kapan pun dia mau melakukannya. Saya pikir kami ingin membawa ini ke tingkat selanjutnya, mari kita lihat apa yang akan terjadi," kata Trump dilansir AFP, Minggu (30/9/2019).
Trump tiba di Korsel pada hari Sabtu malam. Keesokan harinya, ia mengadakan pembicaraan dengan Presiden Korea Selatan, sebelum kembali lagi ke Washington (AS).

Palestina menolak semua bantuan dari AS untuk menghindari tuntutan terkait terorisme yang tercantum dalam undang-undang terbaru di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Lebih penting dari itu, Palestina hanya ingin merdeka lebih dahulu, bukan bantuan dana. Akan sangat berharga bagi rakyat Palestina, jika wilayahnya diakui sebagai negara merdeka, sejajar dengan Israel.
Tetapi yang terjadi di lapangan, AS hanya lebih menginginkan bangsa Palestina di Tepi Barat, bukan warga di Jalur Gaza, hidup berdampingan dengan warga Yahudi melalui bantuan dana AS itu. Rencana AS adalah agar penduduk Palestina di Tepi Barat hidup berdampingan dengan rakyat Israel.
Solusi dua negara merupakan salah satu opsi solusi konflik Israel - Palestina yang menyerukan untuk dibuatnya dua negara untuk dua warga.
Dengan solusi dua negara, Negara Palestina berdampingan dengan Israel, di sebelah barat Sungai Yordan. Perbatasan antarnegara masih dipersengketakan dengan pemimpin Palestina, dan negara Arab menginginkan perbatasan pada tahun 1967, yang tidak disepakati oleh Israel.
Wilayah bekas mandat atas Palestina tidak akan menjadi bagian dari Negara Palestina, dan akan menjadi bagian dari wilayah Israel.
Sejarah dari kerangka solusi telah tertulis dalam resolusi Perderikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai "Penyelesaian Damai tentang Masalah Palestina" yang ada sejak tahun 1974. Demikian PBB melaporkan, seperti dikutip dari "The United Nations - Question of Palestine."
Resolusi tersebut menyerukan untuk "... Kedua negara, Israel dan Palestina ... hidup berdampingan dengan batas negara yang diakui, dengan sebuah resolusi masalah sesuai dengan Resolusi PBB. Batas negara Palestina berdasarkan dengan batas negara sebelum tahun 1967."
Resolusi terbaru pada bulan November 2013 disahkan dengan suara 165-6, dengan 6 abstain, catat arsip Majelis Umum PBB. Negara yang menentang adalah Kanada, Israel, Amerika Serikat, Negara Federasi Mikronesia, Kepulauan Marshall dan Palau.
Palestina telah menunjukkan niat yang serius untuk solusi dua negara sejak pertengahan tahun 1970-an, dan pemimpin negara lainnya telah mendukung konsep sejak tahun 1982 KTT Arab di Fez. Demikian tulis Mark A Tessler dalam bukunya "A History of the Israeli-Palestinian Conflict".
Sudah banyak upaya diplomatik yang dilakukan untuk mewujudkan solusi dua negara, mulai dari Konferensi Madrid tahun 1991. Kemudian Perjanjian Oslo 1993 dan Pertemuan Camp David 2000 yang gagal, dan dilanjutkan dengan Pertemuan Taba di awal tahun 2001.
Pada tahun 2002, Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab. Prakarsa perdamaian terbaru adalah Pembahasan Perdamaian tahun 2013-2014 yang juga gagal.

Sebelumnya Presiden AS penerima hadiah Nobel Perdamaian adalah Barack Obama. Trump pernah menyinggung mantan presiden Barack Obama, musuh politiknya, memenangkan Nobel Perdamaian pada tahun 2009, hanya beberapa bulan menjabat sebagai presiden AS. Pertanyaannya, apakah jika Trump berhasil meraih hadiah Nobel Perdamaian 2019 karena bisa mendamaikan kedua Korea di Semenanjung Korea, akan lebih memperkuat posisinya meraih kembali tiket Presiden AS tahun 2020?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI