Tuntutan itu dirinci sebanyak lima butir, antara lain:
1. Supaya Kabinet Djuanda dibubarkan dan mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
2. Agar dibentuk Zaken Kabinet Nasional di bawah suatu panitia pimpinan Mohammad Hatta dan Hamengkubuwono IX.
3. Agar kabinet baru diberi mandat sepenuhnya untuk bekerja sampai pemilihan umum yang akan datang.
4. Agar Presiden Soekarno/Pj.Presiden membatasi diri menurut konstitusi.
5. Apabila tuntutan di atas tidak dipenuhi dalam tempo 5x24 jam, maka Dewan Perjuangan akan mengambil langkah langkah kebijakan sendiri.
Ketika "Piagam Perjuangan" itu dibacakan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) Padang, Presiden Soekarno tidak berada di Indonesia, melainkan sedang berada di Tokyo, Jepang. Meskipun demikian, Kabinet Djuanda buru-buru mengadakan Sidang Darurat.
Setelah Perdana Menteri Djuanda berunding dengan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Mayor Jenderal Abdul Haris Nasution, KSAU Marsekal Madya Suryadarma dan KSAL Laksamana Madya Subyakto, dia dengan tegas menolak "ultimatum" Dewan Perjuangan.
Sementara itu, Presiden Soekarno setelah cuti istirahat selama lima minggu, tanggal 16 Februari 1958 kembali ke Jakarta dari Tokyo, Jepang. Dia langsung memerintahkan aksi militer untuk menjawab tantangan PRRI. Juga diperintahkan untuk menangkap Ahmad Husein, termasuk Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Mauludin Simbolon, Letnan Kolonel Barlian, Kolonel A.E.Kawilarang, Letnan Kolonel H.N.Ventje Samuel dan Kolonel J.F.Warouw.
Sebaliknya di pihak Ahmad Husein tidak akan menyerah. Dia pun mengumumkan berdirinya "Pemerintah Tandingan," yaitu Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia dengan ibu kota di Padang, Sumatera Tengah, sekarang Sumatera Barat. Akhirnya perang antara daerah dan pusat meletus sejak bulan Maret 1958, sebetulnya Djuanda terus terang melukiskan keputusan pemerintah untuk melakukan guna memadamkan perlawanan merupakan pilihan yang sulit.
Sudah sama-sama diketahui, di masa PRRI inilah Amerika Serikat terlibat di dalamnya. Gerak gerik Angkatan Laut Amerika Serikat yang digerakkan untuk menuju ke perairan Singapura telah terjadi.