Inilah yang disebut Kubah Hijau di Madinah, Arab Saudi. Kubah Hijau adalah sebuah kubah yang diwarnai dengan hijau dan dibangun di atas makam Nabi Muhammad Sallalluhi Alaihi Wassallam (SAW).
Di sini pula dimakamkan dua sahabat nabi, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Kubah ini berlokasi di sudut tenggara Masjid Nabawi di Madinah. Kubah ini di cat hijau pada 1837 Masehi.
Dibangun pada 1279 Masehi atau 678 Hijriah pada masa pemerintahan Mamluk Sultan Al Mansur Qalawun, struktur aslinya terbuat dari kayu dan tidak berwarna, dilukis putih dan biru di restorasi selanjutnya.
Setelah kebakaran serius melanda Masjid pada tahun 1481, masjid dan kubah tersebut telah dibakar dan sebuah proyek restorasi diprakarsai oleh Sultan Qaitbay yang memiliki sebagian besar basis kayu diganti dengan struktur bata untuk mencegah runtuhnya kubah di masa depan. Dan piring bekas timbal untuk menutupi kubah kayu baru.
Bangunan tersebut, termasuk Makam Nabi, diperbarui secara ekstensif melalui patronase Qaitbay. Kubah saat ini ditambahkan pada tahun 1818 oleh Sultan Mahmud II Ottoman. Kubah itu pertama kali dicat hijau pada tahun 1837.
Ketika Saud bin Abdul Aziz membangun Medinah pada tahun 1905, para pengikutnya, kaum Wahhabi, menghancurkan hampir semua kubah makam di Madinah berdasarkan keyakinan mereka bahwa pemujaan terhadap makam dan tempat yang dianggap memiliki kekuatan supernatural adalah pelanggaran terhadap tauhid.
Makam Nabi Muhammad SAW dilucuti dari ornamen emas dan perhiasannya, namun kubah tersebut dipelihara baik karena usaha yang gagal untuk menghancurkan strukturnya yang mengeras, atau karena beberapa waktu yang lalu. Abd al-Wahhab menulis bahwa dia tidak ingin melihat kubah tersebut hancur meski dia memiliki keengganan untuk orang-orang berdoa di makam.
Kejadian serupa terjadi pada tahun 1925 ketika milisi Saudi merebut kembali - dan kali ini berhasil mempertahankan - kota. Pada tahun 2007, menurut Independent, sebuah pamflet, yang diterbitkan oleh Kementerian Urusan Islam Saudi dan didukung oleh mufti besar Arab Saudi, menyatakan bahwa kubah hijau akan dibongkar dan tiga kuburan diratakan di Masjid Nabawi.
Selama ini umat Islam di mana pun berada selalu memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Hari wafat beliau, 8 Juni 632 Masehi atau 8 Juni 2019 ini jarang yang mengetahuinya. Atau jika pun tahu banyak yang menghormatinya dengan zikir kepada Allah SWT.
Lalu di manakah makam Usman bin Affan? Makam Usman juga terletak di Madinah, yaitu di Maqbarat Al Baqi` (Pemakaman Baqi`), Madinah, Arab Saudi. Di sana ada areal pemakaman seluas 138.000 meter persegi yang dikelilingi pagar tembok bermarmer setinggi 4 meter.
Akhirnya, banyak jamaah haji atau peziarah yang berdoa di tempat mana saja yang diyakini merupakan kuburan sahabat Rasulullah Muhammad SAW atau Khulafa Rasyidin ketiga dan keluarga Rasulullah itu.
Sebenarnya, di bagian pintu gerbang masuk dibangun tempat ziarah yang lebih tinggi. Tetapi banyak ingin mendekat ke pemakaman yang juga disebuat Jannatul Baqi` (Taman Surga) atau Baqi` Al Gharqad.
Pemakaman di Baqi` atau Ma`la yang berada di Mekah Al Mukarramah hampir sama dengan sejumlah pemakaman di kawasan Arab Saudi. Tidak bernisan maupun dibangun seperti di Indonesia atau negara lainnya. Hanya kumpulan batu sebagai penanda nisan pekuburan.
Sebagaian jamaah haji atau peziarah menyayangkan, kenapa pemerintah Arab Saudi tidak memasang daftar nama siapa tokoh, apalagi sekaliber sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW, sebagai penunjuk siapa saja yang dimakamkan. Di sini tidak hanya sahabat Usman bin Affan yang berada di pemakaman Baqi`, tapi setidaknya ada 10.000 sahabat Nabi Muhammad SAW lainnya yang dimakamkan di sini.
Keluarga Rasulullah yang berada di Pemakaman Baqi` adalah Abbas bin Abdullah (Paman Rasulullah), Halimatus Sa`diyah (Ibu susuan Rasulullah waktu kecil).
Sementara istri-istri Rasulullah SAW yang dimakamkan di Baqi` antara lain Siti Aisyah, Umi Salamah, Juariah, Zainab, Sofiyah, Hafsah dan Mariyah Kibtiyah. Sedangkan Siti Khodijah berada di Pemakaman Ma`la (Makkah) dan Siti Maimunah berada pinggir jalan di kawasan Zam`un menuju Madinah dari arah Makkah.
