Baru saja Perdana Menteri (PM) Irak, Adil Abdulmahdi melakukan kunjungan ke Kuwait dan bertemu dengan Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah guna bertukar pikiran terkait masalah regional dan internasional.
Menurut lansiran kantor berita Kuwait KUNA, Emir Kuwait Al Sabah berjumpa dengan PM Irak Abdulmahdi yang mengunjungi negara itu bersama delegasinya di Istana Dasman di ibu kota Kuwait.
Pertemuan di Istana Dasman, Kuwait ini sudah tentu hal biasa buat para pemimpin negara, tetapi jika mengingat Kuwait pernah menjadi provinsi Irak ke-19, meski sesaat, maka pertemuan tersebut sangat penting.
Pertemuan antara kedua pemimpin negara, Irak dan Kuwait ini merupakan pertanda membaiknya hubungan kedua negara di masa-masa mendatang.
Sebelumnya, khusus di masa Presiden Irak Saddam Hussein berkuasa, kedua negara terlibat dengan apa yang disebut Perang Teluk Persia I atau "Gulf War." Invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990 dengan strategi gerak cepat yang langsung menguasai Kuwait.
Serangan padukan Irak ini pada waktu itu mengejutkan dunia. Kuwait bahkan dijadikan provinsi ke-19 Irak dengan nama "Saddamiyat Al-Mitla" pada tanggal 28 Agustus 1990.
Alasan utama Presiden Irak Saddam Hussein waktu itu bahwa wilayah Kuwait sebenarnya merupakan sebuah provinsi Irak. Pada saat inilah Dewan Keamanan PBB mengizinkan 36 negara, diketuai oleh Amerika Serikat, bertempur dalam Perang Teluk untuk membebaskan Kuwait.
Setelah enam minggu pertempuran pada awal 1991, tentara Irak terpaksa mundur dari Kuwait pada 26 Februari 1991. AS pada waktu ini, presidennya adalah George Herbert Walker Bush, dari tahun 1989-1993.
George Herbert Walker Bush ini adalah Presiden AS ke-41 AS. Ia baru saja meninggal dunia pada 30 November 2018. Sebelum menjadi Presiden AS, ia sudah menjadi Wakil Presiden Ronald Reagan. Tahun 1976, dengan berbagai pengalaman dan pengaruhnya, ia diangkat sebagai Direktur Agen Rahasia AS (CIA).
Kembali ke wilayah Kuwait, menurut Duta Besar Irak di Jakarta pada tahun 1998, Dr. Sa'doon J. al-Zubaydi kepada saya, bahwa setelah Perang Irak-Iran selama delapan tahun, muncul sikap Kuwait yang dituduh Irak sering mencuri minyaknya. Waktu itu, Irak memiliki sekitar 100 billiun barel minyak cadangan yang tersimpan di dalam bumi Irak. Kuwait ini berbatasan langsung dengan Irak.
Wilayahnya kecil yang waktu itu berpenduduk hanya dua juta jiwa. AS merasa cemas dengan masuknya Irak ke Kuwait, sehingga memutuskan mengusir pasukan Irak dari Kuwait.
Sewaktu Angkatan Darat Irak mundur, mereka membakar kilang-kilang minyak Kuwait. Untuk memadamkan kebakaran itu dibutuhkan waktu lebih dari sembilan bulan. Dalam hal ini, Bandara Kuwait juga ikut terbakar.
Gagalnya Irak masuk ke Kuwait berdampak kepada negara Irak itu sendiri. Ketika saya ke Irak pertama kali, Desember 1992 dan bertemu dengan Menteri Perindustrian dan Logam Irak, Jenderal Amir al-Saadi, bahwa serangan pasukan multinasional pimpinan AS pada 17 Januari 1992, sebanyak 72 kali di pusat-pusat kota kota Baghdad dan wilayah lainnya.
Kemudian invasi AS ke Irak dilanjutkan lagi di masa anaknya George Herbert Walker Bush yaitu George Walker Bush menjadi Presiden AS ke-43 dari tahun 2001-2009.
Sewaktu George Walker Bush, berkuasa selama dua periode, Irak hancur lebur diserang pasukan AS. Itu terjadi pada Desember 2003. Pemerintahan Saddam Hussein digulingkan pada April 2003.
Jadi pemerintahan Saddam Hussein di Irak, dimulai 16 Juli 1979 hingga ia digulingkan pada 9 April 2003. Selanjutnya ia ditangkap dan menghembuskan nafas terakhirnya di tiang gantungan pada Sabtu, 30 Desember 2006, menjelang pukul 6.00 pagi waktu setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H