Sementara itu, putra dan putri Rasulullah SAW yang dimakamkan di Baqi` juga adalah Siti Fatimah, Q`asim, Abdullah, Ibrahim, Ruqaiyah, Zainab dan Umi Kalsum. Cucu Rasulullah yang dimakamkan di Baqi` adalah Sayyidina Hasan RA hingga keturunannya, begitu juga keturuna para sahabat dan Ibunda Ali bin Abi Thalib, Fatimah binti Asad. Sejak dahulu memang Pemakaman Baqi` sudah ada sejak zaman jahiliyah.
Berikutnya di manakah makam sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Ali r.a ? Beliau dimakamkan di Irak. Inilah gambaran ruang dalam Masjid Al-Kufa, di Kufa, Irak. Masjid ini sangat terkenal di dunia, oleh karena itu hampir setiap waktu muncul di berbagai ulasan berita.
Masjid ini pernah saya kunjungi pada 20 September 2014. Waktu itu, saya bersama staf Kedutaan Besar Indonesia di Irak menuju ke kota Kufa di Irak. Kota ini berdiri sejak tahun 638 Masehi atau Abad VII.
Pendirinya adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Sa'ad bin Abi Waqqas. Pada saat itu, umat Islam sedang dipimpin Khalifah Umar bin Khaththab. Kufa dimaksudkan awalnya sebagai ibu kota provinsi Irak.
Masjid ini luasnya waktu saya berkunjung lebih dari 11.000 persegi. Juga saya lihat banyak bangunan di dalamnya dan sekarang sudah diperluas. Jadi luasnya sekarang bertambah. Jarak kota Kufa ini dengan kota Baghdad sekitar 170 km menuju arah ke selatan Baghdad.
Pada tahun 656 Masehi, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah, pengganti Usman bin Affan. Waktu itu, kasus terbunuhnya Usman oleh para pemberontak membuat situasi di Madinah kian genting.
Maka dari itu, Ali berinisiatif memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Kufa. Banyak masyarakat setempat yang menjadi pendukung kekhalifahan Ali.
Dari zaman ke zaman, Kufa berkembang menjadi kota penting di Dunia Islam. Puncaknya adalah pada era Dinasti Abbasiyah. Kufa bak permata di tengah peradaban Islam. Di sana, lahir banyak ulama dan ilmuwan Muslim terkemuka.
Di antara mereka adalah tiga tokoh penting, yakni sebagai berikut, yaitu Abu Musa Jabir bin Hayyan, Al Kindi dan Imam Hanafi.
Mengenai Abu Musa Jabir bin Hayyan, orang Barat mengenalnya sebagai Geber. Abu Musa Jabir bin Hayyan terlahir di Kufa pada 750 Masehi. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya itu didapatnya dari seorang guru bernama Barmaki Vizier pada era pemerintahan Sultan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Dia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kemb
Semasa hidupnya, Jabir telah menuliskan kitab-kitab penting bagi pengembangan ilmu kimia. Beberapa judul kitab yang ditulisnya antara lain: Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab'een, Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, dan Al Zilaq al Sharqi.
Kedua, adalah Al-Kindi. Ia salah satu dari 12 pemikir terbesar Islam. Para sejarawan menobatkannya sebagai manusia terbaik pada zamannya. Ia menguasai beragam ilmu pengetahuan. Dunia pun mendapuknya sebagai filosof Arab yang paling tangguh.
Ilmuwan ini lahir di Kufa, 185 Hijirah/801 Masehi. Al-Kindi hidup di era kejayaan Islam Baghdad di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib kerajaan.
Juga di Kufa, adalah tempat lahir Imam Hanafi. Ia lahir pada tahun 80 Hijrah bertepatan tahun 699 Masehi di kota Kufa. Nama lengkapnya dalah Nu'man bin Tsabit bin Zautha bin Maha. Kemudian, dia termasyhur dengan gelar Imam Hanafi. Imam Abu Hanafi adalah seorang imam mazhab yang besar dalam dunia Islam.
Dalam empat mazhab yang terkenal tersebut hanya Imam Hanafi yang bukan orang Arab. Beliau keturunan Persia atau disebut juga dengan bangsa Ajam. Pendirian beliau sama dengan pendirian imam yang lain, yakni menegakkan Alquran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Pada masa ketika Imam Hanafi lahir, pemerintahan Islam berada di tangan Abdul Malik bin Marwan, dari keturunan Bani Umayyah kelima. Kepandaian Imam Hanafi tidak diragukan. Ia menguasai ilmu fiqih, ilmu tauhid.
Kembali ke sahabat Nabi Muhammad SAW ini, Ali r.a. Beliau tewas dibunuh di dalam Masjid Al-Kufa. Sama halnya dengan nasib Khalifah ketiga, Usman. Saya pun ketika ditunjukan di mana Ali r.a dibunuh, ikut sedih dan menitikan air mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H